Lompat ke isi

Wayang wahyu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pinerineks (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
TheWorstGen (bicara | kontrib)
k Hanya membenarkan beberapa hal
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Baris 3: Baris 3:


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Wayang wahyu diciptakan pada tahun 1959 di Surakarta berdasarkan dari gagasan Brother Timotheus L. Wignyosoebroto. Dua tahun sebelumnya, ia menyaksikan pertunjukkan wayang kulit yang didalangi oleh M. M. Atmowijoyo yang ceritanya diambil dari [[Kitab Perjanjian Lama]] yakni Kisah "Dawud Mendapatkan Wahyu Kraton" tetapi terdapat modifikasi kisah dari Mahabarata episode "Wahyu Cakraningrat". Sejak itulah, Brother Timotheus berpikir untuk menyajikan kisah-kisah keagamaan Katolik yang dibalut dalam tradisi pewayangan.<ref name=":0" />
Wayang wahyu diciptakan pada tanggal 2 Februari 1960 di Surakarta berdasarkan dari gagasan Bruder Timotheus L. Wignyosoebroto. Dua tahun sebelumnya, ia menyaksikan pertunjukkan wayang kulit yang didalangi oleh M. M. Atmowijoyo yang ceritanya diambil dari [[Kitab Perjanjian Lama]] yakni Kisah "Dawud Mendapatkan Wahyu Kraton" tetapi terdapat modifikasi kisah dari Mahabarata episode "Wahyu Cakraningrat". Sejak itulah, Brother Timotheus berpikir untuk menyajikan kisah-kisah keagamaan Katolik yang dibalut dalam tradisi pewayangan.<ref name=":0" />


== Penyajian ==
== Penyajian ==

Revisi terkini sejak 5 November 2022 15.05

Hiasan berbentuk gunungan dengan gambaran Yesus

Wayang wahyu merupakan kreasi baru dari pertunjukkan wayang dengan cerita atau lakon berdasarkan dari ajaran kitab suci kristiani. Ceritanya diambil berdasarkan kisah keagamaan Katolik dan awalnya dikenal dengan nama Wayang Katolik. Penyebutan ini berubah menjadi Wayang Wahyu karena kisah pertunjukkan wayang ini menceritkan penyebaran wahyu yang diturunkan oleh Tuhan kepada umat-Nya.[1]

Wayang wahyu diciptakan pada tanggal 2 Februari 1960 di Surakarta berdasarkan dari gagasan Bruder Timotheus L. Wignyosoebroto. Dua tahun sebelumnya, ia menyaksikan pertunjukkan wayang kulit yang didalangi oleh M. M. Atmowijoyo yang ceritanya diambil dari Kitab Perjanjian Lama yakni Kisah "Dawud Mendapatkan Wahyu Kraton" tetapi terdapat modifikasi kisah dari Mahabarata episode "Wahyu Cakraningrat". Sejak itulah, Brother Timotheus berpikir untuk menyajikan kisah-kisah keagamaan Katolik yang dibalut dalam tradisi pewayangan.[1]

Penyajian

[sunting | sunting sumber]

Sama seperti dengan pertunjukkan wayang pada umumnya, wayang wahyu ditampilkan dengan menggunakan musik gamelan Jawa dan ada dalang yang bernarasi mengisahkan babak demi babak. Bahasa Jawa digunakan selama pertunjukkan berlangsung. Wayang Wahyu ini dibuat dari bahan kulit kerbau dengan teknik tatah sungging seperti lakon pada wayang purwa tetapi karakternya dibuat tak seperti gambar yang realistis. Biasanya wayang ini dipertontonkan ketika perayaan natal atau paskah di gereja-gereja Katolik. Kadang kala Wayang Wahyu dipertontonkan ketika ulang tahun gereja atau perayaan keagamaan yang terkait.

Kisah Wayang Wahyu mengambil cerita-cerita keagamaan dari injil, baik perjanjian lama maupun perjanjian baru seperti kisah Kelahiran dan Kematian Yesus, Samson dan Delilah, David dan Goliath, kisah Yohanes Pembaptis, dan masih banyak lagi lainnya.

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Marzanna, Poplawska (2004). ""Wayang Wahyu" as an Example of Christian Forms of Shadow Theatre". Asian Theatre Journal. 21 (2). Diakses tanggal 20 Februari 2019.