Lompat ke isi

Ludwig Ingwer Nommensen: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 30: Baris 30:
Ketika diberi izin oleh pemerintah kolonial, maka RMG menunjuk Nommensen untuk membuka pos zending baru di [[Silindung]].<ref name="Aritonang"/> Kehadiran zending ditantang oleh sebagian [[raja]] dan juga oleh sebagian besar penduduk karena mereka takut akan terkena bencana jika menyambut seorang asing yang tidak memelihara [[adat]].<ref name="van den End"/> Selain itu, sikap menolak para raja disebabkan pula oleh kekhawatiran bahwa dengan kedatangan orang-orang kulit putih ini menjadi perintis jalan bagi pemerintahan [[Belanda]] yang berkuasa pada waktu itu.<ref name="van den End"/> Sekalipun demikian, Nommensen berhasil mengumpulkan jemaatnya yang pertama di [[Hutatoruan I, Tarutung, Tapanuli Utara|Huta Dame]] (terjemahan dari Yerusalem - Kampung Damai).<ref name="Willem"/> Pada tahun [[1873]], ia mendirikan gedung gereja, sekolah, dan rumahnya di Pearaja dan hingga kini, Pearaja tetap menjadi pusat [[Huria Kristen Batak Protestan|Gereja HKBP]].<ref name="Willem"/>
Ketika diberi izin oleh pemerintah kolonial, maka RMG menunjuk Nommensen untuk membuka pos zending baru di [[Silindung]].<ref name="Aritonang"/> Kehadiran zending ditantang oleh sebagian [[raja]] dan juga oleh sebagian besar penduduk karena mereka takut akan terkena bencana jika menyambut seorang asing yang tidak memelihara [[adat]].<ref name="van den End"/> Selain itu, sikap menolak para raja disebabkan pula oleh kekhawatiran bahwa dengan kedatangan orang-orang kulit putih ini menjadi perintis jalan bagi pemerintahan [[Belanda]] yang berkuasa pada waktu itu.<ref name="van den End"/> Sekalipun demikian, Nommensen berhasil mengumpulkan jemaatnya yang pertama di [[Hutatoruan I, Tarutung, Tapanuli Utara|Huta Dame]] (terjemahan dari Yerusalem - Kampung Damai).<ref name="Willem"/> Pada tahun [[1873]], ia mendirikan gedung gereja, sekolah, dan rumahnya di Pearaja dan hingga kini, Pearaja tetap menjadi pusat [[Huria Kristen Batak Protestan|Gereja HKBP]].<ref name="Willem"/>


Karena kehadiran para [[misionaris]] tidak disetujui oleh sebagian raja, terutama oleh mereka yang berpihak pada [[Sisingamangaraja XII|Sisingamangaraja]], maka pada bulan Januari 1878, Sisingamangaraja XII sebagai raja yang, menurut pengakuannya sendiri, memiliki kedaulatan atas [[Silindung]], memberi ultimatum kepada para zendeling RMG untuk segera meninggalkan Silindung.<ref name="Kozok"/> Pada akhir Januari, Nommensen meminta kepada pemerintah kolonial Belanda untuk mengirim tentara untuk segera menaklukkan [[Tanah Batak]] yang pada saat itu masih merdeka.<ref name="Kozok"/> Pada awal tahun [[1878]], pasukan pertama di bawah pimpinan Kapten Scheltens bersama dengan Kontrolir Hoevell menuju Pearaja dan disambut oleh Nommensen. Antara Februari hingga Maret, 380 pasukan tambahan dan 100 narapidana didatangkan dari [[Kota Sibolga|Sibolga]]. Februari 1878, ekspedisi militer untuk menumpaskan pasukan Sisingamangaraja XII dimulai.<ref name="ulikozok">http://ulikozok.wordpress.com/peran-zending-dalam-perang-toba/. Diakses pada Jumat 15 April 2011. Pk. 19.55 WIB</ref> Penginjil Nommensen dan Simoneit mendampingi pasukan Belanda selama ekspedisi militer yang dikenal sebagai [[Perang Toba I]].<ref name="ulikozok"/> Keduanya menjadi penunjuk jalan dan penerjemah, serta malah dianggap ikut berperan dalam menentukan kampung-kampung mana yang akan dibakar. Sesudah ekspedisi militer berakhir, puluhan kampung, termasuk markas Sisingamangaraja XII= di Bangkara dibumihanguskan. Atas jasa membantu pemerintah Belanda, pada 27 Desember 1878, Nommensen dan Simoneit menerima surat penghargaan dari pemerintah Belanda, ditambah uang tunai sebanyak 1000 gulden.<ref name="Kozok"/>
Karena kehadiran para [[misionaris]] tidak disetujui oleh sebagian raja, terutama oleh mereka yang berpihak pada [[Sisingamangaraja XII|Sisingamangaraja]], maka pada bulan Januari 1878, Sisingamangaraja XII sebagai raja yang, menurut pengakuannya sendiri, memiliki kedaulatan atas [[Silindung]], memberi ultimatum kepada para zendeling RMG untuk segera meninggalkan Silindung.<ref name="Kozok"/> Pada akhir Januari, Nommensen meminta kepada pemerintah kolonial Belanda untuk mengirim tentara untuk segera menaklukkan [[Tanah Batak]] yang pada saat itu masih merdeka.<ref name="Kozok"/> Pada awal tahun [[1878]], pasukan pertama di bawah pimpinan Kapten Scheltens bersama dengan Kontrolir Hoevell menuju Pearaja dan disambut oleh Nommensen. Antara Februari hingga Maret, 380 pasukan tambahan dan 100 narapidana didatangkan dari [[Kota Sibolga|Sibolga]]. Februari 1878, ekspedisi militer untuk menumpaskan pasukan Sisingamangaraja XII dimulai.<ref name="ulikozok">http://ulikozok.wordpress.com/peran-zending-dalam-perang-toba/. Diakses pada Jumat 15 April 2011. Pk. 19.55 WIB</ref> Penginjil Nommensen dan Simoneit mendampingi pasukan Belanda selama ekspedisi militer yang dikenal sebagai [[Perang Toba I]].<ref name="ulikozok"/> Keduanya menjadi penunjuk jalan dan penerjemah, serta malah dianggap ikut berperan dalam menentukan kampung-kampung mana yang akan dibakar. Sesudah ekspedisi militer berakhir, puluhan kampung, termasuk markas Sisingamangaraja XII di Bangkara dibumihanguskan. Atas jasa membantu pemerintah Belanda, pada 27 Desember 1878, Nommensen dan Simoneit menerima surat penghargaan dari pemerintah Belanda, ditambah uang tunai sebanyak 1000 gulden.<ref name="Kozok"/>


Setelah Silindung dan Toba ditaklukkan dalam Perang Toba I, ''[[Batakmission]]'' (zending Batak) mengalami kemajuan dengan pesat, khususnya di daerah Utara.<ref name="Kozok"/> Nommensen berhasil meyakinkan ratusan raja untuk berhenti mengadakan perlawanan.<ref name="Kozok"/> Tentunya, hal ini dapat terjadi setelah Nomensen meyakinkan kembali masyarakat bahwa ia bukan kaki tangan Belanda dan kedatangannya untuk membawa kebaikan.<ref name="Aritonang"/> Hal ini tampak dalam tindakan keseharian Nommensen bagi orang-orang Batak waktu itu.<ref name="Aritonang"/> Contoh beberapa raja yang akhirnya bersikap positif ialah Raja Pontas Lumban Tobing, Ompu Hatobung di [[Pansur Napitu, Siatas Barita, Tapanuli Utara|Pansur Napitu]], Kali Bonar di [[Pahae Julu, Tapanuli Utara|Pahae]], Ompu Batu Tahan di [[Balige, Toba|Balige]], dan lainnya.<ref name="Aritonang"/> Pada tahun [[1881]], Nommensen memindahkan tempat tinggalnya ke kampung [[Sigumpar, Toba|Sigumpar]], dan ia tinggal di sana sampai akhir hayatnya.<ref name="Kruger">{{id}}Muller Kruger. Sejarah Gereja di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 218.</ref> Pada tahun kematiannya, Batakmission (cikal bakal [[Huria Kristen Batak Protestan]] (HKBP) mencatat jumlah orang Batak yang dibaptis telah mencapai 180.000 orang.<ref name="Kozok"/>
Setelah Silindung dan Toba ditaklukkan dalam Perang Toba I, ''[[Batakmission]]'' (zending Batak) mengalami kemajuan dengan pesat, khususnya di daerah Utara.<ref name="Kozok"/> Nommensen berhasil meyakinkan ratusan raja untuk berhenti mengadakan perlawanan.<ref name="Kozok"/> Tentunya, hal ini dapat terjadi setelah Nomensen meyakinkan kembali masyarakat bahwa ia bukan kaki tangan Belanda dan kedatangannya untuk membawa kebaikan.<ref name="Aritonang"/> Hal ini tampak dalam tindakan keseharian Nommensen bagi orang-orang Batak waktu itu.<ref name="Aritonang"/> Contoh beberapa raja yang akhirnya bersikap positif ialah Raja Pontas Lumban Tobing, Ompu Hatobung di [[Pansur Napitu, Siatas Barita, Tapanuli Utara|Pansur Napitu]], Kali Bonar di [[Pahae Julu, Tapanuli Utara|Pahae]], Ompu Batu Tahan di [[Balige, Toba|Balige]], dan lainnya.<ref name="Aritonang"/> Pada tahun [[1881]], Nommensen memindahkan tempat tinggalnya ke kampung [[Sigumpar, Toba|Sigumpar]], dan ia tinggal di sana sampai akhir hayatnya.<ref name="Kruger">{{id}}Muller Kruger. Sejarah Gereja di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 218.</ref> Pada tahun kematiannya, Batakmission (cikal bakal [[Huria Kristen Batak Protestan]] (HKBP) mencatat jumlah orang Batak yang dibaptis telah mencapai 180.000 orang.<ref name="Kozok"/>