Muhamad Musa: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 52: | Baris 52: | ||
]] |
]] |
||
[[Berkas:Teks “Ayang-ayang gung” karya Raden Hadji Moehamad Moesa pada artikel Soendasche Kinderliederen En Spelen dalam majalah tigamingguan “Djawa” dari Java-Instituut edisi No. 1 Januari-April 1921..jpg|thumb|left|280px|Teks ''Ayang-ayang gung'' pada artikel ''Soendasche Kinderliederen En Spelen'' dalam majalah tigamingguan ''[[Djawa]]'' dari Java-Instituut edisi No. 1 Januari-April [[1921]].]] |
[[Berkas:Teks “Ayang-ayang gung” karya Raden Hadji Moehamad Moesa pada artikel Soendasche Kinderliederen En Spelen dalam majalah tigamingguan “Djawa” dari Java-Instituut edisi No. 1 Januari-April 1921..jpg|thumb|left|280px|Teks ''Ayang-ayang gung'' pada artikel ''Soendasche Kinderliederen En Spelen'' dalam majalah tigamingguan ''[[Djawa]]'' dari Java-Instituut edisi No. 1 Januari-April [[1921]].]] |
||
[[Berkas:Wawacan Pandji Woeloeng karya Moehamad Moesa terbitan pertama kali, Tahun 1871. Sumber Semangat Baru (2013).jpg|thumb|left|280px|Wawacan Pandji Woeloeng terbitan pertama kali, Tahun 1871. Sumber: Semangat Baru (2013).]] |
|||
[[Berkas:Naskah Wawacan Pandji Woeloeng, koleksi K.F. Holle. (Sumber Semangat Baru (2013).jpg|thumb|right|280px|Naskah Wawacan Pandji Woeloeng, koleksi K.F. Holle. (Sumber: Semangat Baru (2013).]] |
|||
'''Muhamad Musa''', atau '''Raden Hadji Moehamad Moesa''' ([[1822]] – [[10 Agustus]] [[1886]]) adalah pengarang, pelopor kesustraan cetak Sunda, ulama dan tokoh [[Sunda]] [[abad ke-19]]. |
'''Muhamad Musa''', atau '''Raden Hadji Moehamad Moesa''' ([[1822]] – [[10 Agustus]] [[1886]]) adalah pengarang, pelopor kesustraan cetak Sunda, ulama dan tokoh [[Sunda]] [[abad ke-19]]. |
Revisi per 7 Oktober 2015 20.21
Raden Hadji Moehamad Moesa | |
---|---|
Berkas:Raden Hadji Moehamad Moesa (foto dokumen Semangat Baru, 2013).jpg | |
Lahir | 1822 Garut, Hindia Belanda |
Meninggal | 1886 Garut, Hindia Belanda |
Nama lain | Raden Haji Muhamad Musa |
Pekerjaan | Sastrawan, Penghulu, Ulama |
Dikenal atas | Pengarang, pelopor kesustraan cetak Sunda, ulama dan Tokoh Sunda abad ke-19. |
Suami/istri | Raden Ayu Ria |
Anak |
|
Orang tua | Raden Rangga Suryadikusumah |
Kerabat | Raden Tumenggung Suria Angga Kartalegawa (cucu) |
Muhamad Musa, atau Raden Hadji Moehamad Moesa (1822 – 10 Agustus 1886) adalah pengarang, pelopor kesustraan cetak Sunda, ulama dan tokoh Sunda abad ke-19.
Biografi
Muhamad Musa dilahirkan di Garut sebagai keturunan bangsawan, putra Raden Rangga Suryadikusumah, Patih Kabupaten Limbangan. Ia kemudian dilepas untuk mengikuti pendidikan formal di sebuah pesantren di Purwakarta dan diajak ikut oleh ayahnya untuk berangkat haji ke Makkah saat masih muda. Ia menolak tawaran Pemerintah Hindia-Belanda yang akan menjadikannya sebagai kepala gudang, karena ia lebih suka memilih bidang keagamaan. Setelah menjadi penghulu, pada tahun 1864 ia diangkat menjadi Penghulu Besar (Belanda: Hoofdpanghoeloe) di kabupaten Limbangan sampai wafatnya.
Muhamad Musa bersahabat erat dengan K. F. Holle, pengusaha perkebunan teh bangsa Belanda di Cikajang, yang merupakan penasehat Pemerintah Hindia-Belanda mengenai bangsa pribumi (terutamanya di Priangan). Oleh Pemerintah Hindia-Belanda ia sangat dipercayai.
Eratnya hubungan Musa dengan Holle menguntungkan kedua pihak. Bagi Musa, ia beruntung terutama karena mempermudah pergaulannya dengan bangsa Belanda. Musa oleh Pemerintah Hindia-Belanda sangat dipercayai, sehingga oleh karena jasa-jasanya ia pernah dijanjikan jabatan tinggi hingga sampai tujuh turunan. Berkat eratnya persahabatan dengan Holle, Musa juga bisa mengembangkan bakat/minat menulis dan mengarangnya sehingga karya-karyanya (baik karangan sendiri maupun saduran atau terjemahan) bisa dicetak sampai ribuan eksemplar di Batavia. Di antara para putranya, yang mewarisi bakat menulisnya adalah Raden Ayu Lasminingrat dan Raden Karta Winata.
Karya-karyanya
Karya Muhamad Musa yang paling terkenal adalah Wawacan Panji Wulung yang terbit pada tahun 1871. Karya-karya lainnya yang dicetak di antaranya,
- 1862: Wawacan Raja Sudibya, Wawacan Wulang Krama, Wawacan Dongéng-dongéng, Wawacan Wulang Tani;
- 1863: Carita Abdurahman jeung Abdurahim, Wawacan Seca Nala;
- 1864: Ali Muhtar, Élmu Nyawah;
- 1865: Wawacan Wulang Murid, Wawacan Wulang Guru;
- 1866: Dongéng-dongéng nu Aranéh;
- 1867: Dongéng-dongéng Pieunteungeun;
- 1872: Wawacan Lampah Sekar;
- 1881: Santri Gagal, Hibat.
Pranala luar
- ""Ayang-ayang Gung": 'Black Campaign' Ala Menak Garoet". Naratas Garoet. 30/08/2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Oct 2015 17:26:10 UTC. Diakses tanggal 8 Oktober 2015.
Lihat juga
Rujukan
- Mikihiro Moriyama. 2005. Semangat Baru: Kolonialisme, Budaya Cetak, dan Kesastraan Sunda Abad ke-19. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 979-9100-23-2.
- Ajip Rosidi. 2000. Ensiklopedia Sunda. 2000. Pustaka Jaya, Jakarta.
- Terrarum, O. (2006). West Meets East: Images of China and Japan, 1570 to 1920, Special Collections, De Beer Gallery, Central Library of the University of Otago, 10 February to 26 May 2006. New Zealand Journal of Asian Studies, 8, 122-179.