Lompat ke isi

Robo-robo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Putera Ramadhan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 3: Baris 3:
'''Robo-robo''' adalah upacara tolak bala oleh masyarakat Kota [[Mempawah]], [[Kalimantan Barat]], [[Indonesia]].<ref name="Amin Alkadrie"> {{cite web|url= http://m.liputan6.com/news/read/35110/upacara-penolak-bala-irobo-roboi-digelar-di-mempawah| title= ''Upacara Penolak Bala Robo-Robo Digelar di Mempawah''| publisher=liputan6.com | accessdate= 3 Juni 2013}} </ref> Upacara ini digelar pada hari [[Rabu]] pekan terakhir bulan [[Safar]], [[Hijriah]].<ref name="Kidnesia"> {{cite web|url= http://www.kidnesia.com/Kidnesia2014/Indonesiaku/Teropong-Daerah/Kalimantan-Barat/Seni-Budaya/Tradisi-Robo-robo| title= ''Tradisi Robo-robo''| publisher= kidnesia.com| accessdate= 3 Juni 2014}} </ref>
'''Robo-robo''' adalah upacara tolak bala oleh masyarakat Kota [[Mempawah]], [[Kalimantan Barat]], [[Indonesia]].<ref name="Amin Alkadrie"> {{cite web|url= http://m.liputan6.com/news/read/35110/upacara-penolak-bala-irobo-roboi-digelar-di-mempawah| title= ''Upacara Penolak Bala Robo-Robo Digelar di Mempawah''| publisher=liputan6.com | accessdate= 3 Juni 2013}} </ref> Upacara ini digelar pada hari [[Rabu]] pekan terakhir bulan [[Safar]], [[Hijriah]].<ref name="Kidnesia"> {{cite web|url= http://www.kidnesia.com/Kidnesia2014/Indonesiaku/Teropong-Daerah/Kalimantan-Barat/Seni-Budaya/Tradisi-Robo-robo| title= ''Tradisi Robo-robo''| publisher= kidnesia.com| accessdate= 3 Juni 2014}} </ref>


==Sejarah==
== Sejarah ==


Pada awalnya acara ini digelar untuk menyambut [[Opu Daeng Menambon]] dari [[Kerajaan Matan]] ([[Martapura]]) di [[Kabupaten Ketapang]] ke [[Kerajaan Mempawah]] di [[Kabupaten Pontianak]] pada tahun [[1737]] M atau [[1448]] H.<ref name="Kerajaan Nusantara"> {{cite web|url= http://www.http://www.kerajaannusantara.com/id/kerajaan-mempawah/upacara| title= ''Upacara Robo-robo''| publisher= kerajaannusantara.com| accessdate= 3 Juni 2014.21.00}} </ref> Opu Daeng Menambon adalah keturunan [[Kerajaan Luwu]], [[Sulawesi Selatan]].<ref name="Kota Hantu"> {{cite web|url= http://www.pontianak.web.id/pontianak/sejarah-robo-robo.html| title= ''Sejarah Robo-Robo''| publisher= pontianak.web.id| accessdate= 3 Juni 2014.21.00}} </ref> Opu Daeng Menambon datang ke Mempawah untuk menyebarkan agama [[Islam]].<ref name="Kerajaan Nusantara"> </ref> Selain menyebarkan agama Islam, Opu Daeng Menambon juga membangun Mempawah dengan menjadi seorang raja di Kerajaan di Mempawah.<ref name="Kerajaan Nusantara"> </ref>
Pada awalnya acara ini digelar untuk menyambut [[Opu Daeng Menambon]] dari [[Kerajaan Matan]] ([[Martapura]]) di [[Kabupaten Ketapang]] ke [[Kerajaan Mempawah]] di [[Kabupaten Pontianak]] pada tahun [[1737]] M atau [[1448]] H.<ref name="Kerajaan Nusantara"> {{cite web|url= http://www.http://www.kerajaannusantara.com/id/kerajaan-mempawah/upacara| title= ''Upacara Robo-robo''| publisher= kerajaannusantara.com| accessdate= 3 Juni 2014.21.00}} </ref> Opu Daeng Menambon adalah keturunan [[Kerajaan Luwu]], [[Sulawesi Selatan]].<ref name="Kota Hantu"> {{cite web|url= http://www.pontianak.web.id/pontianak/sejarah-robo-robo.html| title= ''Sejarah Robo-Robo''| publisher= pontianak.web.id| accessdate= 3 Juni 2014.21.00}} </ref> Opu Daeng Menambon datang ke Mempawah untuk menyebarkan agama [[Islam]].<ref name="Kerajaan Nusantara"/> Selain menyebarkan agama Islam, Opu Daeng Menambon juga membangun Mempawah dengan menjadi seorang raja di Kerajaan di Mempawah.<ref name="Kerajaan Nusantara"/>
Ritual Robo-robo dimulai saat Opu Daeng Menambon beserta keluarga, serta punggawa dan pengawal berangkat dari [[Desa Benteng]], Mempawah menggunakan perahu ''bidar''.<ref name="Kidnesia"> </ref> Perahu bidar adalah perahu kerajaan dari [[Istana Amantubillah]].<ref name="Kidnesia"> </ref> Kapal tersebut berlayar menuju muara sungai Mempawah yang berada di [[Desa Kuala]], Mempawah dengan jarak tempuh sekitar satu jam perjalanan.<ref name="Kidnesia"> </ref> Berlayar keluarga kerajaan ini diiringi dengan 40 perahu.<ref name="Kota Hantu"> </ref> Saat masuk Muara Kuala Mempawah, rombongan tersebut disambut dengan suka cita oleh masyarakat Mempawah.<ref name="Kota Hantu"> </ref> Sambutan tersebut dilakukan dengan memasang berbagai kain warna-warni dan [[kertas]] di rumah penduduk yang berada di pinggir sungai.<ref name="Kota Hantu"> </ref> Karena kedatangan rombongan tersebut bertepatan dengan bulan Safar, maka masyarakat Mempawah memperingatinya sebagi upacara tolak bala, karena masyarakat Mempawah yakin pada bulan Safar banyak diturunkan [[bala]].<ref name="Kerajaan Nusantara"> </ref>
Ritual Robo-robo dimulai saat Opu Daeng Menambon beserta keluarga, serta punggawa dan pengawal berangkat dari [[Desa Benteng]], Mempawah menggunakan perahu ''bidar''.<ref name="Kidnesia"/> Perahu bidar adalah perahu kerajaan dari [[Istana Amantubillah]].<ref name="Kidnesia"/> Kapal tersebut berlayar menuju muara sungai Mempawah yang berada di [[Desa Kuala]], Mempawah dengan jarak tempuh sekitar satu jam perjalanan.<ref name="Kidnesia"/> Berlayar keluarga kerajaan ini diiringi dengan 40 perahu.<ref name="Kota Hantu"/> Saat masuk Muara Kuala Mempawah, rombongan tersebut disambut dengan suka cita oleh masyarakat Mempawah.<ref name="Kota Hantu"/> Sambutan tersebut dilakukan dengan memasang berbagai kain warna-warni dan [[kertas]] di rumah penduduk yang berada di pinggir sungai.<ref name="Kota Hantu"/> Karena kedatangan rombongan tersebut bertepatan dengan bulan Safar, maka masyarakat Mempawah memperingatinya sebagi upacara tolak bala, karena masyarakat Mempawah yakin pada bulan Safar banyak diturunkan [[bala]].<ref name="Kerajaan Nusantara"/>


==Pelaksanaan==
== Pelaksanaan ==


Setelah melakukan adzan dan membaca doa tolak bala, masyarkat melakukan ritual ''buang-buang'' yang bisanya dilaksanakan selepas [[dzuhur]] dengan membuang sesaji di sungai.<ref name="Kerajaan Nusantara"> </ref> Sesajian tersebut terdiri atas ''beras kuning'', ''setanggi'', dan ''bertih''.<ref name="Kerajaan Nusantara"> </ref> Bertih melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan dan setanggi melambangkan keberkahan.<ref name="Kerajaan Nusantara"> </ref> Ritual ''buang-buang'' dilaksanakan dengan maksud penghormatan dan pengakuan terhadap [[sungai]] dan [[laut]] sebagai sumber kehidupan [[manusia]].<ref name="Kerajaan Nusantara"> </ref> Setelah ritual tersebut, masyarakat melaksanakan makan ''saprahan'' atau makan bersama di halaman depan Istana Amantubillah.<ref name="Kerajaan Nusantara"> </ref>
Setelah melakukan adzan dan membaca doa tolak bala, masyarkat melakukan ritual ''buang-buang'' yang bisanya dilaksanakan selepas [[dzuhur]] dengan membuang sesaji di sungai.<ref name="Kerajaan Nusantara"/> Sesajian tersebut terdiri atas ''beras kuning'', ''setanggi'', dan ''bertih''.<ref name="Kerajaan Nusantara"/> Bertih melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan dan setanggi melambangkan keberkahan.<ref name="Kerajaan Nusantara"/> Ritual ''buang-buang'' dilaksanakan dengan maksud penghormatan dan pengakuan terhadap [[sungai]] dan [[laut]] sebagai sumber kehidupan [[manusia]].<ref name="Kerajaan Nusantara"/> Setelah ritual tersebut, masyarakat melaksanakan makan ''saprahan'' atau makan bersama di halaman depan Istana Amantubillah.<ref name="Kerajaan Nusantara"/>


Sekarang, Robo-robo selain digelar untuk menolak bala, juga untuk mengenang hari wafatnya Opu Daeng Menambun.<ref name="Kidnesia"> </ref> Untuk memeriahkan ritual Robo-robo, masyarakat setempat menggelar hiburan tradisional seperti ''jepin'', ''tundang'' atau [[pantun]] berdendang, dan lomba perahu bidar.<ref name="Kerajaan Nusantara"> </ref> Bagi warga keturunan [[Bugis]] yang berada di Kalimantan Barat, bisanya memperingati Robo-robo dengan makan bersama keluarga di halaman [[rumah]].<ref name="Kidnesia"> </ref>
Sekarang, Robo-robo selain digelar untuk menolak bala, juga untuk mengenang hari wafatnya Opu Daeng Menambun.<ref name="Kidnesia"/> Untuk memeriahkan ritual Robo-robo, masyarakat setempat menggelar hiburan tradisional seperti ''jepin'', ''tundang'' atau [[pantun]] berdendang, dan lomba perahu bidar.<ref name="Kerajaan Nusantara"/> Bagi warga keturunan [[Bugis]] yang berada di Kalimantan Barat, bisanya memperingati Robo-robo dengan makan bersama keluarga di halaman [[rumah]].<ref name="Kidnesia"/>


==Referensi==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}



Revisi per 7 Juni 2016 04.25

Berkas:Robo-robo.jpg
upacara Robo-robo, Kota Mempawah, Kalimantan Barat

Robo-robo adalah upacara tolak bala oleh masyarakat Kota Mempawah, Kalimantan Barat, Indonesia.[1] Upacara ini digelar pada hari Rabu pekan terakhir bulan Safar, Hijriah.[2]

Sejarah

Pada awalnya acara ini digelar untuk menyambut Opu Daeng Menambon dari Kerajaan Matan (Martapura) di Kabupaten Ketapang ke Kerajaan Mempawah di Kabupaten Pontianak pada tahun 1737 M atau 1448 H.[3] Opu Daeng Menambon adalah keturunan Kerajaan Luwu, Sulawesi Selatan.[4] Opu Daeng Menambon datang ke Mempawah untuk menyebarkan agama Islam.[3] Selain menyebarkan agama Islam, Opu Daeng Menambon juga membangun Mempawah dengan menjadi seorang raja di Kerajaan di Mempawah.[3] Ritual Robo-robo dimulai saat Opu Daeng Menambon beserta keluarga, serta punggawa dan pengawal berangkat dari Desa Benteng, Mempawah menggunakan perahu bidar.[2] Perahu bidar adalah perahu kerajaan dari Istana Amantubillah.[2] Kapal tersebut berlayar menuju muara sungai Mempawah yang berada di Desa Kuala, Mempawah dengan jarak tempuh sekitar satu jam perjalanan.[2] Berlayar keluarga kerajaan ini diiringi dengan 40 perahu.[4] Saat masuk Muara Kuala Mempawah, rombongan tersebut disambut dengan suka cita oleh masyarakat Mempawah.[4] Sambutan tersebut dilakukan dengan memasang berbagai kain warna-warni dan kertas di rumah penduduk yang berada di pinggir sungai.[4] Karena kedatangan rombongan tersebut bertepatan dengan bulan Safar, maka masyarakat Mempawah memperingatinya sebagi upacara tolak bala, karena masyarakat Mempawah yakin pada bulan Safar banyak diturunkan bala.[3]

Pelaksanaan

Setelah melakukan adzan dan membaca doa tolak bala, masyarkat melakukan ritual buang-buang yang bisanya dilaksanakan selepas dzuhur dengan membuang sesaji di sungai.[3] Sesajian tersebut terdiri atas beras kuning, setanggi, dan bertih.[3] Bertih melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan dan setanggi melambangkan keberkahan.[3] Ritual buang-buang dilaksanakan dengan maksud penghormatan dan pengakuan terhadap sungai dan laut sebagai sumber kehidupan manusia.[3] Setelah ritual tersebut, masyarakat melaksanakan makan saprahan atau makan bersama di halaman depan Istana Amantubillah.[3]

Sekarang, Robo-robo selain digelar untuk menolak bala, juga untuk mengenang hari wafatnya Opu Daeng Menambun.[2] Untuk memeriahkan ritual Robo-robo, masyarakat setempat menggelar hiburan tradisional seperti jepin, tundang atau pantun berdendang, dan lomba perahu bidar.[3] Bagi warga keturunan Bugis yang berada di Kalimantan Barat, bisanya memperingati Robo-robo dengan makan bersama keluarga di halaman rumah.[2]

Referensi

  1. ^ "Upacara Penolak Bala Robo-Robo Digelar di Mempawah". liputan6.com. Diakses tanggal 3 Juni 2013. 
  2. ^ a b c d e f "Tradisi Robo-robo". kidnesia.com. Diakses tanggal 3 Juni 2014. 
  3. ^ a b c d e f g h i j "Upacara Robo-robo". kerajaannusantara.com. Diakses tanggal 3 Juni 2014.21.00. 
  4. ^ a b c d "Sejarah Robo-Robo". pontianak.web.id. Diakses tanggal 3 Juni 2014.21.00.