Lompat ke isi

Pepaya gunung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan Aditya.sukses (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh 120.161.1.81
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
{{Taxobox
{{Taxobox
| name = Pepaya gunung
| name = Pepaya Dieng
| color = lightgreen
| color = lightgreen
| image = Mountain papaya (Vasconcellea pubescens).jpg
| image = Diengnus papaya (Vasconcellea pubescens).jpg
| regnum = [[Plantae]]
| regnum = [[Plantae]]
| divisio = [[Flowering plant|Magnoliophyta]]
| divisio = [[Flowering plant|Magnoliophyta]]
Baris 13: Baris 13:
| binomial_authority = [[Victor Manuel Badillo|V.M. Badillo]]
| binomial_authority = [[Victor Manuel Badillo|V.M. Badillo]]
}}
}}
'''Pepaya gunung''' atau '''karika''' (sering ditulis ''carica'', ''Vasconcellea cundinamarcensis'', [[sinonim|syn.]] ''Carica pubescens'',<ref name="Bermejo dan Leon, 1994">{{cite press release |publisher=FAO |title=Neglected Crops: 1492 from a Different Perspective. Plant Production and Protection Series No. 26. |date=[[1994]] |url=http://www.hort.purdue.edu/newcrop/default.html |format=html |language=[[Bahasa Inggris]] |accessdate=[[27 Agustus]] [[2007]]}}</ref> ''Carica quercifolia'', ''Carica goudotiana'',<ref name="Hidayat, 2001">Hidayat, S. 2001. Prospek Pepaya Gunung (''Carica Pubescens'') dari Sikunang, Pegunungan Dieng, Wonosobo. Prosiding Seminar Sehari: Menggali Potensi dan Meningkatkan Prospek Tanaman Hortikultura Menuju Ketahanan Pangan. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, Bogor.</ref><ref name="Verhey dan Coronel, 1997">Verhey, E. W. M. dan R. E. Coronel. 1997. Prosea Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.</ref> dan ''Cariaca candamarcensis''<ref name="Hidayat, 2001"/><ref name="Verhey dan Coronel, 1997"/>) adalah kerabat [[pepaya]] yang menyukai keadaan [[dataran tinggi]] basah, 1.500–3.000 m [[di atas permukaan laut]]. Di wilayah [[Wonosobo]] tanaman ini biasa disebut Carica, dan di [[Bali]] tanaman ini disebut Gedang Memedi.<ref name="Verhey dan Coronel, 1997"/> Daerah asalnya adalah dataran tinggi [[Andes]], [[Amerika Selatan]].
'''Pepaya dieng''' atau '''karika''' (sering ditulis ''carica'', ''Vasconcellea cundinamarcensis'', [[sinonim|syn.]] ''Carica pubescens'',<ref name="Bermejo dan Leon, 1994">{{cite press release |publisher=FAO |title=Neglected Crops: 1492 from a Different Perspective. Plant Production and Protection Series No. 26. |date=[[1994]] |url=http://www.hort.purdue.edu/newcrop/default.html |format=html |language=[[Bahasa Inggris]] |accessdate=[[27 Agustus]] [[2007]]}}</ref> ''Carica quercifolia'', ''Carica goudotiana'',<ref name="Hidayat, 2001">Hidayat, S. 2001. Prospek Pepaya Gunung (''Carica Pubescens'') dari Sikunang, Pegunungan Dieng, Wonosobo. Prosiding Seminar Sehari: Menggali Potensi dan Meningkatkan Prospek Tanaman Hortikultura Menuju Ketahanan Pangan. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, Bogor.</ref><ref name="Verhey dan Coronel, 1997">Verhey, E. W. M. dan R. E. Coronel. 1997. Prosea Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.</ref> dan ''Cariaca candamarcensis''<ref name="Hidayat, 2001"/><ref name="Verhey dan Coronel, 1997"/>) adalah kerabat [[pepaya]] yang menyukai keadaan [[dataran tinggi]] basah, 1.500–3.000 m [[di atas permukaan laut]]. Di wilayah [[Wonosobo]] tanaman ini biasa disebut Carica, dan di [[Bali]] tanaman ini disebut Gedang Memedi.<ref name="Verhey dan Coronel, 1997"/> Daerah asalnya adalah dataran tinggi [[Andes]], [[Amerika Selatan]].


Tanaman pepaya gunung merupakan pohon kecil atau [[perdu]] yang tidak ber[[kayu]], mirip dengan pepaya biasa (''Carica papaya L''.), tetapi mempunyai cabang yang lebih banyak dan ukuran semua bagian tanaman lebih kecil.<ref name="Verhey dan Coronel, 1997"/> Tinggi rata-rata adalah 1-2 meter, [[bunga]] jantan memiliki tangkai yang panjang hingga 15&nbsp;cm dan bunga betina berukuran lebih besar dengan tangkai yang keras dan pendek.<ref name="Hidayat, 2001"/>
Tanaman pepaya dieng merupakan pohon kecil atau [[perdu]] yang tidak ber[[kayu]], mirip dengan pepaya biasa (''Carica papaya L''.), tetapi mempunyai cabang yang lebih banyak dan ukuran semua bagian tanaman lebih kecil.<ref name="Verhey dan Coronel, 1997"/> Tinggi rata-rata adalah 1-2 meter, [[bunga]] jantan memiliki tangkai yang panjang hingga 15&nbsp;cm dan bunga betina berukuran lebih besar dengan tangkai yang keras dan pendek.<ref name="Hidayat, 2001"/>


Buah pepaya gunung berbentuk bulat telur dengan ukuran panjang 6–10&nbsp;cm dan diameter 3–4&nbsp;cm<ref name="Hidayat, 2001"/>. Buah matang berbentuk telur sungsang dengan ukuran 6–15&nbsp;cm x 3–8&nbsp;cm, dagingnya keras, berwarna kuning-jingga, rasanya agak asam tetapi harum, di sekeliling rongganya terdapat banyak sekali biji yang terbungkus oleh [[sarkotesta]] yang putih dan berair.<ref name="Verhey dan Coronel, 1997"/> Buah yang belum matang memiliki kulit yang berwarna hijau gelap dan akan berubah menjadi kuning setelah matang. [[Biji]] buah berwarna hitam dengan jumlah yang banyak dan padat.<ref name="Hidayat, 2001"/> Buahnya mengandung getah, dan getah ini akan semakin berkurang dengan semakin mendekati kematangan. Getah ini mengandung papain yang bersifat proteolitik.<ref name="Hendro, 2005">Hendro, S. 2005. Seri Agribisnis: Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.</ref>
Buah pepaya dieng berbentuk bulat telur dengan ukuran panjang 6–10&nbsp;cm dan diameter 3–4&nbsp;cm<ref name="Hidayat, 2001"/>. Buah matang berbentuk telur sungsang dengan ukuran 6–15&nbsp;cm x 3–8&nbsp;cm, dagingnya keras, berwarna kuning-jingga, rasanya agak asam tetapi harum, di sekeliling rongganya terdapat banyak sekali biji yang terbungkus oleh [[sarkotesta]] yang putih dan berair.<ref name="Verhey dan Coronel, 1997"/> Buah yang belum matang memiliki kulit yang berwarna hijau gelap dan akan berubah menjadi kuning setelah matang. [[Biji]] buah berwarna hitam dengan jumlah yang banyak dan padat.<ref name="Hidayat, 2001"/> Buahnya mengandung getah, dan getah ini akan semakin berkurang dengan semakin mendekati kematangan. Getah ini mengandung papain yang bersifat proteolitik.<ref name="Hendro, 2005">Hendro, S. 2005. Seri Agribisnis: Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.</ref>


Pepaya gunung merupakan sumber [[kalsium]], [[gula]], [[vitamin A]] dan [[vitamin C|C]].<ref name="Hidayat, 2001"/> Pepaya gunung mengandung banyak [[minyak atsiri]] dan merupakan turunan dari [[asam lemak]]. Kebanyakan merupakan senyawa 3-[[hidroksiester]], yang juga ditemukan pada beberapa tanaman tropika lainnya seperti [[nanas]], [[mangga]], ''[[gooseberry]]'', [[tamarillo]], dan [[sawo]].<ref name="Krajewski et al, 1997">Krajewski, D. et al. 1997. Aliphatic β-D-Glucosides from Fruits of Carica pubescens. Phytochemistry Vol 45, No 8.</ref>
Pepaya dieng merupakan sumber [[kalsium]], [[gula]], [[vitamin A]] dan [[vitamin C|C]].<ref name="Hidayat, 2001"/> Pepaya dieng mengandung banyak [[minyak atsiri]] dan merupakan turunan dari [[asam lemak]]. Kebanyakan merupakan senyawa 3-[[hidroksiester]], yang juga ditemukan pada beberapa tanaman tropika lainnya seperti [[nanas]], [[mangga]], ''[[gooseberry]]'', [[tamarillo]], dan [[sawo]].<ref name="Krajewski et al, 1997">Krajewski, D. et al. 1997. Aliphatic β-D-Glucosides from Fruits of Carica pubescens. Phytochemistry Vol 45, No 8.</ref>


Pepaya gunung diintroduksi ke Indonesia pada masa menjelang [[Perang Dunia II]] oleh pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]], dan berhasil dikembangkan di [[Dataran Tinggi Dieng]]. Sekarang "carica" menjadi salah satu buah tangan khas dari daerah itu.
Pepaya dieng diintroduksi ke Indonesia pada masa menjelang [[Perang Dunia II]] oleh pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]], dan berhasil dikembangkan di [[Dataran Tinggi Dieng]]. Sekarang "carica" menjadi salah satu buah tangan khas dari daerah itu.


Buah ini dapat dijadikan [[sirup]], [[jus]], [[manisan]], dan [[selai]]. Buah ini cocok dimakan oleh orang yang memiliki perut lemah terhadap buah-buahan karena mempunyai sifat memperbaiki [[pencernaan]].<ref name="Hidayat, 2001"/> [[Daging buah]]nya juga dapat dimakan segar. Di [[Jawa]], buah ini dijual kepada [[wisatawan]], digunakan untuk konsumsi setempat, dan dikalengkan. Di Amerika Selatan, buah ini dijadikan minuman ringan non [[alkohol]] dan dijadikan selai.<ref name="Verhey dan Coronel, 1997"/> Buah yang masih muda biasanya dikeringkan untuk dijadikan serbuk bahan pembuatan obat penyakit kulit atau [[kosmetik]]. Daunnya dapat digunakan sebagai pelunak daging karena mengandung zat [[papain]]. Selain itu, zat papain digunakan dalam berbagai industri makanan dan [[farmasi]]. Di daerah [[Dieng]] buah pepaya gunung masih merupakan konsumsi lokal dan dibuat minuman awetan dalam kaleng namun masih dalam jumlah terbatas.
Buah ini dapat dijadikan [[sirup]], [[jus]], [[manisan]], dan [[selai]]. Buah ini cocok dimakan oleh orang yang memiliki perut lemah terhadap buah-buahan karena mempunyai sifat memperbaiki [[pencernaan]].<ref name="Hidayat, 2001"/> [[Daging buah]]nya juga dapat dimakan segar. Di [[Jawa]], buah ini dijual kepada [[wisatawan]], digunakan untuk konsumsi setempat, dan dikalengkan. Di Amerika Selatan, buah ini dijadikan minuman ringan non [[alkohol]] dan dijadikan selai.<ref name="Verhey dan Coronel, 1997"/> Buah yang masih muda biasanya dikeringkan untuk dijadikan serbuk bahan pembuatan obat penyakit kulit atau [[kosmetik]]. Daunnya dapat digunakan sebagai pelunak daging karena mengandung zat [[papain]]. Selain itu, zat papain digunakan dalam berbagai industri makanan dan [[farmasi]]. Di daerah [[Dieng]] buah pepaya gunung masih merupakan konsumsi lokal dan dibuat minuman awetan dalam kaleng namun masih dalam jumlah terbatas.


Tanaman pepaya gunung lebih tahan terhadap udara dingin dan [[virus]] yang umum menyerang pepaya biasa.<ref name="Hidayat, 2001"/><ref name="Verhey dan Coronel, 1997"/>
Tanaman pepaya dieng lebih tahan terhadap udara dingin dan [[virus]] yang umum menyerang pepaya biasa.<ref name="Hidayat, 2001"/><ref name="Verhey dan Coronel, 1997"/>


Jenis ini dipakai sebagai tetua bagi jenis buah hibrida "Babaco", sejenis pepaya yang populer di Amerika Selatan.
Jenis ini dipakai sebagai tetua bagi jenis buah hibrida "Babaco", sejenis pepaya yang populer di Amerika Selatan.

Revisi per 3 Juli 2016 06.49

Pepaya Dieng
Berkas:Diengnus papaya (Vasconcellea pubescens).jpg
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
V. cundinamarcensis
Nama binomial
Vasconcellea cundinamarcensis

Pepaya dieng atau karika (sering ditulis carica, Vasconcellea cundinamarcensis, syn. Carica pubescens,[1] Carica quercifolia, Carica goudotiana,[2][3] dan Cariaca candamarcensis[2][3]) adalah kerabat pepaya yang menyukai keadaan dataran tinggi basah, 1.500–3.000 m di atas permukaan laut. Di wilayah Wonosobo tanaman ini biasa disebut Carica, dan di Bali tanaman ini disebut Gedang Memedi.[3] Daerah asalnya adalah dataran tinggi Andes, Amerika Selatan.

Tanaman pepaya dieng merupakan pohon kecil atau perdu yang tidak berkayu, mirip dengan pepaya biasa (Carica papaya L.), tetapi mempunyai cabang yang lebih banyak dan ukuran semua bagian tanaman lebih kecil.[3] Tinggi rata-rata adalah 1-2 meter, bunga jantan memiliki tangkai yang panjang hingga 15 cm dan bunga betina berukuran lebih besar dengan tangkai yang keras dan pendek.[2]

Buah pepaya dieng berbentuk bulat telur dengan ukuran panjang 6–10 cm dan diameter 3–4 cm[2]. Buah matang berbentuk telur sungsang dengan ukuran 6–15 cm x 3–8 cm, dagingnya keras, berwarna kuning-jingga, rasanya agak asam tetapi harum, di sekeliling rongganya terdapat banyak sekali biji yang terbungkus oleh sarkotesta yang putih dan berair.[3] Buah yang belum matang memiliki kulit yang berwarna hijau gelap dan akan berubah menjadi kuning setelah matang. Biji buah berwarna hitam dengan jumlah yang banyak dan padat.[2] Buahnya mengandung getah, dan getah ini akan semakin berkurang dengan semakin mendekati kematangan. Getah ini mengandung papain yang bersifat proteolitik.[4]

Pepaya dieng merupakan sumber kalsium, gula, vitamin A dan C.[2] Pepaya dieng mengandung banyak minyak atsiri dan merupakan turunan dari asam lemak. Kebanyakan merupakan senyawa 3-hidroksiester, yang juga ditemukan pada beberapa tanaman tropika lainnya seperti nanas, mangga, gooseberry, tamarillo, dan sawo.[5]

Pepaya dieng diintroduksi ke Indonesia pada masa menjelang Perang Dunia II oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, dan berhasil dikembangkan di Dataran Tinggi Dieng. Sekarang "carica" menjadi salah satu buah tangan khas dari daerah itu.

Buah ini dapat dijadikan sirup, jus, manisan, dan selai. Buah ini cocok dimakan oleh orang yang memiliki perut lemah terhadap buah-buahan karena mempunyai sifat memperbaiki pencernaan.[2] Daging buahnya juga dapat dimakan segar. Di Jawa, buah ini dijual kepada wisatawan, digunakan untuk konsumsi setempat, dan dikalengkan. Di Amerika Selatan, buah ini dijadikan minuman ringan non alkohol dan dijadikan selai.[3] Buah yang masih muda biasanya dikeringkan untuk dijadikan serbuk bahan pembuatan obat penyakit kulit atau kosmetik. Daunnya dapat digunakan sebagai pelunak daging karena mengandung zat papain. Selain itu, zat papain digunakan dalam berbagai industri makanan dan farmasi. Di daerah Dieng buah pepaya gunung masih merupakan konsumsi lokal dan dibuat minuman awetan dalam kaleng namun masih dalam jumlah terbatas.

Tanaman pepaya dieng lebih tahan terhadap udara dingin dan virus yang umum menyerang pepaya biasa.[2][3]

Jenis ini dipakai sebagai tetua bagi jenis buah hibrida "Babaco", sejenis pepaya yang populer di Amerika Selatan.

Manfaat

Pepaya gunung memiliki kandungan yang baik untuk kesehatan tubuh, beberapa manfaat dari pepaya gunung, di antaranya adalah:

Referensi

  1. ^ "Neglected Crops: 1492 from a Different Perspective. Plant Production and Protection Series No. 26" (html) (Siaran pers) (dalam bahasa Bahasa Inggris). FAO. 1994. Diakses tanggal 27 Agustus 2007. 
  2. ^ a b c d e f g h Hidayat, S. 2001. Prospek Pepaya Gunung (Carica Pubescens) dari Sikunang, Pegunungan Dieng, Wonosobo. Prosiding Seminar Sehari: Menggali Potensi dan Meningkatkan Prospek Tanaman Hortikultura Menuju Ketahanan Pangan. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, Bogor.
  3. ^ a b c d e f g Verhey, E. W. M. dan R. E. Coronel. 1997. Prosea Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
  4. ^ Hendro, S. 2005. Seri Agribisnis: Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.
  5. ^ Krajewski, D. et al. 1997. Aliphatic β-D-Glucosides from Fruits of Carica pubescens. Phytochemistry Vol 45, No 8.

Bacaan lainnya