Catenaccio: Perbedaan antara revisi
k Bot: Penggantian teks otomatis (-sepakbola +sepak bola); perubahan kosmetika |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Sepakbola +Sepak bola) |
||
Baris 23: | Baris 23: | ||
Perbedaan utama sistem catenaccio dengan sistem "Parkir Bus" adalah penggunaan libero yang tidak hanya berperan dalam menjaga pertahanan namun juga berperan sebagai titik awal penyerangan.<ref name="Beauty">{{cite web|url=http://www.sportskeeda.com/football/the-beauty-of-catenaccio-style-of-football/|title=The beauty of 'Catenaccio' style of Football|first=Abhishek|last=Chakraborty|publisher=Sports Keeda|accessdate=5 Mei 2014|year=2012}}</ref> |
Perbedaan utama sistem catenaccio dengan sistem "Parkir Bus" adalah penggunaan libero yang tidak hanya berperan dalam menjaga pertahanan namun juga berperan sebagai titik awal penyerangan.<ref name="Beauty">{{cite web|url=http://www.sportskeeda.com/football/the-beauty-of-catenaccio-style-of-football/|title=The beauty of 'Catenaccio' style of Football|first=Abhishek|last=Chakraborty|publisher=Sports Keeda|accessdate=5 Mei 2014|year=2012}}</ref> |
||
== |
== Sepak bola modern == |
||
Masa kejayaan catenaccio berangsur hilang semenjak banyak tim yang menerapkan strategi menyerang seperti Total Football yang diperagakan oleh Tim Nasional Belanda.<ref name="article">{{cite web|url=http://www.instantactionsports.com/uk/sports-articles/soccer2.html|title=Catenaccio - The Lost Art Of Defensive Football|accessdate=10 Mei 2014|publisher=Instant Action Sports}}</ref> Di Italia, AC Milan pada era "The Dream Team" mulai meninggalkan permainan defensif yang berujung pada trofi [[Liga Champions]] tahun 1989, 1990, dan 1994.<ref name="article">{{cite web|url=http://www.instantactionsports.com/uk/sports-articles/soccer2.html|title=Catenaccio - The Lost Art Of Defensive Football|accessdate=10 Mei 2014|publisher=Instant Action Sports}}</ref> Kini, Tim Nasional Italia di bawah asuhan [[Cesare Prandelli]] menerapkan catenaccio versi modern yang atraktif dan tidak hanya bertahan.<ref name="Euro">{{cite web|url=http://www.firstpost.com/blogs/euro-2012-this-is-not-the-death-of-catenaccio-364240.html|title=Euro 2012: This is not the death of Catenaccio|first=Gautam|last=Viswanathan|accessdate=10 Mei 2014|year=2012|publisher=Firstpost}}</ref> Namun, lini pertahanan tetap menjadi bagian penting yang tidak dapat dilupakan.<ref name="Euro">{{cite web|url=http://www.firstpost.com/blogs/euro-2012-this-is-not-the-death-of-catenaccio-364240.html|title=Euro 2012: This is not the death of Catenaccio|first=Gautam|last=Viswanathan|accessdate=10 Mei 2014|year=2012|publisher=Firstpost}}</ref> Meskipun dianggap tidak sesuai dengan sepak bola modern, catenaccio mengalami modifikasi dan tidak pernah mati.<ref name="Euro">{{cite web|url=http://www.firstpost.com/blogs/euro-2012-this-is-not-the-death-of-catenaccio-364240.html|title=Euro 2012: This is not the death of Catenaccio|first=Gautam|last=Viswanathan|accessdate=10 Mei 2014|year=2012|publisher=Firstpost}}</ref> |
Masa kejayaan catenaccio berangsur hilang semenjak banyak tim yang menerapkan strategi menyerang seperti Total Football yang diperagakan oleh Tim Nasional Belanda.<ref name="article">{{cite web|url=http://www.instantactionsports.com/uk/sports-articles/soccer2.html|title=Catenaccio - The Lost Art Of Defensive Football|accessdate=10 Mei 2014|publisher=Instant Action Sports}}</ref> Di Italia, AC Milan pada era "The Dream Team" mulai meninggalkan permainan defensif yang berujung pada trofi [[Liga Champions]] tahun 1989, 1990, dan 1994.<ref name="article">{{cite web|url=http://www.instantactionsports.com/uk/sports-articles/soccer2.html|title=Catenaccio - The Lost Art Of Defensive Football|accessdate=10 Mei 2014|publisher=Instant Action Sports}}</ref> Kini, Tim Nasional Italia di bawah asuhan [[Cesare Prandelli]] menerapkan catenaccio versi modern yang atraktif dan tidak hanya bertahan.<ref name="Euro">{{cite web|url=http://www.firstpost.com/blogs/euro-2012-this-is-not-the-death-of-catenaccio-364240.html|title=Euro 2012: This is not the death of Catenaccio|first=Gautam|last=Viswanathan|accessdate=10 Mei 2014|year=2012|publisher=Firstpost}}</ref> Namun, lini pertahanan tetap menjadi bagian penting yang tidak dapat dilupakan.<ref name="Euro">{{cite web|url=http://www.firstpost.com/blogs/euro-2012-this-is-not-the-death-of-catenaccio-364240.html|title=Euro 2012: This is not the death of Catenaccio|first=Gautam|last=Viswanathan|accessdate=10 Mei 2014|year=2012|publisher=Firstpost}}</ref> Meskipun dianggap tidak sesuai dengan sepak bola modern, catenaccio mengalami modifikasi dan tidak pernah mati.<ref name="Euro">{{cite web|url=http://www.firstpost.com/blogs/euro-2012-this-is-not-the-death-of-catenaccio-364240.html|title=Euro 2012: This is not the death of Catenaccio|first=Gautam|last=Viswanathan|accessdate=10 Mei 2014|year=2012|publisher=Firstpost}}</ref> |
||
Revisi per 14 Juni 2016 01.16
Catenaccio adalah sistem taktis dalam permainan sepak bola yang menitikberatkan kekuatan pada pertahanan.[1] Dalam bahasa Italia, catenaccio berarti "Kunci" sehingga dapat diartikan bahwa catenaccio adalah strategi permainan dengan pertahanan yang terorganisir dan efektif agar lawan kesulitan menyerang atau mencetak gol.[1] Strategi ini dikenal luas ketika pada tahun 1960-an Helenio Herrera menerapkannya pada Internazionale.[1] Ciri khusus dalam sistem ini adalah penempatan seorang libero yang berdiri bebas tepat di belakang tiga pemain belakang dan di depan penjaga gawang.[1] Tugas utama seorang sweeper adalah menghentikan pergerakan penyerang lawan dan membuang bola yang berada di wilayah pertahanannya.[1]
Sejarah
Jika ditelusur lebih dalam, dasar dari catenaccio adalah sistem verrou yang digunakan oleh pelatih asal Austria bernama Karl Rappan untuk Tim Nasional sepak bola Swiss pada tahun 1930-an hingga 1940-an.[2] Publik sepak bola Italia pertama kali melihat sistem permainan bertahan pada akhir 1940-an ketika Giuseppe Viani menempatkan seorang libero saat mengarsiteki Salernitana.[2] Nereo Rocco kemudian menerapkan sistem ini ketika membawa Triestina menempati posisi dua klasemen.[2] Rocco melanjutkan penerapan sistem ini di Padova dan meraih sukses besar ketika mengantarkan AC Milan memenangkan Kejuaraan Eropa dan Serie A pada tahun 1950-an.[2]
Kekuatan dan kelemahan
Kekuatan
- Catenaccio adalah strategi yang sangat efektif dalam bertahan.[3] Garis ganda pertahanan akan mencegah lawan masuk ke area penalti.[3] Jika kedua garis pertahanan berhasil ditembus, masih ada libero dan penjaga gawang yang siap mengamankan gawang.[3]
- Keberadaan libero sangat bermanfaat untuk menjaga pergerakan penyerang lawan.[3] Penjagaan ketat terhadap penyerang akan melemahkan kekuatan sang penyerang sehingga membuatnya sulit untuk mencetak gol.[3]
- Catenaccio adalah formasi yang sangat baik untuk skema serangan balik.[3] Benteng pertahanan yang tangguh akan memaksa lawan untuk menambah lebih banyak pemain dalam menyerang sehingga akan membuat lawan melupakan sisi pertahanan.[3] Hal ini dapat dimanfaatkan dengan mengirimkan umpan lambung yang jauh untuk dikonversi menjadi gol oleh penyerang.[3]
- Catenaccio menuntut kerja keras seluruh tim, bukan individu.[3] Strategi ini efektif untuk digunakan oleh tim yang lebih lemah atau tim yang pemainnya terkena kartu merah[3]
- Bermain dengan pola bertahan telah melahirkan banyak pemain belakang dengan kualitas handal, contoh pemain belakang produk catenaccio adalah Claudio Gentile, Gaetano Scirea, Franco Baresi, Paolo Maldini, dan Alessandro Costacurta.[3]
Kelemahan
- Pada masa lalu, kemenangan bernilai 2 poin, imbang bernilai 1 poin, dan kalah bernilai 0 poin.[3] Pada saat ini, kemenangan bernilai 3 poin sehingga tim yang hanya mengincar hasil imbang ketika melawan tim yang lebih kuat akan kesulitan untuk menjuarai kompetisi.[3]
- Catenaccio adalah sistem yang tidak seimbang karena hanya menitikberatkan kekuatan pada pertahanan.[3] Hal ini menjadi tidak praktis bagi tim besar karena menghilangkan kekuatan menyerang yang mereka miliki.[3]
- Catenaccio menerapkan penjagaan pemain per pemain (man-mark) sehingga akan kesulitan saat menghadapi tim dengan gaya Total Football yang seluruh pemainnya saling bertukar posisi.[3]
- Ketika sebuah tim menerapkan catenaccio, mereka akan lebih sering memainkan bola ke belakang, hal ini akan memicu kritik "Anti Football" pada tim yang menerapkannya.[3]
Perbedaan catenaccio dan parkir bus
Perbedaan utama sistem catenaccio dengan sistem "Parkir Bus" adalah penggunaan libero yang tidak hanya berperan dalam menjaga pertahanan namun juga berperan sebagai titik awal penyerangan.[4]
Sepak bola modern
Masa kejayaan catenaccio berangsur hilang semenjak banyak tim yang menerapkan strategi menyerang seperti Total Football yang diperagakan oleh Tim Nasional Belanda.[5] Di Italia, AC Milan pada era "The Dream Team" mulai meninggalkan permainan defensif yang berujung pada trofi Liga Champions tahun 1989, 1990, dan 1994.[5] Kini, Tim Nasional Italia di bawah asuhan Cesare Prandelli menerapkan catenaccio versi modern yang atraktif dan tidak hanya bertahan.[6] Namun, lini pertahanan tetap menjadi bagian penting yang tidak dapat dilupakan.[6] Meskipun dianggap tidak sesuai dengan sepak bola modern, catenaccio mengalami modifikasi dan tidak pernah mati.[6]
Rujukan
- ^ a b c d e "Pengertian Catenaccio". Satupedia. Diakses tanggal 30 April 2014.
- ^ a b c d Coggin, Stewart. "Catenaccio Soccer Tactic". World Soccer. Diakses tanggal 30 April 2014.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q "Catenaccio Style Football". Football bible. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
- ^ Chakraborty, Abhishek (2012). "The beauty of 'Catenaccio' style of Football". Sports Keeda. Diakses tanggal 5 Mei 2014.
- ^ a b "Catenaccio - The Lost Art Of Defensive Football". Instant Action Sports. Diakses tanggal 10 Mei 2014.
- ^ a b c Viswanathan, Gautam (2012). "Euro 2012: This is not the death of Catenaccio". Firstpost. Diakses tanggal 10 Mei 2014.