Lompat ke isi

Mudik: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Formosat (bicara | kontrib)
k Sejarah kata mudik
Formosat (bicara | kontrib)
k Sejarah kata mudik
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:mudik.jpg |thumb|250px|Sepeda motor yang akan menyeberang pada saat mudik di Merak]]
[[Berkas:mudik.jpg |thumb|250px|Sepeda motor yang akan menyeberang pada saat mudik di Merak]]
'''Mudik''' adalah kegiatan perantau/pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Kata mudik berasal dari kata udik, artinya selatan / hulu, sesuai topografi sungai-sungai besar Jakarta sejak dulu (Ciliwung, Cisadane, Citarum), yang mengalir dari selatan ke utara.
'''Mudik''' adalah kegiatan perantau/pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Kata mudik berasal dari kata udik, artinya selatan / hulu, sesuai topografi sungai-sungai besar [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] sejak dulu ([[Ci Liwung|Ciliwung]], [[Ci Sadane|Cisadane]], [[Ci Tarum|Citarum]]), yang mengalir dari selatan ke utara.


Mudik di [[Indonesia]] identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang [[Lebaran]]. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga ''sowan'' dengan orang tua. Transportasi yang digunakan antara lain : pesawat terbang, kereta api, kapal laut, bus, dan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor, bahkan truk dapat digunakan untuk mudik. Tradisi mudik muncul pada beberapa negara berkembang dengan mayoritas penduduk Muslim, seperti Indonesia dan Bangladesh.<ref>[https://www.kaskus.co.id/thread/51fc9f233fcb172318000000 Tradisi Mudik di Bangladesh]</ref>
Mudik di [[Indonesia]] identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang [[Lebaran]]. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga ''sowan'' dengan orang tua. Transportasi yang digunakan antara lain : pesawat terbang, kereta api, kapal laut, bus, dan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor, bahkan truk dapat digunakan untuk mudik. Tradisi mudik muncul pada beberapa negara berkembang dengan mayoritas penduduk Muslim, seperti Indonesia dan Bangladesh.<ref>[https://www.kaskus.co.id/thread/51fc9f233fcb172318000000 Tradisi Mudik di Bangladesh]</ref>

Revisi per 2 Juli 2016 18.47

Sepeda motor yang akan menyeberang pada saat mudik di Merak

Mudik adalah kegiatan perantau/pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Kata mudik berasal dari kata udik, artinya selatan / hulu, sesuai topografi sungai-sungai besar Jakarta sejak dulu (Ciliwung, Cisadane, Citarum), yang mengalir dari selatan ke utara.

Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Transportasi yang digunakan antara lain : pesawat terbang, kereta api, kapal laut, bus, dan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor, bahkan truk dapat digunakan untuk mudik. Tradisi mudik muncul pada beberapa negara berkembang dengan mayoritas penduduk Muslim, seperti Indonesia dan Bangladesh.[1]

Jumlah mudik lebaran yang terbesar dari Jakarta adalah menuju Jawa Tengah. Secara rinci prediksi jumlah pemudik tahun 2014 ke Jawa Tengah mencapai 7.893.681 orang. Dari jumlah itu didasarkan beberapa kategori, yakni 2.023.451 orang pemudik sepeda motor, 2.136.138 orang naik mobil, 3.426.702 orang naik bus, 192.219 orang naik kereta api, 26.836 orang naik kapal laut, dan 88.335 orang naik pesawat.[2] Bahkan menurut data Kementerian Perhubungan Indonesia menunjukkan tujuan pemudik dari Jakarta adalah 61% Jateng dan 39% Jatim. Ditinjau dari profesinya, 28% pemudik adalah karyawan swasta, 27% wiraswasta, 17% PNS/TNI/POLRI, 10% pelajar/mahasiswa, 9% ibu rumah tangga dan 9% profesi lainnya. Diperinci menurut pendapatan pemudik, 44% berpendapatan Rp. 3-5 Juta, 42% berpendapatan Rp. 1-3 Juta, 10% berpendapatan Rp. 5-10 Juta, 3% berpendapatan dibawah Rp. 1 Juta dan 1% berpendapatan di atas Rp. 10 Juta.[3]

Angkutan mudik

Beban yang paling berat yang dihadapi dalam mudik adalah penyediaan sistem transportasinya karena secara bersamaan jumlah masyarakat menggunakan angkutan umum atau kendaraan melalui jaringan jalan yang ada sehingga sering mengakibatkan penumpang/pemakai perjalanan menghadapi kemacetan, penundaan perjalanan.

Galeri

Referensi