Andi Abdul Muis: Perbedaan antara revisi
k Robot: Cosmetic changes |
k bot kosmetik perubahan |
||
Baris 13: | Baris 13: | ||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
*{{id}} [http://kompas.com/kompas-cetak/0508/08/utama/1955527.htm "Pejuang Kebebasan Pers Itu Telah Pergi"], [[KOMPAS]], [[8 Agustus]] [[2005]] |
* {{id}} [http://kompas.com/kompas-cetak/0508/08/utama/1955527.htm "Pejuang Kebebasan Pers Itu Telah Pergi"], [[KOMPAS]], [[8 Agustus]] [[2005]] |
||
*{{id}} [http://www.indonesianfamous.com/ensiklopedi/a/andi-abdul-muis/index.shtml Profil di Tokoh Indonesia] |
* {{id}} [http://www.indonesianfamous.com/ensiklopedi/a/andi-abdul-muis/index.shtml Profil di Tokoh Indonesia] |
||
{{DEFAULTSORT:Muis, Andi Abdul}} |
{{DEFAULTSORT:Muis, Andi Abdul}} |
Revisi per 24 Mei 2010 12.33
Prof. Dr. Andi Abdul Muis (Pulau Kalukuang, Kabupaten Pangkep, 4 Desember 1929–Makassar, 6 Agustus 2005) adalah seorang pakar ilmu komunikasi dan pejuang kebebasan pers Indonesia.
Setelah lulus SMA pada tahun 1952, Muis masuk Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Universitas Indonesia. Karena kondisi keuangan yang tak memungkinkan, ia kembali ke Makassar dan bergabung dengan Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta).
Pada tahun 1956–1959, ia menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Harian Tindjauan yang kemudian berubah menjadi harian Bara. Tahun 1958, akibat tulisannya, Muis dijebloskan ke Rumah Tahanan Militer Makassar selama setahun. Setelah keluar dari tahanan, ia melanjutkan studi di Fakultas Hukum bagian Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan dan Bagian Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas) dan lulus tahun pada 1965.
Ia lalu menjadi staf pengajar Jurusan Ilmu Publisistik, yang kemudian masuk dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhas. Pada tahun 1982, gelar doktor komunikasi diraihnya dari Universitas Hasanuddin. Setahun kemudian, Muis diangkat menjadi Guru Besar Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Hasanuddin. Muis juga lalu menjadi Ketua Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Sahid di Jakarta.
Muis kerap menjadi saksi ahli dalam kasus-kasus yang berkaitan dengan kebebasan pers. Tulisannya mengenai masalah komunikasi, pers, hukum, dan demokrasi sering muncul di berbagai media.
Istrinya, Yohana, dinikahinya pada tahun 1958. Yohana meninggal dunia pada 31 Juli 2005. Dari pernikahannya dengan Yohana itu, ia mempunyai seorang putri dan empat cucu.
Pranala luar
- (Indonesia) "Pejuang Kebebasan Pers Itu Telah Pergi", KOMPAS, 8 Agustus 2005
- (Indonesia) Profil di Tokoh Indonesia