Dharmacakra: Perbedaan antara revisi
k Robot: Perubahan kosmetika |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas: |
[[Berkas:Dharma_Wheel.svg|right|180px|thumb|Dharmacakra]] |
||
'''Dharmacakra''' ([[Pali]] :''dhammacakka''; arti : "Roda [[Dharma]]") adalah salah satu dari [[Astamangala]]<ref>[http://www.ancient-symbols.com/buddhist-symbols.html ancient-symbols.com, ''Buddhist symbols'']</ref> dari [[agama-agama India]] seperti [[Hinduisme]], [[Jainisme]], dan [[Buddhisme]]. Dharmacakra melambangkan ajaran kebenaran (dharma) dari [[Buddha Gautama]], jalan yang menuntun kepada [[Nirvana]], sejak zaman [[Buddhisme awal]].{{sfn|Grünwedel|1901|p=67}} |
'''Dharmacakra''' ([[Pali]] :''dhammacakka''; arti : "Roda [[Dharma]]") adalah salah satu dari [[Astamangala]]<ref>[http://www.ancient-symbols.com/buddhist-symbols.html ancient-symbols.com, ''Buddhist symbols'']</ref> dari [[agama-agama India]] seperti [[Hinduisme]], [[Jainisme]], dan [[Buddhisme]]. Dharmacakra melambangkan ajaran kebenaran (dharma) dari [[Buddha Gautama]], jalan yang menuntun kepada [[Nirvana]], sejak zaman [[Buddhisme awal]].{{sfn|Grünwedel|1901|p=67}} |
Revisi per 21 Oktober 2016 12.06
Dharmacakra (Pali :dhammacakka; arti : "Roda Dharma") adalah salah satu dari Astamangala[1] dari agama-agama India seperti Hinduisme, Jainisme, dan Buddhisme. Dharmacakra melambangkan ajaran kebenaran (dharma) dari Buddha Gautama, jalan yang menuntun kepada Nirvana, sejak zaman Buddhisme awal.[2]
Dharmacakra mengajarkan bahwa kebenaran itu seperti lingkaran atau roda dari sebab dan akibat.[3] Artinya, sebab yang satu timbul dari sebab yang lainnya.[3] Dharmacakra disebut juga Catur Arya dan Bhawa Cakra.[3] Ini merupakan ajaran pokok Buddha.[3] Memutarkan roda dharmacaraka berarti memutarkan roda sebab-akibat.[3] Ajaran ini termasuk dalam ajaran pertama Buddha ketika menyebarkan dharmanya. Catur Arya mengandung empat ajaran luhur : Hidup adalah penderitaan, penderitaan berasal dari suatu sebab, sebab penderitaan dapat dimusnahkan, ada jalan untuk melenyapkan sebab-sebab penderitaan.[3] Hukum roda kebenaran ini disebut hukum Pratica Samuppada.[3] Hidup saat ini adalah akibat dari masa lalu.[3] Sementara hidup sekarang ini akan menjadi sebab bagi kehidupan yang akan datang.[3] Munculnya ajaran ini dihubungkan dengan peristiwa pemutaran Roda Dharma yang dilakukan oleh Buddha.[4] Paling tidak 3 kali Buddha memutar Roda Dharma, yaitu ketika ajaran Buddha dijadikan dasar untuk aliran Hinayana, saat ajaran Mahayana mulai dikembangkan, dan sewaktu ajaran Tantrayana mulai disebarluaskan.[4]