Antisthenes: Perbedaan antara revisi
k Bot: Perubahan kosmetika |
Bot: Mengganti Anisthenes_Pio-Clementino_Inv288.jpg dengan Antisthenes_Pio-Clementino_Inv288.jpg |
||
Baris 3: | Baris 3: | ||
| era = [[Filsafat Kuno]] |
| era = [[Filsafat Kuno]] |
||
| color = #B0C4DE |
| color = #B0C4DE |
||
| image_name = |
| image_name = Antisthenes Pio-Clementino Inv288.jpg |
||
| image_size = 200px |
| image_size = 200px |
||
| image_caption = Antisthenes |
| image_caption = Antisthenes |
Revisi per 22 Juli 2018 09.58
Antisthenes | |
---|---|
Lahir | c. 445 SM Athena |
Meninggal | c. 365 SM Athena |
Era | Filsafat Kuno |
Kawasan | Filsafat Barat |
Aliran | Mazhab Sinis |
Minat utama | Asketisme, Etika, Lingusitik, Sastra, Logika |
Gagasan penting | Memberikan fondasi terhadap filsafat Mazhab Sinis |
Memengaruhi
|
Antisthenes adalah seorang filsuf yang termasuk ke dalam Mazhab Sinis.[1] Dia adalah pendiri mazhab tersebut dan guru dari Diogenes dari Sinope.[2] Antisthenes adalah salah satu murid Sokrates, dan ia mengklaim diri sebagai penerus spiritual dari gurunya itu.[2] Sebelum Antithenes belajar pada Sokrates, ia pernah belajar pada filsuf Gorgias.[2]
Antisthenes tidak terlalu mementingkan konsep-konsep filsafat, melainkan mempelajari etika.[3] Etika dipandangnya sebagai bagian paling penting dari filsafat dan juga sebagai keutamaan tertinggi yang patut dicari oleh manusia.[3] Oleh karena itu, ia dan pengikut-pengikutnya meninggalkan pengajaran tentang seni, matematika, dan ilmu alam.[2]
Menurut sumber-sumber kuno, Antisthenes pernah menulis beberapa karya.[2] Karyanya yang paling penting adalah "Herkules" yang berisi etika ideal kehidupan menurut Mazhab Sinis.[2] Karya-karya lainnya berjudul "Cyrus", "Alcibiades", "Arkhelaos" yang isinya kritik terhadap tirani, "Politikus" yang isinya juga kritikan terhadap sistem demokrasi, dan "Sathon" yang merupakan polemik dengan Plato.[2] Plato menulis "Euthydemus" sebagai tanggapan atas tulisan dari Antisthenes tersebut.[2]
Riwayat Hidup
Antisthenes berasal dari kota Athena.[2] Diketahui bahwa ayahnya berasal dari Athena sedangkan ibunya adalah budak dari Thrake.[4][2] Karena itu, dia bukanlah tidak memiliki status penuh sebagai warga kota Athena.[2] Ia lahir sekitar tahun 445 SM dan meninggal di sekitar tahun 365 SM.[2][4]
Setelah itu, ia mengumpulkan murid-murid dan mengajar mereka di sebuah gymnasium yang bernama Kynosarges (dalam bahasa Yunani berarti tempat latihan anjing-anjing).[2][1] Gymnasium tersebut merupakan tempat pemujaan bagi Herkules.[2] Antithenes memilih tempat tersebut karena Herkules dianggap sebagai model terbaik bagi ajarannya Antithenes tentang kehidupan, ketahanan fisik, mengandalkan diri sendiri, dan juga kerja keras.[2] Nama "Sinis" berasal dari nama gymnasium tempat mereka berkumpul.[1][2]
Pemikiran
Tentang Tujuan Hidup Manusia
Antisthenes berpendapat bahwa manusia mempunyai keutamaan bila ia dapat melepaskan diri dari segala barang duniawi dan segala macam kesenangan, sebagaimana telah dipraktikkan oleh Sokrates.[1][4] Kesenangan adalah musuh yang menghalangi kebahagiaan manusia.[1] Seorang bijaksana tidak akan tergantung dari apa pun juga dan hidup dengan mencukupi dirinya sendiri.[1] Kemudian manusia harus bekerja keras dengan usaha-usaha dari tubuh maupun jiwa untuk melewati beragam tantangan, kesakitan, dan penderitaan.[4] Setelah ia berhasil dalam perjuangan tersebut, barulah manusia akan mendapatkan kebahagiaan yang sejati.[4]
Tentang Politik
Menurut Antisthenes, partisipasi dalam politik membahayakan moralitas seseorang.[4] Suatu konvensi tidak berlaku bila bertentangan dengan nilai-nilai keutamaan manusia.[4] Kemudian ia juga menyatakan bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki dapat mengendalikan moralnya sendiri.[4] Ia memberikan contoh para pemimpin pada masa lalu yang menurutnya sesuai dengan apa yang diajarkannya.[4]
Tentang Kenyataan
Untuk melawan konsep Plato tentang ide sebagai yang nyata, Antisthenes menyatakan bahwa hanya individu yang memiliki eksistensi nyata.[2] Oleh karena itu, yang dianggap nyata adalah yang bersifat badaniah dan dapat dirasakan.[2] Antisthenes berkata kepada Plato:
- "O Plato, aku dapat melihat seekor kuda, tetapi aku tidak dapat melihat ide ke-kuda-an itu."[5]
Berkaitan dengan konsep tersebut, Antisthenes juga berpendapat bahwa setiap benda memiliki namanya masing-masing.[2][5] Di sini, setiap benda dianggap sebagai subyek yang nyata.[4][2] Karena itulah, tidak ada kontradiksi di dalam kenyataan, sebab ketika orang berbicara tentang hal yang berbeda, berarti ia menunjuk kepada kenyataan yang lain juga.[4][2][5]
Lihat Juga
Referensi
- ^ a b c d e f K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 92.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u (Inggris)Edward Zeller. 1957. Outlines of the History of Greek Philosophy. New York: Meridian Books. P. 125-128.
- ^ a b (Inggris)Albert A. Avey. 1954. Handbook in the History of Philosophy. New York: Barnes & Noble. P. 23.
- ^ a b c d e f g h i j k (Inggris)I.G. Kidd. 1972. "Antisthenes". In The Encyclopedia of Philosophy Volume One and Two. Paul Edwards, ed. 130-131. New York: Macmillan Publishing.
- ^ a b c (Inggris)Frederick Copleston. 1993. A History of Philosophy Volume I: Greece and Rome. New York: Doubleday. P. 118-120.