Lompat ke isi

Maryam (buku): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 43: Baris 43:
== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}
{{buku-stub}}
{{Novel-stub}}


[[Kategori:Sastra Indonesia]]
[[Kategori:Sastra Indonesia]]

Revisi per 29 April 2020 11.46

Maryam
Berkas:Maryam Buku.jpg
PengarangOkky Madasari
BahasaIndonesia Indonesia
PenerbitGramedia Pustaka Utama
Tanggal terbit
2012
Halaman275 halaman
ISBNISBN 978-979-22-8009-8

Maryam adalah judul novel karya Okky Madasari yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama 2012. Buku ini mengantarkan Okky Madasari Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa untuk kategori Fiksi pada tahun 2012. Penghargaan serupa, tahun itu, juga diberikan kepada Zeffry Alkatiri melalui karyanya, Post Kolonial dan Wisata Sejarah dalam Sajak, untuk kategori Puisi. Maryam (buku) mengisahkan tentang orang-orang yang terusir karena keyakinan yang berbeda dan bertahun-tahun harus hidup di pengungsian.[1] [2][3] [4]

Latar belakang

Dalam novel Maryam ini, Okky mengangkat kisah Maryam, seorang perempuan penganut Ahmadiyah asal Lombok dengan kisah cintanya, termasuk diskriminasi dan penderitaan yang dialami keluarganya yang terusir dari kampung halamannya sendiri karena berbeda keyakinan. Dikisahkan pula bagaimana sebenarnya pengikut Ahmadiyah yang diwakili oleh keluarga Maryam sebenarnya telah sejak lama berbaur dengan masyarakat, hidup berdampingan dengan kaum muslim lainnya tiba-tiba saja menjadi kaum yang terusir sehingga mereka harus meninggalkan rumah yang telah mereka miliki selama puluhan tahun. Sejak kecil sebenarnya Maryam mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda antara kepercayaan yang dianut keluarganya dengan kaum muslim umumnya. Ia menyadari bahwa kaumnya memiliki masjid sendiri dan pengajian sendiri yang secara rutin dilakukan oleh kaum Ahmadiyah. Ketika beranjak dewasa Maryam semakin menyadari ketertutupan kaumnya setelah ia menerima wejangan bahwa kelak ia harus menikah dengan sesama kaum Ahmadi. Awalnya hal itu bukan masalah bagi Maryam karena ia memang sedang menjalin hubungan dengan Gamal, yang juga penganut Ahmadi, sayangnya kisah cintanya kandas setelah kekasihnya ini berpindah keyakinan dan menyatakan bahwa segala sesuatu yang diyakini oleh keluarga mereka adalah sesat.

Putus dari Gamal tak membuat Maryam terpuruk, ia melanjutkan hidupnya. Lulus sekolah ia bekerja di Jakarta dan memiliki karier yang cukup baik. Ia memiliki kekasih baru, Alam, yang bukan seorang Ahmadi. Hubungan ini tentu saja tidak direstui oleh kedua orang tuanya. Namun Maryam tidak peduli, ia memilih jalan hidupnya sendiri. Maryam meninggalkan keluarganya. Keluarga Alam sendiri tidak keberatan kalau anaknya menikah dengan Maryam dengan syarat Maryam bersedia menginggalkan keyakinannya. Maryam akhirnya memilih meninggalkan keyakinannya agar dapat menikah dengan Alam, sayangnya pernikahan ini tidak berjalan mulus. Maryam yang tidak kunjung memiliki anak sering dikait-kaitkan oleh mertuanya yang meganggap itu adalah hukuman akibat kepercayaan yang pernah dianutnya. Maryam akhirnya tidak tahan dan memilih bercerai dan kembali kepada orang tuanya di Lombok. Sayangnya setiba di kampung halamannya, ia tidak menemukan di mana keluarganya berada karena keyakinan yang dianutnya. Dengan disertai rasa bersalahnya karena selama ini ia telah meninggalkan keluarganya, Maryam bertekad untuk mencari dimana keluarganya berada.

Lihat pula

Referensi