Lompat ke isi

Wahhabisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Triasns (bicara | kontrib)
ada kekurangan tentang segala dosa yang diampuni ..tetap ada dosa besar menyangkut aqidah yang tidak diampuni apabila tidak bertobat..sedangkan versi wahab Khawarij adalah semua perbuatan dosa besar akan dihukum di neraka walaupun pelakunya bertobat
Ayankcell (bicara | kontrib)
Baris 15: Baris 15:
Secara sejarah wahabi telah muncul pada kurun kedua Hijriyah, jauh sebelum masa Syaikh [[Muhammad bin Abdul Wahab]]. Pada waktu itu ada sekte [[khawarij]] Ibadhiyah/abadhy (khawarij yang berpemikiran ekstrem) yang dipimpin oleh [[Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum]], yang mati pada tahun 211 Hijriyah. Abdul Wahhab bin Abdurrahman adalah anak dari Abdurrahman bin Rustum sang pendiri negara Khawarij Rustumiyah, dan Abdul Wahab pun mewarisi kekuasaan bapaknya dan pemikirannya. Sekte ini muncul di daerah [[Afrika Utara]]. Sehingga para ulama setempat khusunya dan ulama yang lain menjuluki mereka dengan Wahabi atau Wahabiyah.
Secara sejarah wahabi telah muncul pada kurun kedua Hijriyah, jauh sebelum masa Syaikh [[Muhammad bin Abdul Wahab]]. Pada waktu itu ada sekte [[khawarij]] Ibadhiyah/abadhy (khawarij yang berpemikiran ekstrem) yang dipimpin oleh [[Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum]], yang mati pada tahun 211 Hijriyah. Abdul Wahhab bin Abdurrahman adalah anak dari Abdurrahman bin Rustum sang pendiri negara Khawarij Rustumiyah, dan Abdul Wahab pun mewarisi kekuasaan bapaknya dan pemikirannya. Sekte ini muncul di daerah [[Afrika Utara]]. Sehingga para ulama setempat khusunya dan ulama yang lain menjuluki mereka dengan Wahabi atau Wahabiyah.


Wahabi ini merupakan kelompok yang sangat ekstrem kepada [[ahlussunnah]], mereka suka mengkafirkan kaum muslimin, memberontak kepada pemerintahan, dan sangat jauh dari ajaran yang dibawa oleh Nabi [[Muhammad]]. Sedangkan Wahhabi yang dinisbatkan kepada Muhammad bin Abdul Wahhab adalah Ahlussunnah yang berkeyakinan segala dosa diampuni oleh Alah(selama tidak bertentangan dengan Aqidah dan bertobat) dan tunduk pada pemerintahan kaum Musliminin, dan ia tidak memiliki pemikiran khawarij, bahkan ia adalah pembela [[tauhid]].<ref>Kitab ''Syarah Aqidah Muhammad bin Abdul Wahab'', oleh Zaid bin Muhammad Al–Madkhaly, terjemahan Hanan Hoesin Bahanan, Solo, Pustaka Ar–Rayyan, 2007.</ref>
Wahabi ini merupakan kelompok yang sangat ekstrem kepada [[ahlussunnah]], mereka suka mengkafirkan kaum muslimin, memberontak kepada pemerintahan, dan sangat jauh dari ajaran yang dibawa oleh Nabi [[Muhammad]]. Sedangkan Wahhabi yang dinisbatkan kepada Muhammad bin Abdul Wahhab adalah Ahlussunnah yang berkeyakinan segala dosa diampuni oleh Allah(selama tidak bertentangan dengan Aqidah dan bertobat) dan tunduk pada pemerintahan kaum Musliminin, dan ia tidak memiliki pemikiran khawarij, bahkan ia adalah pembela [[tauhid]].<ref>Kitab ''Syarah Aqidah Muhammad bin Abdul Wahab'', oleh Zaid bin Muhammad Al–Madkhaly, terjemahan Hanan Hoesin Bahanan, Solo, Pustaka Ar–Rayyan, 2007.</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 11 Februari 2017 12.31

Wahhabisme (Arab: وهابية, Wahhābiyah) adalah sebuah gerakan keagamaan[1] dari Islam. Gerakan ini dikembangkan oleh seorang teolog Muslim abad ke-18 yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab dari Najd, Arab Saudi, yang bertujuan untuk membersihkan dan menyempurnakan ajaran Islam kepada ajaran yang sesungguhnya berdasarkan Qur'an dan hadis dari "ketidakmurnian" seperti praktik-praktik bid'ah, syirik dan khurafat.[2]

Wahhabisme adalah bentuk dominan dari Islam di Arab Saudi.[3] Wahhabi telah mengembangkan pengaruh yang cukup besar di dunia Muslim di bagian melalui pendanaan masjid Saudi, sekolah dan program sosial. Paham utama Wahhabi adalah Tauhid, Keesaan dan Kesatuan Allah.[4] Ibnu Abdul Wahhab dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Ibnu Taymiyyah dan mempertanyakan interpretasi klasik Islam yang mengandalkan Alquran dan hadits.[4] Ia menyerang sebuah "kemerosotan moral yang dirasakan dan kelemahan politik" di Semenanjung Arab dan mengutuk penyembahan berhala, kultus populer orang-orang kudus, menjadikan kuil kuburan orang yang saleh, dan dia melarang menjadikan kuburan sebagai tempat peribadahan.[4]

Etimologi

Menurut seorang penulis berkebangsaan Saudi, Abdul Aziz Qasim dan yang lainnya, yang pertama kali memberikan julukan Wahabi kepada Abdul Wahhab adalah Kekhalifahan Ottoman, kemudian bangsa Inggris mengadopsi dan menggunakannya di Timur Tengah.[5]

Wahhabi tidak suka atau setidaknya tidak suka istilah yang disematkan oleh beberapa kalangan tersebut. Ibnu Abdul Wahhab menolak tentang pengangkatan ulama dan orang-orang lain, termasuk menggunakan nama seseorang untuk sebuah label sekolah Islam.[6][7]

Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz berkata: “Penisbatan (Wahhabi) tersebut tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Semestinya kalaupun harus ada faham baru yang dibawa oleh Al-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bentuk penisbatannya adalah ‘Muhammadiyyah’, karena sang pengemban dan pelaku dakwah tersebut adalah Muhammad, bukan ayahnya yang bernama Abdul Wahhab.”[8][9]

Istilah "Wahabi" dan "Salafi" (serta ahl al-hadith, orang-orang hadits) sering digunakan secara bergantian, tetapi Wahabi juga telah disebut sebagai "orientasi tertentu dalam Salafisme",[10] yang dianggap ultra-konservatif.[11][12] Dari segi kesimpulanya, wahabi merupakan gerakan islam sunni yang bertujuan untuk memurnikan ajaran islam dari ajaran-ajaran atau praktik-praktik yang menyimpang seperti: syirik, ilmu hitam, penyembahan berhala, bid'ah dan khurafat.[2] Wahabi atau salafi ini pun sering juga disalah-fahamkan sebagai gerakan sesat, namun kesalahfahaman tersebut merupakan suatu hal yang sering diungkapkan oleh para aliran-aliran yang tidak secara murni mengikuti ajaran quran dan hadis.

Awal mula

Secara sejarah wahabi telah muncul pada kurun kedua Hijriyah, jauh sebelum masa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Pada waktu itu ada sekte khawarij Ibadhiyah/abadhy (khawarij yang berpemikiran ekstrem) yang dipimpin oleh Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum, yang mati pada tahun 211 Hijriyah. Abdul Wahhab bin Abdurrahman adalah anak dari Abdurrahman bin Rustum sang pendiri negara Khawarij Rustumiyah, dan Abdul Wahab pun mewarisi kekuasaan bapaknya dan pemikirannya. Sekte ini muncul di daerah Afrika Utara. Sehingga para ulama setempat khusunya dan ulama yang lain menjuluki mereka dengan Wahabi atau Wahabiyah.

Wahabi ini merupakan kelompok yang sangat ekstrem kepada ahlussunnah, mereka suka mengkafirkan kaum muslimin, memberontak kepada pemerintahan, dan sangat jauh dari ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Sedangkan Wahhabi yang dinisbatkan kepada Muhammad bin Abdul Wahhab adalah Ahlussunnah yang berkeyakinan segala dosa diampuni oleh Allah(selama tidak bertentangan dengan Aqidah dan bertobat) dan tunduk pada pemerintahan kaum Musliminin, dan ia tidak memiliki pemikiran khawarij, bahkan ia adalah pembela tauhid.[13]

Referensi

  1. ^ "Wahhābī". Encyclopaedia Britannica Online. Diakses tanggal 2010-12-12. 
  2. ^ a b Abu Mujahid & Haneef Oliver, Virus Wahabi, Toobagus Publishing, 2010, hal. 120 – 121.
  3. ^ Glasse, Cyril, The New Encyclopedia of Islam, Rowan & Littlefield, (2001), pp.469-472
  4. ^ a b c Esposito 2003, hlm. 333
  5. ^ In the US the term "Wahhabi" was used in the 1950s to refer to "puritan Muslims", according to Life magazine. "The King of Arabia". Life. 31 May 1943. p. 72. ISSN 00243019. Retrieved 22 June 2013.
  6. ^ Wiktorowicz, Quintan. "Anatomy of the Salafi Movement" in Studies in Conflict & Terrorism, Vol. 29 (2006): p. 235, footnote.
  7. ^ Blanchard, Christopher M. "The Islamic Traditions of Wahhabism and Salafiyya" (PDF). Updated January 24, 2008. Congressional Research Service. Retrieved 12 March 2014.
  8. ^ Lihat Kitab Imam wa Amir wa Da’watun Likullil ‘Ushur, hal. 162.
  9. ^ Sofyan Chalid: Salafi Antara Tuduhan dan Kenyataan, Toobagus Publishing, 2011, hal. 38.
  10. ^ GlobalSecurity.org Salafi Islam
  11. ^ Washington Post, For Conservative Muslims, Goal of Isolation a Challenge
  12. ^ John L. Esposito, What Everyone Needs to Know About Islam, p.50
  13. ^ Kitab Syarah Aqidah Muhammad bin Abdul Wahab, oleh Zaid bin Muhammad Al–Madkhaly, terjemahan Hanan Hoesin Bahanan, Solo, Pustaka Ar–Rayyan, 2007.

Pranala luar