Lompat ke isi

Puisi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4: Baris 4:


Baris-baris pada prosa dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag, dll). Hal tersebut merupakan salah satu cara [[penulis]] untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi terkadang juga hanya berisi satu kata/suku [[kata]] yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengeti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.
Baris-baris pada prosa dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag, dll). Hal tersebut merupakan salah satu cara [[penulis]] untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi terkadang juga hanya berisi satu kata/suku [[kata]] yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengeti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.



'''Berikut ini sepenggal puisi:'''
'''Berikut ini sepenggal puisi:'''


'''{{Andaikan sebuah [[gugus]] dalam mimpi nyata adanya
Andaikan sebuah [[gugus]] dalam mimpi nyata adanya
[[Pekat]]nya kehidupan tak mampu menggoresnya
[[Pekat]]nya kehidupan tak mampu menggoresnya
Bagaikan [[cawan]] yang menguapkan cinta
Bagaikan [[cawan]] yang menguapkan cinta
Baris 26: Baris 27:
Tapi inilah hidup
Tapi inilah hidup
Tanpa disadari membawa [[muatan]] dalam hidup
Tanpa disadari membawa [[muatan]] dalam hidup
Tanpa dirasakan tergores dalam jiwa}}'''
Tanpa dirasakan tergores dalam jiwa





Revisi per 20 Februari 2008 14.12

Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.

Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.

Baris-baris pada prosa dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag, dll). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi terkadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengeti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.


Berikut ini sepenggal puisi:

Andaikan sebuah gugus dalam mimpi nyata adanya Pekatnya kehidupan tak mampu menggoresnya Bagaikan cawan yang menguapkan cinta Memberikan nilai ekstinsi pada jiwa jiwa yang kosong Namun polarisasi kehidupan tidaklah seperti mimpi Kehidupan penuh dengan berbagai kesalahan paralaks Dengan absorbans yang tak tentu Menyisakan panjangnya gelombang kegelisahan Setetes pelarut kesedihan Dan seteguk larutan rindu Tapi berhargakah sebuah kromatogram rindu Jika menghasilkan prisma luka Adakah ikatan rangkap dalam kehidupan Jika menghasilkan spot kepalsuan Andaikan setiap hati dapat terukur dengan spektofotometer Andaikan setiap kesalahan dapat dimurnikan dengan air destilata Andaikan semua tahu bahwa setiap kesalahan mempunyai kadar kejenuhan Tapi inilah hidup Tanpa disadari membawa muatan dalam hidup Tanpa dirasakan tergores dalam jiwa


Templat:Link FA