Sraten, Tuntang, Semarang: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 27: | Baris 27: | ||
# Sang Punggawa atas nama Keraton memberikan penghargaan kepada Truno |
# Sang Punggawa atas nama Keraton memberikan penghargaan kepada Truno |
||
# Sang Punggawa memberikan nama untuk desa ini dengan sebutan “SRATEN “ yang diambil dari kata “SRATI” yang berarti pawang gajah. |
# Sang Punggawa memberikan nama untuk desa ini dengan sebutan “SRATEN “ yang diambil dari kata “SRATI” yang berarti pawang gajah. |
||
Legenda gajah ngamuk yang dapat disrateni ( dijinakkan ) oleh Truno dari generasi ke generasi hanya menjadi cerita untuk generasi berikutnya. Pada masa desa Srarten dipimpin oleh kepala desa Sastro Suharjo ( 1950 ) dibangun patung gajah untuk mengabadikan peristiwa yang pernah terjadi di desa Sraten. Patung gajah didirikan di pintu gerbang masuk desa Sraten patung gajah dibangun tidak cukup besar |
Legenda gajah ngamuk yang dapat disrateni ( dijinakkan ) oleh Truno dari generasi ke generasi hanya menjadi cerita untuk generasi berikutnya. Pada masa desa Srarten dipimpin oleh kepala desa Sastro Suharjo ( 1950 ) dibangun patung gajah untuk mengabadikan peristiwa yang pernah terjadi di desa Sraten. Patung gajah didirikan di pintu gerbang masuk desa Sraten patung gajah dibangun tidak cukup besar, hanya kira – kira sebesar kambing jantan. Pada masa pemerintahan desa yang dipimpin oleh kepala desa bernama Isbandi ( 1980 ) patung gajah dipugar. Pemugaran diprakarsai oleh mahasiswa IKIP Semarang yang mengadakan KKN di desa Sraten. Patung dibuat sesuai dengan ukuran gajah sebenarnya, pembuatan patung dibuat oleh seorang arsitek dari IKIP Semarang. Kini patung gajah berdiri kokoh di gerbang masuk ke desa Sraten dari arah timur. Bangunan ini menjadi kebanggaan masyarakat desa Sraten bahkan menjadi simbol untuk kelompok masyarakat tertentu, seperti klep sepak bola dan merk – merk produk tertentu dari Sraten. |
||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
Revisi per 15 Mei 2017 17.30
Sraten | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Semarang | ||||
Kecamatan | Tuntang | ||||
Kode pos | 50773 | ||||
Kode Kemendagri | 33.22.06.2004 | ||||
Luas | ... km² | ||||
Jumlah penduduk | ... jiwa | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
Sraten adalah nama salah satu desa yang terletak di kecamatan Tuntang, kabupaten Semarang.
Pada mulanya suatu wilayah yang sekarang bernama Desa Sraten tidak ada namanya, Tahun 1770 pada suatu ketika ada seorang punggowo keraton Surakarta Hardiningrat yang dikawal oleh beberapa orang prajurit datang di desa ini. Punggawa Keraton Surakarta itu dalam rangka mengembann tugas raja Surakarta. Untuk pemantauan wilayah. Hal ini salah satu bukti bahwa wilayah semasa kejayaan kerajaan Surakarta menjadi wilayahnya / wewenangnya.
Punggawa Keraton Surakarta itu ketika datang di desa ini mengendarai seekor gajah yang dikawal prajurit berkuda. Dalam perjalanan yang melelahkan dari Surakarta Punggawa Keraton dan Para Pengawal beristirahat di tengah – tengah desa di bawah rerimbunan pepohonan.
Saat Punggawa Keraton dan para pengawal berisirahat, tiba – tiba dikejutkan dengan suara gajah yang keras, gajah berlari kesana – kemari menerjang apa saja yang ada di sekelilingnya. Warga di desa ini berlarian ketakutan, Sang Punggawa dan Prajurit kepanikan tidak bisa mengatasi amukan gajah, Dalam situasi kepanikan dan ketakutan itu Sang Punggawa kemudian mengumpulkan semua warga desa di suatu tempat yang lapang, Sang Punggawa itu mengumumkan sayembara siapapun orangnya yang bisa menakhlukkan / nyrateni gajah yang ngamuk itu akan diberikan hadiah dari Keraton.
Mendengar sayembara tersebut banyak pemuda yang mencoba untuk nyrateni ( menaklukkan ) gajah, Akhirnya muncullah seorang pemuda bernama Truno mohon ijin kepada Punggawa untuk mencoba menakhlukkkan gajah yang sedang mengamuk itu. Seorang pemuda bernama Truno itu dengan berbekal ilmu kanuragan yang dimiliki mencoba menakhlukkan gajah tersebut. Memang tidak mudah mengalahkan gajah itu dengan segala kesaktian yang dimiliki, gajah yang garang mengamuk itu dapat dikalahkan dan dijinakkan oleh Truno.
Sang Punggawa Keraton kemudian mengumpulkan warga lagi untuk mendengarkan pernyataannya ;
- Sang Punggawa atas nama Keraton memberikan penghargaan kepada Truno
- Sang Punggawa memberikan nama untuk desa ini dengan sebutan “SRATEN “ yang diambil dari kata “SRATI” yang berarti pawang gajah.
Legenda gajah ngamuk yang dapat disrateni ( dijinakkan ) oleh Truno dari generasi ke generasi hanya menjadi cerita untuk generasi berikutnya. Pada masa desa Srarten dipimpin oleh kepala desa Sastro Suharjo ( 1950 ) dibangun patung gajah untuk mengabadikan peristiwa yang pernah terjadi di desa Sraten. Patung gajah didirikan di pintu gerbang masuk desa Sraten patung gajah dibangun tidak cukup besar, hanya kira – kira sebesar kambing jantan. Pada masa pemerintahan desa yang dipimpin oleh kepala desa bernama Isbandi ( 1980 ) patung gajah dipugar. Pemugaran diprakarsai oleh mahasiswa IKIP Semarang yang mengadakan KKN di desa Sraten. Patung dibuat sesuai dengan ukuran gajah sebenarnya, pembuatan patung dibuat oleh seorang arsitek dari IKIP Semarang. Kini patung gajah berdiri kokoh di gerbang masuk ke desa Sraten dari arah timur. Bangunan ini menjadi kebanggaan masyarakat desa Sraten bahkan menjadi simbol untuk kelompok masyarakat tertentu, seperti klep sepak bola dan merk – merk produk tertentu dari Sraten.