Lompat ke isi

Cacak Burung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Menghapus penggunaan berkas rusak (Kategori:Halaman dengan gambar rusak)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1: Baris 1:

'''Cacak burung''' adalah tanda magis penolak bala yang berbentuk tanda + (positif) yang dikenal dalam budaya tradisional asli Kalimantan seperti [[suku Banjar]], [[suku Dayak Bukit]], [[suku Dayak Dusun Deyah]] dan lain-lain. Pada [[suku Dayak Maanyan]] yang menganut [[Kaharingan]] disebut [[palang balasangar]]. Bentuk tanda + juga merupakan penyederhanaan bentuk dari [[swastika]]. Tanda cacak burung ini bukan berasal dari pengaruh ''tanda [[salib]]'' agama Nasrani, karena jelas kebudayaan suku Banjar berkembang di bawah pengaruh agama Islam (dan sebelumnya di bawah pengaruh agama Hindu).{{fact}}
'''Cacak burung''' adalah tanda magis penolak bala yang berbentuk tanda + (positif) yang dikenal dalam budaya tradisional asli Kalimantan seperti [[suku Banjar]], [[suku Dayak Bukit]], [[suku Dayak Dusun Deyah]] dan lain-lain. Pada [[suku Dayak Maanyan]] yang menganut [[Kaharingan]] disebut [[palang balasangar]]. Bentuk tanda + juga merupakan penyederhanaan bentuk dari [[swastika]]. Tanda cacak burung ini bukan berasal dari pengaruh ''tanda [[salib]]'' agama Nasrani, karena jelas kebudayaan suku Banjar berkembang di bawah pengaruh agama Islam (dan sebelumnya di bawah pengaruh agama Hindu).{{fact}}



Revisi per 16 Agustus 2017 12.11

Cacak burung adalah tanda magis penolak bala yang berbentuk tanda + (positif) yang dikenal dalam budaya tradisional asli Kalimantan seperti suku Banjar, suku Dayak Bukit, suku Dayak Dusun Deyah dan lain-lain. Pada suku Dayak Maanyan yang menganut Kaharingan disebut palang balasangar. Bentuk tanda + juga merupakan penyederhanaan bentuk dari swastika. Tanda cacak burung ini bukan berasal dari pengaruh tanda salib agama Nasrani, karena jelas kebudayaan suku Banjar berkembang di bawah pengaruh agama Islam (dan sebelumnya di bawah pengaruh agama Hindu).[butuh rujukan]

Tanda cacak burung biasanya dioleskan pada telapak tangan untuk mengobati orang yang terkena "kapidaraan" dengan memakai kapur dan sirih. Kapidaraan dianggap dapat terjadi karena dikenang atau dipengaruhi oleh arwah orang yang telah meninggal dunia. Pada suku Bukit tanda "cacak burung" dipakai ketika melaksanakan upacara adat dalam bentuk tarian ritual. Salah satu rumah Banjar dikenal dengan sebutan Rumah Cacak Burung karena bentuk atap bubungan rumah tersebut serta denah rumah ini berbentuk + (tanda tambah), maka dinamakan pula rumah Cacak Burung.[1]

Pranala luar

Catatan kaki