Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah: Perbedaan antara revisi
Mahfudh ali (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Mahfudh ali (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 25: | Baris 25: | ||
|- |
|- |
||
|<p align="center">'''Mars IMM'''</p> |
|<p align="center">'''Mars IMM'''</p> |
||
[[Berkas:Mars Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).mp3]] |
<p align="center">[[Berkas:Mars Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).mp3]]</p> |
||
|- |
|- |
||
|<p align="center">'''Hymne IMM'''</p> |
|<p align="center">'''Hymne IMM'''</p> |
||
[[Berkas:Hymne_Ikatan_Mahasiswa_Muhammadiyah_(IMM).mp3|pra=]] |
<p align="center">[[Berkas:Hymne_Ikatan_Mahasiswa_Muhammadiyah_(IMM).mp3|pra=]]</p> |
||
|} |
|} |
||
Revisi per 4 Juni 2018 19.16
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah sebuah organisasi mahasiswa yang berasal dari kalangan Muhammadiyah.[1] Organisasi ini dibangun karena tujuan awalnya ingin membuat perguruan tinggi Muhammadiyah pada Kongres Seperempat Abad Muhammadiyah di Betawi Jakarta pada tahun 1936.[1] Pada saat itu, Muhammadiyah dipimpin oleh KH. Hisyam periode 1934-1937.[1] Keinginan dibuatnya perguruan tinggi Muhammadiyah disebabkan semakin banyak pemuda keluarga besar Muhammadiyah yang akan menyelesaikan pendidikan menengahnya.[1] Selain itu, Muhammadiyah sudah memiliki amal usaha pendidikan menengah, sehingga pembuatan perguruan tinggi ini menjadi suatu amal usaha yang baru untuk keluarga besar Muhammadiyah.[1]
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Muhammadiyah Student Association جمعية المحمدية الطلابية |
---|
Tempat Berdiri : Yogyakarta |
Tanggal Berdiri : 14 Maret 1964 M
29 Syawal 1384 H |
Tri Kompetensi Dasar IMM Religiusitas, Intelektualitas, Humanitas |
Trilogi IMM Keagamaan, Kemahasiswaan, Kemasyarakatan |
Semboyan IMM Anggun dalam moral, Unggul dalam Intelektual, Radikal dalam gerakan Fastabiqul Khairat |
Mars IMM |
Hymne IMM |
Keadaan Sebelum Berdirinya IMM
Selain dilatarbelakangi dengan adanya keinginan mendirikan amal usaha di tingkat perguruan tinggi, pembentukan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pun tidak terlepas dari respon persoalan umat yang sedang terjadi di Indonesia.[1] Menurut Farid Fathoni (1990: 102) Faktor-faktor yang menyebabkan persoalan umat diantaranya, situasi kehidupan bangsa yang tidak stabil, pemerintahan yang otoriter dan serba tunggal, serta adanya ancaman komunisme di Indonesia; terpecah-belahnya umat Islam datam bentuk saling curiga dan fitnah, serta kehidupan politik ummat Islam yang semakin buruk; terbingkai-bingkainya kehidupan kampus (mahasiswa) yang berorientasi pada kepentingan politik praktik; melemahnya kehidupan beragama dalam bentuk merosotnya akhlak, dan semakin tumbuhnya materialisme-individualisme; edikitnya pembinaan dan pendidikan agama dalam kampus, serta masih kuatnya suasana kehidupan kampus yang sekuler; masih membekasnya ketertindasan imperialisme penjajahan dalam bentuk keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan; masih banyaknya praktek-praktek kehidupan yang serba bid'ah, khurafat, bahkan kesyi rikan, serta semakin meningkatnya misionaris- Kristenisasi; kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin memburu.[1]