Lompat ke isi

Jambu bol: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 41: Baris 41:
== Ekologi ==
== Ekologi ==
[[Berkas:Bunga jambu yg gugur september 18.jpg|jmpl|ka|Bunga jambu bol yang berguguran di tanah.]]
[[Berkas:Bunga jambu yg gugur september 18.jpg|jmpl|ka|Bunga jambu bol yang berguguran di tanah.]]
Jambu bol dapat ditemui di mana-mana dan penyebarannya hingga ketinggian 1200 [[mdpl]]. Kadang-kadang dijumpai di [[hutan]]-hutan sekunder tua dan biasanya berasosiasi dengan [[jambu kopo]] (''Syzygium zollingrianum''). Jambu bol umum diperbanyakan dengan [[biji]], bisa juga dengan [[cangkok]]an. Musim berbunganyanya Mei-Juni dan sudah bisa dipanen pada Agustus-September. Kadang-kadang, terjadi gejala dimana satu pohon jambu bol tampak subur dan segar, namun tidak mau berbunga dan berbuah.<ref name=Sastrapradja/>
Jambu bol dapat ditemui di mana-mana dan penyebarannya hingga ketinggian 1200 [[mdpl]]. Kadang-kadang dijumpai di [[hutan]]-hutan sekunder tua dan biasanya berasosiasi dengan [[jambu kopo]] (''Syzygium zollingrianum''). Jambu bol umum diperbanyakan dengan [[biji]], bisa juga dengan [[cangkok]]an. Musim berbunganyanya Mei-Juni dan sudah bisa dipanen pada Agustus-September. Kadang-kadang, terjadi gejala dimana satu pohon jambu bol tampak subur dan segar, tetapi tidak mau berbunga dan berbuah.<ref name=Sastrapradja/>


== Asal usul dan penyebaran ==
== Asal usul dan penyebaran ==

Revisi per 7 Juni 2019 06.58

Jambu bol
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
S. malaccense
Nama binomial
Syzygium malaccense
(L.) Merr. & Perry, 1938
Sinonim

Eugenia domestica Baill., 1876

Jambu bol (atau jambu kepal, jambu dersono, jambu jamaika, jambu merah) adalah pohon buah kerabat jambu-jambuan. Buah jambu ini memiliki tekstur daging yang lebih lembut dan lebih padat dibandingkan dengan jambu air. Tidak begitu jelas mengapa namanya demikian karena bol (bahasa Melayu) atau bool (bahasa Betawi) yang berarti "pantat".

Nama-nama daerahnya di antaranya jambu bo, jambu jambak (Min.), jambu bool (Sd.), nyambu bol (Bl.), jambu bolo (Mak.), jambu bolu (Bug.). Juga, jambu darsana, dersana, tersana (Jw., Md.); kupa maaimu (Sulut); nutune, lutune, lutu kau, rutuul (Mal.) dan lain-lain.[1]

Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Malay apple, sementara nama ilmiahnya adalah Syzygium malaccense (yang berarti: ‘berasal dari Malaka’) menunjuk pada salah satu wilayah asal-usulnya.

Pemerian botanis

Pohon yang berukuran sedang,[2] hingga sekitar 15 m. Batang lurus, gemangnya hingga 20–45 cm, bercabang rendah dan bertajuk rimbun padat sampai membulat, memberikan naungan yang berat.

Daun tunggal terletak berhadapan, dengan tangkai pendek 1-1,5 cm, yang tebal dan kemerahan ketika muda. Helaian daun lonjong, besar, menjorong, 15-38 x 7–20 cm, tebal agak kaku seperti jangat.

Karangan bunga muncul pada bagian ranting yang tak berdaun (sering pula pada cabang dekat batang utama), bertangkai pendek dan menggerombol, berisi 1-12 kuntum. Bunga merah agak ungu atau jambon, berbilangan 4, bergaris tengah 5–7 cm; tabung kelopak panjang 1,5–2 cm; helai mahkota merah, lonjong, bundar telur atau bundar, 1,5–2 cm; benang sari banyak, panjang s/d 3,5 cm; panjang tangkai putik 3-4,5 cm.

Buah buni berbentuk bulat sampai menjorong, dengan garis tengah 5–8 cm, merah tua, kuning keunguan, atau keputihan. Daging buah padat, tebal 0,5-2,5 cm, putih dengan banyak sari buah dan wangi yang khas, asam manis sampai manis. Bijinya sebutir, bulat kecoklatan, berukuran besar dan berdiamater 2,5-3,5 cm.[2][3][4]

Kegunaan

Bunga jambu bol

Buah jambu bol biasa disajikan sebagai buah meja. Rasanya ada yang manis, ada yang asam, ada pula yang sepat. Jambu bol, bersama dengan jambu air dan jambu semarang atau jambu cincalo memiliki pemanfaatan yang kurang lebih serupa dan dapat saling menggantikan. Buah-buah ini umumnya dimakan segar, atau dijadikan sebagai salah satu bahan rujak. Namun bisa pula kita gunakan buah yang belum masak sebagai rujak.[2] Aneka jenis jambu ini juga dapat disetup atau dijadikan asinan.[4]

Karena rasa dan aromanya, jambu bol pada umumnya lebih disukai orang. Bahkan, pada zaman Hindia Belanda dahulu, jambu bol pernah diusahakan besar-besaran. Namun kini, dia hanya digunakan sebagai tanaman pekarangan saja. Sastrapradja et al (1980) beralasan bahwa "... karena tidak adanya peremajaan sehingga banyak pohon tua yang mati dan tidak produktif." Di antara ketiga jenis spesies berikut ini -jambu batu (Psidium guajava), jambu air (Syzygium aquaeum), jambu semarang (Syzygium samarangense),- jambu bol termahal di antara ketiganya.[2]

Kulit batangnya digunakan sebagai obat seriawan. Sedangkan kayunya yang keras dan kemerahan cukup baik sebagai bahan bangunan, asalkan tidak kena tanah.

Ekologi

Bunga jambu bol yang berguguran di tanah.

Jambu bol dapat ditemui di mana-mana dan penyebarannya hingga ketinggian 1200 mdpl. Kadang-kadang dijumpai di hutan-hutan sekunder tua dan biasanya berasosiasi dengan jambu kopo (Syzygium zollingrianum). Jambu bol umum diperbanyakan dengan biji, bisa juga dengan cangkokan. Musim berbunganyanya Mei-Juni dan sudah bisa dipanen pada Agustus-September. Kadang-kadang, terjadi gejala dimana satu pohon jambu bol tampak subur dan segar, tetapi tidak mau berbunga dan berbuah.[2]

Asal usul dan penyebaran

Asal usul pohon buah ini tidak diketahui dengan pasti, akan tetapi jambu bol ditanam luas sejak lama di Semenanjung Malaya, Sumatra dan Jawa.[4]

Karena manfaatnya, jambu bol kini ditanam di banyak negara tropis, termasuk di negara-negara Karibia seperti Jamaika serta Trinidad dan Tobago.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 3. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 1519-1520.
  2. ^ a b c d e Sastrapradja, Setijati; Soetisna, Usep; Panggabean, Gilmour; Mogea, Johanis Palar; Sukardjo, Sukristijono; Sunarto, Aloysius (1980). Buah-buahan. 8:44 – 45. Jakarta:LBN - LIPI bekerjasama dengan Balai Pustaka.
  3. ^ Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 327.
  4. ^ a b c Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 376-380.

Pranala luar