Lompat ke isi

Keni Gayo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi 'Keni Gayo adalah kerajinan tradisional Suku Gayo yang berasal dari Kabupaten Aceh Tengah, Aceh.'
 
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Keni Gayo''' adalah kerajinan tradisional berupa [[kendi]] atau gerabah khas [[Suku Gayo]] yang berasal dari Kabupaten [[Aceh Tengah]], [[Aceh]]. Kerajinan yang dibuat oleh kaum wanita ini terbuat dari dua jenis bahan pembuatan, yakni ''dah'' (tanah liat) dan ''kresik'' (sejenis pasir halus berwarna hitam). Keni Gayo memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Gayo. Tak hanya digunakan sebagai wadah minum, Keni Gayo juga merupakan salah satu perlengkapan yang harus dimiliki dalam upacara pernikahan masyarakat Suku Gayo.
Keni Gayo adalah kerajinan tradisional Suku Gayo yang berasal dari Kabupaten Aceh Tengah, Aceh.

Menurut penelitian [[Badan Arkeologi]] Medan Sumatera Utara pada 2009-2011, kerajinan ini telah ada sejak [[Zaman prasejarah|zaman prasejarah]] di tepian laut [[Danau Laut Tawar|Danau Lut Tawar]] sekitar 8000 tahun yang lalu. Motif menjadi hal yang menjadi pembeda antara Keni Gayo pada zaman dahulu dengan Keni Gayo pada masa sekarang. Berdasarkan temuan para peneliti dari Badan Arkeologi [[Kota Medan|Medan]], Keni Gayo pada masa lampau lebih kaya akan motif ornamen Kerawang Gayo sedangkan motif pada Keni Gayo masa kini lebih sedikit.

ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia asal Provinsi Aceh oleh [[Direktorat Warisan Budaya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan]] (Kemendikbud) pada 2018. Penetapan diresmikan melalui sidang tim ahli penetapan Warisan Budaya Takbenda di Jakarta pada 3 Agustus 2018.<ref>{{Cite web|url=http://lintasgayo.co/2018/08/04/direktorat-warisan-budaya-kemendikbud-tetapkan-keni-gayo-sebagai-warisan-budaya-tak-benda-2018|title=Direktorat Warisan Budaya Kemendikbud Tetapkan Keni Gayo Sebagai Warisan Budaya Tak Benda 2018|last=LintasGAYO|date=2018-08-04|website=Media Online Dataran Tinggi GAYO {{!}} lintasgayo.co|language=en-US|access-date=2019-02-21}}</ref>

== Bentuk-bentuk Keni Gayo ==
Keni Gayo dibedakan menjadi empat bentuk yang dibuat berdasarkan jenis kelamin pemiliknya. Setiap bentuk memiliki ciri dan fungsi yang berbeda namun pada dasarnya masyarakat Gayo menggunakannya sebagai wadah air minum.

Pertama, ''keni rawan''. Keni Gayo ini memiliki ciri-ciri berupa berkaki tinggi dan lebar ke bawah. ''Keni rawan'' dipakai oleh kaum pria. Kedua, ''keni banan''. Bentuknya adalah bulat tanpa kaki. Keni dengan bentuk seperti ini dipakai oleh kaum wanita. Berikutnya adalah ''keni labu'' yang dipakai oleh sesepuh wanita. Sesuai namanya, keni ini berbentuk seperti buah labu. Terakhir adalah ''keni ganyong''. Bentuknya mirip seperti buah labu namun dengan ukuran yang lebih kecil. Jika ketiga keni sebelumnya dipakai oleh orang dewasa, keni dengan bentuk seperti ini digunakan oleh anak-anak.<ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbaceh/keni-gayo-jejak-peninggalan-masa-lalu-urang-gayo/|title=Keni Gayo, Jejak Peninggalan Masa Lalu Urang Gayo|last=nasution|first=miftah|date=2018-12-21|website=Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh|language=en-US|access-date=2019-02-21}}</ref>

== Referensi ==

Revisi per 21 Februari 2019 17.08

Keni Gayo adalah kerajinan tradisional berupa kendi atau gerabah khas Suku Gayo yang berasal dari Kabupaten Aceh Tengah, Aceh. Kerajinan yang dibuat oleh kaum wanita ini terbuat dari dua jenis bahan pembuatan, yakni dah (tanah liat) dan kresik (sejenis pasir halus berwarna hitam). Keni Gayo memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Gayo. Tak hanya digunakan sebagai wadah minum, Keni Gayo juga merupakan salah satu perlengkapan yang harus dimiliki dalam upacara pernikahan masyarakat Suku Gayo.

Menurut penelitian Badan Arkeologi Medan Sumatera Utara pada 2009-2011, kerajinan ini telah ada sejak zaman prasejarah di tepian laut Danau Lut Tawar sekitar 8000 tahun yang lalu. Motif menjadi hal yang menjadi pembeda antara Keni Gayo pada zaman dahulu dengan Keni Gayo pada masa sekarang. Berdasarkan temuan para peneliti dari Badan Arkeologi Medan, Keni Gayo pada masa lampau lebih kaya akan motif ornamen Kerawang Gayo sedangkan motif pada Keni Gayo masa kini lebih sedikit.

ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia asal Provinsi Aceh oleh Direktorat Warisan Budaya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 2018. Penetapan diresmikan melalui sidang tim ahli penetapan Warisan Budaya Takbenda di Jakarta pada 3 Agustus 2018.[1]

Bentuk-bentuk Keni Gayo

Keni Gayo dibedakan menjadi empat bentuk yang dibuat berdasarkan jenis kelamin pemiliknya. Setiap bentuk memiliki ciri dan fungsi yang berbeda namun pada dasarnya masyarakat Gayo menggunakannya sebagai wadah air minum.

Pertama, keni rawan. Keni Gayo ini memiliki ciri-ciri berupa berkaki tinggi dan lebar ke bawah. Keni rawan dipakai oleh kaum pria. Kedua, keni banan. Bentuknya adalah bulat tanpa kaki. Keni dengan bentuk seperti ini dipakai oleh kaum wanita. Berikutnya adalah keni labu yang dipakai oleh sesepuh wanita. Sesuai namanya, keni ini berbentuk seperti buah labu. Terakhir adalah keni ganyong. Bentuknya mirip seperti buah labu namun dengan ukuran yang lebih kecil. Jika ketiga keni sebelumnya dipakai oleh orang dewasa, keni dengan bentuk seperti ini digunakan oleh anak-anak.[2]

Referensi

  1. ^ LintasGAYO (2018-08-04). "Direktorat Warisan Budaya Kemendikbud Tetapkan Keni Gayo Sebagai Warisan Budaya Tak Benda 2018". Media Online Dataran Tinggi GAYO | lintasgayo.co (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-02-21. 
  2. ^ nasution, miftah (2018-12-21). "Keni Gayo, Jejak Peninggalan Masa Lalu Urang Gayo". Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-02-21.