Megachile pluto: Perbedaan antara revisi
Baris 21: | Baris 21: | ||
== Habitat == |
== Habitat == |
||
Lebah ini baru pernah dilaporkan ditemukan di tiga pulau [[Maluku Utara]], Indonesia, yaitu [[Pulau Bacan]], [[Halmahera]], dan [[Tidore]]. Tidak banyak yang diketahui tentang distribusi geografinya maupun syarat-syarat habitatnya, tetapi lebah ini dipercaya hanya hidup di [[hutan primer]] [[dataran rendah]]. Ketiga pulau ini kini telah dipenuhi perkebunan [[kelapa sawit]] yang menggantikan habitat alami yang sebelumnya ada. Karena ini [[Uni Internasional untuk Konservasi Alam]] mengklasifiksikan spesies ini sebagai [[spesies rentan]].<ref name=iucn/> |
Lebah ini baru pernah dilaporkan ditemukan di tiga pulau [[Maluku Utara]], Indonesia, yaitu [[Pulau Bacan]], [[Halmahera]], dan [[Tidore]]. Tidak banyak yang diketahui tentang distribusi geografinya maupun syarat-syarat habitatnya, tetapi lebah ini dipercaya hanya hidup di [[hutan primer]] [[dataran rendah]]. Ketiga pulau ini kini telah dipenuhi perkebunan [[kelapa sawit]] yang menggantikan habitat alami yang sebelumnya ada. Karena ini [[Uni Internasional untuk Konservasi Alam]] mengklasifiksikan spesies ini sebagai [[spesies rentan]].<ref name=iucn/> |
||
== Sejarah == |
|||
Spesies ini pertama kali tercatat oleh [[Alfred Russel Wallace]], yang mengumpulkannya pada tahun 1858, dan ketika itu diberi nama "Lebah raksasa Wallace". Setelah itu spesies ini tidak lagi ditemukan dan dianggap punah hingga pada 1981 Adam C. Messer, seorang [[entemologi]]s Amerika Serikat, menemukan enam sarang ''Megachile pluto'' di Pulai Bacan dan sekitarnya.<ref name=messer>{{cite journal | author = Messer, A. C. | title = ''Chalicodoma pluto'': The World's Largest Bee Rediscovered Living Communally in Termite Nests (Hymenoptera: Megachilidae) | journal = Journal of the Kansas Entomological Society | year = 1984 | volume = 57 | issue = 1 | pages = 165–168 | jstor = 25084498 }}</ref> Spesies ini termasuk dalam 25 spesies "hilang dan paling dicari" dalam program "Search for Lost Species" ("Pencarian Spesies Hilang") oleh [[Global Wildlife Conservation]]..<ref>{{Cite news|url=https://lostspecies.org/|title=The Search for Lost Species|date=|work=Global Wildlife Conservation|access-date=2017-06-02|language=en-US}}</ref> Setelah 1981, spesies ini tidak pernah diamati dalam kondisi alamiahnya selama 37 tahun. Dua spesimen diperoleh di Indonesia pada 2018, satu di Pulau Bacan pada Februari dan kedua di Halmahera pada September. Kedua spesimen ini dijual di eBay dan menimbulkan kekhawatiran akan kurangnya perlindungan terhadap spesies langka ini.<ref>{{cite journal |last1=Vereecken |first1=Nicolas |title=Wallace’s Giant Bee for sale: implications for trade regulation and conservation |journal=Journal of Insect Conservation |date=2018 |volume=22 |issue=5-6 |pages=807-811 |doi=10.1007/s10841-018-0108-2 |url=https://link.springer.com/article/10.1007/s10841-018-0108-2}}</ref> Seekor ''M. pluto'' betina ditemukan hidup dalam sebuah sarang [[rayap]] pada 2019 oleh sebuah tim yang salah satu anggotanya adalah fotografer Clay Bolt. Saat itu, spesies ini difoto dan difilmkan dalam keadaan hidup untuk pertama kalinya, sebelum dilepaskan kembali.<ref>{{cite web|url=https://www.nationalgeographic.com/animals/2019/02/worlds-largest-bee-rediscovered-not-extinct/|title=World’s largest bee, once presumed extinct, filmed alive in the wild|last1=Main|first1=Douglas|date=21 February 2019|website=National Geographic|archive-url=|archive-date=|dead-url=|access-date=}}</ref><ref>{{cite web |last1=Bolt |first1=Clay |title=Wallace's Giant $9,000 Bee |url=https://blog.nationalgeographic.org/2018/04/03/wallaces-giant-9000-bee/ |website=National Geographic |publisher=National Geographic}}</ref> |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
Revisi per 22 Februari 2019 04.38
Megachile pluto | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Takson tak dikenal (perbaiki): | Megachile (Callomegachile) |
Spesies: | Template:Taxonomy/MegachileM. pluto
|
Nama binomial | |
Template:Taxonomy/MegachileMegachile pluto B. Smith, 1860
| |
Sinonim | |
|
Megachile pluto, kadang juga disebut Lebah raksasa Wallace, adalah sebuah spesies lebah berukuran besar dari Indonesia yang termasuk dalam famili Megachilidae (lebah resin). Saat ini lebah ini merupakan spesies lebah terbesar yang diketahui manusia. Spesies ini sempat dianggap punah, namun beberapa spesimen ditemukan pada 1981. Setelah itu, spesies ini tidak lagi pernah diamati hingga pada 2018 dua spesimen dijual di situs lelang online eBay. Pada 2019, seekor lebah betina ditemukan dalam keadaan hidup di Maluku Utara, dan difilmkan untuk pertama kalinya.
Deskripsi
Megachile pluto adalah lebah resin (Megachilidae) hitam dengan rahang yang besar. Lebah ini memiliki dimorfisme seksual (perbedaan tampak luar antara jantan dan betina): lebah betina dapat tumbuh hingga panjang 38 mm dan rentang sayap 63,5 mm, tetapi jantannya hanya tumbuh hingga 23 mm. Hanya betinanya memiliki rahang besar.[2] M. pluto adalah spesies lebah terbesar yang pernah dideskripsikan dan masih hidup.[3] Selain ukuran tubuh dan rahangnya yang besar, spesies ini juga dapat dibedakan dari lebah-lebah lainnya melalui adanya pita putih di abdomen.[4]
Habitat
Lebah ini baru pernah dilaporkan ditemukan di tiga pulau Maluku Utara, Indonesia, yaitu Pulau Bacan, Halmahera, dan Tidore. Tidak banyak yang diketahui tentang distribusi geografinya maupun syarat-syarat habitatnya, tetapi lebah ini dipercaya hanya hidup di hutan primer dataran rendah. Ketiga pulau ini kini telah dipenuhi perkebunan kelapa sawit yang menggantikan habitat alami yang sebelumnya ada. Karena ini Uni Internasional untuk Konservasi Alam mengklasifiksikan spesies ini sebagai spesies rentan.[1]
Sejarah
Spesies ini pertama kali tercatat oleh Alfred Russel Wallace, yang mengumpulkannya pada tahun 1858, dan ketika itu diberi nama "Lebah raksasa Wallace". Setelah itu spesies ini tidak lagi ditemukan dan dianggap punah hingga pada 1981 Adam C. Messer, seorang entemologis Amerika Serikat, menemukan enam sarang Megachile pluto di Pulai Bacan dan sekitarnya.[4] Spesies ini termasuk dalam 25 spesies "hilang dan paling dicari" dalam program "Search for Lost Species" ("Pencarian Spesies Hilang") oleh Global Wildlife Conservation..[5] Setelah 1981, spesies ini tidak pernah diamati dalam kondisi alamiahnya selama 37 tahun. Dua spesimen diperoleh di Indonesia pada 2018, satu di Pulau Bacan pada Februari dan kedua di Halmahera pada September. Kedua spesimen ini dijual di eBay dan menimbulkan kekhawatiran akan kurangnya perlindungan terhadap spesies langka ini.[6] Seekor M. pluto betina ditemukan hidup dalam sebuah sarang rayap pada 2019 oleh sebuah tim yang salah satu anggotanya adalah fotografer Clay Bolt. Saat itu, spesies ini difoto dan difilmkan dalam keadaan hidup untuk pertama kalinya, sebelum dilepaskan kembali.[7][8]
Referensi
- ^ a b Kuhlmann, M. (2014). "Megachile pluto". IUCN Red List of Threatened Species. 2014: e.T4410A21426160. doi:10.2305/IUCN.UK.2014-1.RLTS.T4410A21426160.en.
- ^ Simon, Matt (2019-02-21). "The Triumphant Rediscovery of the Biggest Bee on Earth". Wired. ISSN 1059-1028. Diakses tanggal 2019-02-21.
- ^ Quenqua, Douglas (2019-02-21). "The World's Largest Bee Is Not Extinct". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2019-02-21.
- ^ a b Messer, A. C. (1984). "Chalicodoma pluto: The World's Largest Bee Rediscovered Living Communally in Termite Nests (Hymenoptera: Megachilidae)". Journal of the Kansas Entomological Society. 57 (1): 165–168. JSTOR 25084498.
- ^ "The Search for Lost Species". Global Wildlife Conservation (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-06-02.
- ^ Vereecken, Nicolas (2018). "Wallace's Giant Bee for sale: implications for trade regulation and conservation". Journal of Insect Conservation. 22 (5-6): 807–811. doi:10.1007/s10841-018-0108-2.
- ^ Main, Douglas (21 February 2019). "World's largest bee, once presumed extinct, filmed alive in the wild". National Geographic.
- ^ Bolt, Clay. "Wallace's Giant $9,000 Bee". National Geographic. National Geographic.