Lompat ke isi

Rumah Adat Boyang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 7: Baris 7:
Rumah boyang memiliki struktur [[rumah panggung]] yang tersusun dari material [[kayu]] dan ditopang oleh beberapa tiang yang terbuat dari kayu balok berukuran besar setinggi dua meter. Tiang-tiang tersebut akan menopang lantai dan [[atap]], tiang ini tidak ditancapkan ke tanah melainkan hanya ditumpangkan di sebuah batu datar untuk mencegah kayu melapuk. Rumah boyang dilengkapi dengan dua buah tangga, terletak di bagian depan dan belakang rumah. Tangga-tangga tersebut mempunyai anak tangga yang berjumlah ganjil, umumnya antara 7 sampai 13 buah serta dilengkapi dengan sebuah pegangan di bagian sisi kanan dan kirinya. Untuk dinding dan juga lantainya menggunakan material papan. Khusus di bagian dinding, papan yang dipasang biasanya merupakan papan yang sudah diukir sesuai dengan motif khas [[suku mandar]]. Pada dinding dilengkapi dengan jendela yang berfungsi sebagai pengatur sirkulasi [[udara]]<ref name="Rumah Boyang, Rumah Adat Suku Mandar Sulawesi Barat">{{Cite web|url = https://www.kamerabudaya.com/2017/05/rumah-boyang-rumah-adat-suku-mandar-sulawesi-barat.html|title = Rumah Boyang, Rumah Adat Suku Mandar Sulawesi Barat|website =kamerabudaya|access-date = 20 Maret 2019|last=}}</ref>
Rumah boyang memiliki struktur [[rumah panggung]] yang tersusun dari material [[kayu]] dan ditopang oleh beberapa tiang yang terbuat dari kayu balok berukuran besar setinggi dua meter. Tiang-tiang tersebut akan menopang lantai dan [[atap]], tiang ini tidak ditancapkan ke tanah melainkan hanya ditumpangkan di sebuah batu datar untuk mencegah kayu melapuk. Rumah boyang dilengkapi dengan dua buah tangga, terletak di bagian depan dan belakang rumah. Tangga-tangga tersebut mempunyai anak tangga yang berjumlah ganjil, umumnya antara 7 sampai 13 buah serta dilengkapi dengan sebuah pegangan di bagian sisi kanan dan kirinya. Untuk dinding dan juga lantainya menggunakan material papan. Khusus di bagian dinding, papan yang dipasang biasanya merupakan papan yang sudah diukir sesuai dengan motif khas [[suku mandar]]. Pada dinding dilengkapi dengan jendela yang berfungsi sebagai pengatur sirkulasi [[udara]]<ref name="Rumah Boyang, Rumah Adat Suku Mandar Sulawesi Barat">{{Cite web|url = https://www.kamerabudaya.com/2017/05/rumah-boyang-rumah-adat-suku-mandar-sulawesi-barat.html|title = Rumah Boyang, Rumah Adat Suku Mandar Sulawesi Barat|website =kamerabudaya|access-date = 20 Maret 2019|last=}}</ref>


Atap rumah boyang memiliki bentuk [[Prisma (geometri)|prisma]] dan memanjang dari bagian depan ke bagian belakang menutupi keseluruhan bagian rumah. Pada umumnya, atap terbuat dari [[seng]]. Sebagian ada yang menggunakan [[rumbia]] dan sirap. Pada zaman dahulu, rumah-rumah penduduk baik boyang adaq maupun boyang beasa menggunakan atap rumbia. Hal ini disebabkan karena bahan tersebut banyak tersedia dan mudah untuk mendapatkannya. Pada bagian depan atap terdapat ''tumbaq layar'' (penutup bubungan) yang memberi identitas tentang status sosial bagi penghuninya. Pada penutup bubungan tersebut sering dipasang [[Ornamen (arsitektur)|ornamen]] [[ukiran]] [[Melati|bunga melati]]. Di ujung bawah atap, baik pada bagian kanan maupun kiri sering diberi ornamen ukiran [[burung]] atau ayam jantan. Pada bagian atas penutup bubungan, baik di depan maupun belakang dipasang ornamen yang tegak ke atas. Ornamen itu disebut "teppang".<ref>{{Cite book|edition=Ed. 1|title=Arsitektur Mandar, Sulawesi Barat|url=https://www.worldcat.org/oclc/426034935|publisher=Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata|date=2008|location=Jakarta|isbn=9786028099134|oclc=426034935|last=Faisal.}}</ref>
Atap rumah boyang memiliki bentuk [[Prisma (geometri)|prisma]] dan memanjang dari bagian depan ke bagian belakang menutupi keseluruhan bagian rumah. Pada umumnya, atap terbuat dari [[seng]]. Sebagian ada yang menggunakan [[rumbia]] dan sirap. Pada zaman dahulu, rumah-rumah penduduk baik boyang adaq maupun boyang beasa menggunakan atap rumbia. Hal ini disebabkan karena bahan tersebut banyak tersedia dan mudah untuk mendapatkannya. Pada bagian depan atap terdapat ''tumbaq layar'' (penutup bubungan) yang memberi identitas tentang status sosial bagi penghuninya. Pada penutup bubungan tersebut sering dipasang [[Ornamen (arsitektur)|ornamen]] [[ukiran]] [[Melati|bunga melati]]. Di ujung bawah atap, baik pada bagian kanan maupun kiri sering diberi ornamen ukiran [[burung]] atau ayam jantan. Pada bagian atas penutup bubungan, baik di depan maupun belakang dipasang ornamen yang tegak ke atas. Ornamen itu disebut "teppang".<ref name="Arsitektur Mandar, Sulawesi Barat">{{Cite book|edition=Ed. 1|title=Arsitektur Mandar, Sulawesi Barat|url=https://www.worldcat.org/oclc/426034935|publisher=Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata|date=2008|location=Jakarta|isbn=9786028099134|oclc=426034935|last=Faisal.}}</ref>


Untuk menunjang kegunaan dan fungsinya, rumah boyang dibagi menjadi beberapa bagian ruangan yang disebut dengan ''lotang''. Lotang utama berjumlah tiga, yaitu ''tangnga boyang'', ''samboyang'', dan ''bui boyang''. Sedangkan lotang tambahan berjumlah empat, yaitu ''tapang'', ''lego-lego'', ''paceko'' dan ''naong boyang''.<ref name="Rumah Boyang, Rumah Adat Suku Mandar Sulawesi Barat"/>
Untuk menunjang kegunaan dan fungsinya, rumah boyang dibagi menjadi beberapa bagian ruangan yang disebut dengan ''lotang''. Lotang utama berjumlah tiga, yaitu ''samboyang'', ''tangnga boyang'' dan ''bui boyang''. Sedangkan lotang tambahan berjumlah empat, yaitu ''tapang'', ''lego-lego'', ''paceko'' dan ''naong boyang''.<ref name="Rumah Boyang, Rumah Adat Suku Mandar Sulawesi Barat"/>

=== Samboyang ===
Samboyang merupakan ruangan yang berada di bagian paling depan dan memiliki ukuran yang cukup lebar. <ref name="Rumah Boyang, Rumah Adat Suku Mandar Sulawesi Barat"/> Ruangan ini berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu,
sebagai ruangan tempat tidur tamu apabila ada yang bermalam, tempat atau pusat pelaksanaan kegiatan bila ada hajatan yang dilakukan di dalam rumah dan tempat membaringkan mayat sebelum dibawa ke kubur. Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut, maka ruangan tersebut menjadi titik perhatian pemilik rumah untuk senantiasa menjaga kebersihan, keindahan dan kerapian di ruangan tersebut. Oleh karena itu, aktivitas keluarga yang berkenaan dengan interaksi antara sesama anggota keluarga tidak banyak dilakukan di ruangan ini.<ref name="Arsitektur Mandar, Sulawesi Barat"/>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 21 Maret 2019 06.32

Rumah Boyang merupakan rumah adat yang berasal dari Provinsi Sulawesi Barat. Rumah Boyang memiliki gaya arsitektur yang unik, berbentuk rumah panggung yang tersusun dari material kayu dan ditopang tiang-tiang penyangga. Rumah ini menjadi tempat tinggal Suku Mandar yang merupakan suku asli dari Sulawesi Barat.[1][2]

Jenis

Terdapat dua jenis boyang yang dibangun oleh masyarakat Mandar, yaitu "boyang adaq" dan "boyang beasa". Boyang adaq adalah tempat tinggal untuk kaum bangsawan, sedangkan boyang beasa merupakan tempat tinggal bagi rakyat biasa. Pada boyang adaq diberi ornamen yang melambangkan identitas tertentu yang mendukung tingkat status sosial penghuninya. Diantaranya memiliki tumbaq layar (penutup bubungan) yang bersusun tiga sampai tujuh susun, semakin banyak susunannya semakin tinggi derajat kebangsawanannya. Selain itu boyang adaq memiliki dua tangga bersusun, susunan pertama terdiri atas tiga anak tangga, sedangkan susunan kedua terdiri atas sembilan atau sebelas anak tangga. Kedua susunan tangga tersebut diantarai oleh pararang. Ciri yang dimiliki boyang beasa tidak semegah boyang adaq, karena masing-masing hanya memiliki satu susun penutup bubungan dan satu susun anak tangga.[3]

Struktur

Rumah boyang memiliki struktur rumah panggung yang tersusun dari material kayu dan ditopang oleh beberapa tiang yang terbuat dari kayu balok berukuran besar setinggi dua meter. Tiang-tiang tersebut akan menopang lantai dan atap, tiang ini tidak ditancapkan ke tanah melainkan hanya ditumpangkan di sebuah batu datar untuk mencegah kayu melapuk. Rumah boyang dilengkapi dengan dua buah tangga, terletak di bagian depan dan belakang rumah. Tangga-tangga tersebut mempunyai anak tangga yang berjumlah ganjil, umumnya antara 7 sampai 13 buah serta dilengkapi dengan sebuah pegangan di bagian sisi kanan dan kirinya. Untuk dinding dan juga lantainya menggunakan material papan. Khusus di bagian dinding, papan yang dipasang biasanya merupakan papan yang sudah diukir sesuai dengan motif khas suku mandar. Pada dinding dilengkapi dengan jendela yang berfungsi sebagai pengatur sirkulasi udara[4]

Atap rumah boyang memiliki bentuk prisma dan memanjang dari bagian depan ke bagian belakang menutupi keseluruhan bagian rumah. Pada umumnya, atap terbuat dari seng. Sebagian ada yang menggunakan rumbia dan sirap. Pada zaman dahulu, rumah-rumah penduduk baik boyang adaq maupun boyang beasa menggunakan atap rumbia. Hal ini disebabkan karena bahan tersebut banyak tersedia dan mudah untuk mendapatkannya. Pada bagian depan atap terdapat tumbaq layar (penutup bubungan) yang memberi identitas tentang status sosial bagi penghuninya. Pada penutup bubungan tersebut sering dipasang ornamen ukiran bunga melati. Di ujung bawah atap, baik pada bagian kanan maupun kiri sering diberi ornamen ukiran burung atau ayam jantan. Pada bagian atas penutup bubungan, baik di depan maupun belakang dipasang ornamen yang tegak ke atas. Ornamen itu disebut "teppang".[5]

Untuk menunjang kegunaan dan fungsinya, rumah boyang dibagi menjadi beberapa bagian ruangan yang disebut dengan lotang. Lotang utama berjumlah tiga, yaitu samboyang, tangnga boyang dan bui boyang. Sedangkan lotang tambahan berjumlah empat, yaitu tapang, lego-lego, paceko dan naong boyang.[4]

Samboyang

Samboyang merupakan ruangan yang berada di bagian paling depan dan memiliki ukuran yang cukup lebar. [4] Ruangan ini berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu, sebagai ruangan tempat tidur tamu apabila ada yang bermalam, tempat atau pusat pelaksanaan kegiatan bila ada hajatan yang dilakukan di dalam rumah dan tempat membaringkan mayat sebelum dibawa ke kubur. Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut, maka ruangan tersebut menjadi titik perhatian pemilik rumah untuk senantiasa menjaga kebersihan, keindahan dan kerapian di ruangan tersebut. Oleh karena itu, aktivitas keluarga yang berkenaan dengan interaksi antara sesama anggota keluarga tidak banyak dilakukan di ruangan ini.[5]

Referensi

  1. ^ "Rumah Adat Sulawesi Barat". pewartanusantara. Diakses tanggal 20 Maret 2019. 
  2. ^ "Kliping Rumah Adat Sulawesi". edoc. Diakses tanggal 20 Maret 2019. 
  3. ^ "Boyang, Rumah Adat Masyarakat Mandar". kumparan. Diakses tanggal 20 Maret 2019. 
  4. ^ a b c "Rumah Boyang, Rumah Adat Suku Mandar Sulawesi Barat". kamerabudaya. Diakses tanggal 20 Maret 2019. 
  5. ^ a b Faisal. (2008). Arsitektur Mandar, Sulawesi Barat (edisi ke-Ed. 1). Jakarta: Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. ISBN 9786028099134. OCLC 426034935.