Lompat ke isi

Jaran Bodhag: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Bagusypa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Bagusypa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2: Baris 2:


Pada masa itu terdapat seni pertunjukan yang cukup popular di Kota Probolinggo yakni “Jaran Kencak” sebutan dalam dialeg lokal untuk menyebut “Kuda Menari”. Ini adalah sejenis pertunjukan yang menggunakan kuda yang dilatih khusus untuk menari dan dirias dengan pakaian serta aksesoris lengkap. Adapun masyarakat pinggiran atau orang-orang miskin mendambakan suatu hiburan serupa dengan seni Jaran Kencak. Oleh karena kemiskinannya, mereka tidak mampu untuk memiliki maupun untuk sekedar menyewa kuda. Sehingga dibuatlah sebuah tiruan kuda yang terbuat dari kayu menyerupai kepala kuda sampai leher. Leher kuda kayu itu disambung dengan peralatan atau aksesoris mirip “Kuda Kencak” asli, yang memungkinkan seseorang dapat berdiri di dalam dan dikelilingi aksesoris kuda. “Penunggang’ kuda seolah-olah naik kuda, padahal ia berdiri dan berjalan (dengan kaki sendiri). Menyangga leher kepala kuda lengkap dengan aksesorisnya sehingga dari jauh mirip orang yang naik “Jaran Kencak”.
Pada masa itu terdapat seni pertunjukan yang cukup popular di Kota Probolinggo yakni “Jaran Kencak” sebutan dalam dialeg lokal untuk menyebut “Kuda Menari”. Ini adalah sejenis pertunjukan yang menggunakan kuda yang dilatih khusus untuk menari dan dirias dengan pakaian serta aksesoris lengkap. Adapun masyarakat pinggiran atau orang-orang miskin mendambakan suatu hiburan serupa dengan seni Jaran Kencak. Oleh karena kemiskinannya, mereka tidak mampu untuk memiliki maupun untuk sekedar menyewa kuda. Sehingga dibuatlah sebuah tiruan kuda yang terbuat dari kayu menyerupai kepala kuda sampai leher. Leher kuda kayu itu disambung dengan peralatan atau aksesoris mirip “Kuda Kencak” asli, yang memungkinkan seseorang dapat berdiri di dalam dan dikelilingi aksesoris kuda. “Penunggang’ kuda seolah-olah naik kuda, padahal ia berdiri dan berjalan (dengan kaki sendiri). Menyangga leher kepala kuda lengkap dengan aksesorisnya sehingga dari jauh mirip orang yang naik “Jaran Kencak”.

<br />

== Referensi ==

Revisi per 24 Maret 2019 13.36

Jaran Bodhag adalah salah satu kesenian tradisional asli Probolinggo Jawa Timur. Kesenian ini merupakan warisan budaya yang telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 153992B/MPK.A/DU/2014 pada tanggal 17 Oktober 2014 sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Hingga saat ini jaran bodhag tetap popular dikalangan masyarakat Probolinggo dan biasa digunakan untuk mengiringi dan mengarak acara hajatan, pernikahan, khitanan, dan sebagainya. Jaran Bodhag dalam terminologi Bahasa Jawa atau Madura dimaknai sebagai Jaran yang berarti kuda dan Bodhag yang berarti wadah. Dimaksudkan sebagai kuda tiruan terbuat dari kayu menyerupai kepala kuda sampai leher. Kemudian leher kuda kayu itu disambung peralatan lengkap dengan aksesoris. Kesenian Jaran Bodhag disajikan dalam bentuk arak-arakan dijalan atau di depan rumah dengan diiringi alunan musik tradisional gamelan yang terdiri dari Kenong, Gong, Kendang, dan Sronen. Jaran bodhag dibawa oleh dua orang dengan sebutan Janis dan penunggang jaran. Dalam penyajiannya juga ditampilkan tembang-tembang tradisi khas jaran bodhag dengan pakaian penuh gemerlapan, menarik, unik yang didesain sendiri oleh pemiliknya dengan segala kemampuan estetiknya Sejarah Kesenian Jaran Bodhag Sejarah seni Jaran Bodhag tidak bisa dilepaskan dari kesenian Jaran Kencak yang merupakan cikal bakal dari Jaran Bodhag. Terdapat dari beberapa sumber yang mengatakan bahwa kesenian ini muncul pada awal Kemerdekaan Indonesia.

Pada masa itu terdapat seni pertunjukan yang cukup popular di Kota Probolinggo yakni “Jaran Kencak” sebutan dalam dialeg lokal untuk menyebut “Kuda Menari”. Ini adalah sejenis pertunjukan yang menggunakan kuda yang dilatih khusus untuk menari dan dirias dengan pakaian serta aksesoris lengkap. Adapun masyarakat pinggiran atau orang-orang miskin mendambakan suatu hiburan serupa dengan seni Jaran Kencak. Oleh karena kemiskinannya, mereka tidak mampu untuk memiliki maupun untuk sekedar menyewa kuda. Sehingga dibuatlah sebuah tiruan kuda yang terbuat dari kayu menyerupai kepala kuda sampai leher. Leher kuda kayu itu disambung dengan peralatan atau aksesoris mirip “Kuda Kencak” asli, yang memungkinkan seseorang dapat berdiri di dalam dan dikelilingi aksesoris kuda. “Penunggang’ kuda seolah-olah naik kuda, padahal ia berdiri dan berjalan (dengan kaki sendiri). Menyangga leher kepala kuda lengkap dengan aksesorisnya sehingga dari jauh mirip orang yang naik “Jaran Kencak”.


Referensi