Lompat ke isi

Tingkuluak tanduak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Otrismon (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Otrismon (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 13: Baris 13:


Ada pun tikuluak tanduak memiliki arti tidak boleh memikul beban yang terlalu berat.
Ada pun tikuluak tanduak memiliki arti tidak boleh memikul beban yang terlalu berat.

Bundo kanduang mengenakan tengkuluk tanduk atau tengkuluk ikek sebagai penutup kepala. Bahannya berasal dari kain balapak tenunan. Bentuknya seperti tanduk kerbau dengan kedua ujung runcing berumbai dari emas atau loyang sepuhan. Pemakaian tengkuluk ini melambangkan bahwa perempuan sebagai pemilik rumah gadang.

Tingkuluak ini menyerupai tanduk kerbau yang pada ujung tanduknya tumpul. Tingkuluak baikek ini terdiri dari beberapa macam yaitu: Tingkuluak cawek, tingkuluak gobah, tingkuluak cukia kuniang, tingkuluak batiak baikek dan tingkuluak ikek putiah. Setiap jenis tingkuluak baikek memiliki warna dan jenis bahan yang berbeda.

Makna tingkuluak baikek dari bentuknya yang berbentuk tanduk kerbau yaitu melambangkan kekuatan hati, mempunyai kemauan tinggi dalam mencapai sesuatu yang baik, gigih dan tidak pernah berputus asa. Pada ujung tingkuluak dibuat tumpul yang artinya bersifat berani, ramah tamah dan tidak ingin melukai hati orang lain. Panjang tanduak atau kedua sisi pada tingkuluak harus sama yang artinya seimbang, bersifat adil sesuai kebutuhan dan kebaikan masyarakat.Makna dari tingkuluak baikek tidak hanya dilihat dari segi bentuk namun, ada beberapa jenis tingkuluak yang memiliki makna dari segi jenis bahan yang digunakan pada tingkuluak tersebut. yaitu seperti (1) Tingkuluak cawek yang dipakai oleh penghulu tingkuluak ini digunakan sebagai ikat pinggang penghulu namun, digunakan oleh wanita sebagai tingkuluak yang melambangkan orang yang menggunakan tingkuluaktersebut menghormati dan menghargai penghulu mereka. (2) Tingkuluak cukia kuniang yang dipakai penghulu sebagai sandang dan dipakai oleh wanita sebagai tingkuluak yang melambangkan menghargai penghulu. (3) Tingkuluak ikek putiah, tingkuluak ini melambangkan bahwa orang yang menggunakannya dalam keadaaan berduka (100 hari) atau salah seorang dari anggota keluarga yang telah meninggal dan anggota keluarga yang masih hidup menggunakan tingkuluak ikek putiah ini.

Menurut Boestami (1980:13) “Bagi wanita Minangkabau tingkuluak melambangkan rasa tanggung jawab, sebab dari kepala lah letaknya tanggung jawab yang besar bagi seseorang wanita baik terhadap rumah tangganya maupun terhadap kaum dalam rumah gadang”.

Bagian kepala seorang wanita yang telah diangkat sebagai Bundo Kanduang pada waktu menghadiri upacara adat harus ditutup. Penutup kepala ini disebut tengkuluk yang dipakai dengan cara tertentu sehingga bentuknya menyerupai tanduk kerbau. Tutup kepala tersebut dibuat dari selendang tenunan Pandai Sikek. Di beberapa daerah terdapat beberapa cara memakainya sehingga bentuknya pun bervariasi. Di Kabupaten Agam ujungnya runcing, di Payakumbuh ujung pepat, di daerah Lintau Kabupaten Tanah Datar tanduknya bertingkat dan lain-lain.

Revisi per 24 Maret 2019 14.05

Wanita Minangkabau memakai tikuluak tanduak

Tikuluak tanduak (tengkuluk tanduk) merupakan salah satu jenis penutup kepala wanita dalam budaya masyarakat Minangkabau yang bentuknya menyerupai tanduk. Jenis penutup kepala ini terbuat dari kain yang dibentuk menjadi selendang panjang yang kemudian dikreasikan menyerupai tanduk dengan dua sisi kiri dan kanan benbentuk lancip seperti tanduk kerbau. Jenis ini biasa digunakan oleh anak-anak dalam tari adat, upacara adat, penyambutan tamu, dan pengiring pengantin dalam acara upacara pernikahan.

Deskripsi

Tikuluak tanduak dikenakan oleh perempuan Minangkabau berupa tengkuluk yang berbentuk tanduk. Bentuknya yang menyerupai tanduk sering difilosofikan sebagai bentuk dari tanduk kerbau yang merupakan bagian yang sangat ikonik dalam masyarakat Minangkabau. Selain itu bentuknya juga sering di analogikan dengan bentuk gonjong rumah gadang yang merupakan rumah adat khas Minangkabau.

Tikuluak Tanduak biasanya terbuat dari kain songket tenunan yang tebal dan mudah dibentuk serta biasanya diberi warna emas ataupun merah yang merupakan salah satu warna khas pakaian-pakaian adat Minangkabau. Pada bagian belakang tikuluak tanduak biasanya diberi hiasan berupa kain yang terurai ke belakang.

Bentuk tikuluak tanduak pun beragam, ada yang 1 tingkat, dua tingkat, bahkan 3 tingkat. Biasanhya hal ini tergantung dari mana tikuluak tanduak ini berasal.

Ada pun tikuluak tanduak memiliki arti tidak boleh memikul beban yang terlalu berat.

Bundo kanduang mengenakan tengkuluk tanduk atau tengkuluk ikek sebagai penutup kepala. Bahannya berasal dari kain balapak tenunan. Bentuknya seperti tanduk kerbau dengan kedua ujung runcing berumbai dari emas atau loyang sepuhan. Pemakaian tengkuluk ini melambangkan bahwa perempuan sebagai pemilik rumah gadang.

Tingkuluak ini menyerupai tanduk kerbau yang pada ujung tanduknya tumpul. Tingkuluak baikek ini terdiri dari beberapa macam yaitu: Tingkuluak cawek, tingkuluak gobah, tingkuluak cukia kuniang, tingkuluak batiak baikek dan tingkuluak ikek putiah. Setiap jenis tingkuluak baikek memiliki warna dan jenis bahan yang berbeda.

Makna tingkuluak baikek dari bentuknya yang berbentuk tanduk kerbau yaitu melambangkan kekuatan hati, mempunyai kemauan tinggi dalam mencapai sesuatu yang baik, gigih dan tidak pernah berputus asa. Pada ujung tingkuluak dibuat tumpul yang artinya bersifat berani, ramah tamah dan tidak ingin melukai hati orang lain. Panjang tanduak atau kedua sisi pada tingkuluak harus sama yang artinya seimbang, bersifat adil sesuai kebutuhan dan kebaikan masyarakat.Makna dari tingkuluak baikek tidak hanya dilihat dari segi bentuk namun, ada beberapa jenis tingkuluak yang memiliki makna dari segi jenis bahan yang digunakan pada tingkuluak tersebut. yaitu seperti (1) Tingkuluak cawek yang dipakai oleh penghulu tingkuluak ini digunakan sebagai ikat pinggang penghulu namun, digunakan oleh wanita sebagai tingkuluak yang melambangkan orang yang menggunakan tingkuluaktersebut menghormati dan menghargai penghulu mereka. (2) Tingkuluak cukia kuniang yang dipakai penghulu sebagai sandang dan dipakai oleh wanita sebagai tingkuluak yang melambangkan menghargai penghulu. (3) Tingkuluak ikek putiah, tingkuluak ini melambangkan bahwa orang yang menggunakannya dalam keadaaan berduka (100 hari) atau salah seorang dari anggota keluarga yang telah meninggal dan anggota keluarga yang masih hidup menggunakan tingkuluak ikek putiah ini.

Menurut Boestami (1980:13) “Bagi wanita Minangkabau tingkuluak melambangkan rasa tanggung jawab, sebab dari kepala lah letaknya tanggung jawab yang besar bagi seseorang wanita baik terhadap rumah tangganya maupun terhadap kaum dalam rumah gadang”.

Bagian kepala seorang wanita yang telah diangkat sebagai Bundo Kanduang pada waktu menghadiri upacara adat harus ditutup. Penutup kepala ini disebut tengkuluk yang dipakai dengan cara tertentu sehingga bentuknya menyerupai tanduk kerbau. Tutup kepala tersebut dibuat dari selendang tenunan Pandai Sikek. Di beberapa daerah terdapat beberapa cara memakainya sehingga bentuknya pun bervariasi. Di Kabupaten Agam ujungnya runcing, di Payakumbuh ujung pepat, di daerah Lintau Kabupaten Tanah Datar tanduknya bertingkat dan lain-lain.