Rashid Maidin: Perbedaan antara revisi
OrophinBot (bicara | kontrib) |
k Perubahan kosmetik tanda baca |
||
Baris 2: | Baris 2: | ||
== Kehidupan awal == |
== Kehidupan awal == |
||
Rashid dilahirkan dalam sebuah keluarga [[Orang Minang|Minangkabau]] asal [[Rao, Pasaman]], [[Sumatra Barat]].<ref>Arif Zulkifli, Tan Malaka |
Rashid dilahirkan dalam sebuah keluarga [[Orang Minang|Minangkabau]] asal [[Rao, Pasaman]], [[Sumatra Barat]].<ref>Arif Zulkifli, Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan, Kepustakaan Populer Gramedia, 2010</ref> Ia adalah anak sulung dari delapan bersaudara. Ia menyelesaikan pendidikan sekolah rendah di kelas lima pada sekolah Melayu. Tetapi kemudian ia mengikuti kursus [[bahasa Inggris]] di sekolah malam dan juga belajar melalui pos. |
||
Akhirnya dia memiliki kemahiran yang mencukupi serta penguasaan bahasa yang baik untuk bekerja sebagai seorang teknisi di pertambangan biji timah Inggris di kawasan Batu Gajah dan Tanjung Tualang di [[Perak, Malaysia|Perak]]. |
Akhirnya dia memiliki kemahiran yang mencukupi serta penguasaan bahasa yang baik untuk bekerja sebagai seorang teknisi di pertambangan biji timah Inggris di kawasan Batu Gajah dan Tanjung Tualang di [[Perak, Malaysia|Perak]]. |
Revisi per 15 Juni 2019 00.49
Rashid Maidin atau Rashid Mydin (10 Oktober 1917 – 1 September 2006) adalah seorang politisi Malaysia dan pemimpin Parti Komunis Malaya.
Kehidupan awal
Rashid dilahirkan dalam sebuah keluarga Minangkabau asal Rao, Pasaman, Sumatra Barat.[1] Ia adalah anak sulung dari delapan bersaudara. Ia menyelesaikan pendidikan sekolah rendah di kelas lima pada sekolah Melayu. Tetapi kemudian ia mengikuti kursus bahasa Inggris di sekolah malam dan juga belajar melalui pos.
Akhirnya dia memiliki kemahiran yang mencukupi serta penguasaan bahasa yang baik untuk bekerja sebagai seorang teknisi di pertambangan biji timah Inggris di kawasan Batu Gajah dan Tanjung Tualang di Perak.
Karier politik
Pada tahun 1939, ketika berusia 22 tahun, Rashid bertemu dengan Tu Lung Shan yang ditugaskan mencari ahli baru PKM di Tanjung Tualang. Kumpulan pimpinan Tu ditugaskan oleh pihak partai untuk mengadakan aktivitas di kawasan sekitar Tanjung Tualang. Pada masa itu, Tu Lung Shan baru berusia 17 tahun dan Perang Dunia Kedua sudahpun bermula di Eropa yang menyaksikan tentara Jerman menyerang Polandia.
Pada mulanya, Rashid beserta Parti Kebangsaan Melayu Malaya (PKMM) yang kemudian dilarang oleh kerajaan Inggris karena dituduh berhaluan kiri dan menentang Inggris secara menyeluruh. Ketika berjuang dalam PKMM, Rashid pernah ditahan beberapa kali oleh kerajaan Inggris di pusat tahanan Tanjung Beruas, Melaka, serta di Larkin, Taiping, Morib, dan Tanjung Beruas. Dia pernah mengetuai aksi mogok makan dalam pusat tahanan tersebut bersama Ishak Haji Muhammad. Sebagai orang tahanan, mereka dibolehkan bekerja di luar pusat tahanan. Upah yang diberi ialah 75 sen sehari.
Pada tahun 1941, Rashid menjadi pimpinan pusat PKM bersama Ishak Haji Mohamad (Pak Sako), Ahmad Boestamam, dan Abdullah C.D di Perak.
Bersekutu dengan Inggris
Pada 18 Desember 1941, PKM telah menandatangani kesepahaman dengan pihak Inggris di Singapura untuk mendirikan barisan bersatu untuk menghalang pergerakan Jepang ke selatan Semenanjung dan untuk melatih pemimpin PKM dan anggotanya dalam operasi khas menentang musuh.
Berdasarkan catatan sejarah dari pihak Inggris dan PKM, 165 anggota komunis, termasuk Tu Lung Shan dilihat menjalani latihan di Sekolah Latihan Khas 101 (STS101) di Singapura. Setelah perjanjian itu dicapai, Jepang menyerbu Singapura dan jatuhlah pulau itu pada tanggal 15 Februari 1942.
Menurut Rashid, dia tidak menyertai MPAJA sewaktu pendudukan Jepang karena dia ditugaskan oleh pihak partai untuk menjalankan tugas-tugas politik, organisasi, dan publikasi di sekitar Gopeng, Tanjung Tualang, Malim Nawar, dan kawasan pertambangan di Tronoh, Seputeh, serta Nalla.
Pemberontakan Bersenjata Menentang British
Rashid memilih PKM sebagai wadah perjuangannya yang baru. Selepas diburu oleh pihak berkuasa Malaysia, Rashid dan gerombolannya melarikan diri ke dalam hutan antara Malaysia dengan Thailand. Disana Rashid menikah dengan seorang gadis Cina yang juga merupakan anggota PKM. Istrinya ini kini bernama Latifah. Chin Peng memberi kepercayaan kepadanya untuk memimpin Resimen ke-10 PKM di Bentong, Pahang dan Rashid Maidin menerima arahan secara langsung dari Ching Peng.[2]
Catatan kaki
- ^ Arif Zulkifli, Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan, Kepustakaan Populer Gramedia, 2010
- ^ e=mog&gl=us&q=he%20letter%20was%20from%20Chin%20Peng%20instructing%20Abdulla de story Aloysius Chin -1994 -252 pages