Lompat ke isi

Pertunjukan seni: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k sekedar → sekadar
k bentuk baku
Baris 1: Baris 1:
{{distinguish|seni pertunjukan}}{{rapikan}}
{{distinguish|seni pertunjukan}}{{rapikan}}
'''Pertunjukan seni''' ('''Seni performa''' atau '''Seni penampilan''', {{lang-en|''performance art''}}) merupakan sebuah karya reduksi dari berbagai hal (bentuk, faham, filosofi, teori, pemikiran) yang telah mapan. Seni ini banyak mendobrak benteng-benteng aristokrasi paradigma lama hingga seringkali dicap sebagai karya anomali.
'''Pertunjukan seni''' ('''Seni performa''' atau '''Seni penampilan''', {{lang-en|''performance art''}}) merupakan sebuah karya reduksi dari berbagai hal (bentuk, faham, filosofi, teori, pemikiran) yang telah mapan. Seni ini banyak mendobrak benteng-benteng aristokrasi paradigma lama hingga sering kali dicap sebagai karya anomali.


Berbeda dengan [[seni pertunjukan]], konsep dalam seni performa adalah konsep yang tertata apik, tidak lagi melalui atau pun melahirkan ruang konseptual baru. Seni performa berada dalam bidang yang sama sekali lain dengan seni pertunjukan, karena produknya lebih artifisial dan sempurna.
Berbeda dengan [[seni pertunjukan]], konsep dalam seni performa adalah konsep yang tertata apik, tidak lagi melalui atau pun melahirkan ruang konseptual baru. Seni performa berada dalam bidang yang sama sekali lain dengan seni pertunjukan, karena produknya lebih artifisial dan sempurna.
Baris 14: Baris 14:
===Sekilas Awal di Barat===
===Sekilas Awal di Barat===


Dimulai sejak jaman Renaissance di abad ke 12 di Itali, yang kemudian melahirkan Mannerism hingga Barocco, lalu Rococo, Neoclassism, Romanticism, Realisme, pre-Raphaelites, seni akademik (Academic art), Impressionism dan Post-Impressionism. Masing-masing memiliki sejarah perkembangan yang meliputi wilayah-wilayah ketidakpuasan atas format-format lama, melahirkan ide-ide baru sekaligus mata rantai inspirasi baru menyempurnakan prinsip estetika yang betul-betul mengandalkan keindahan indra perasa (empirik).
Dimulai sejak jaman Renaissance di abad ke 12 di Itali, yang kemudian melahirkan Mannerism hingga Barocco, lalu Rococo, Neoclassism, Romanticism, Realisme, pre-Raphaelites, seni akademik (Academic art), Impressionism dan Post-Impressionism. Masing-masing memiliki sejarah perkembangan yang meliputi wilayah-wilayah ketidakpuasan atas format-format lama, melahirkan ide-ide baru sekaligus mata rantai inspirasi baru menyempurnakan prinsip estetika yang betul-betul mengandalkan keindahan indra perasa (empirik).



===Seni di Abad 20===
===Seni di Abad 20===


Menjelang abad ke-20, konsep estetika di Eropa mulai makin berubah dan bergeser. Muncul aliran dan gelombang baru yang menghempaskan gulungan-gulungan ombak dan menyapu bentuk-bentuk konvensional kesenian melalui masa-masa Modernism, Cubism, Expressionism, Abstract, Blaue Reiter, Die Brücke, Dada, Fauvism, Art Nouveau, Bauhaus, Pop art, De Stijl, Art Deco, Abstract Expressionism, Futurism, Suprematism, Surrealism, Minimalism dan Post-Modernism.
Menjelang abad ke-20, konsep estetika di Eropa mulai makin berubah dan bergeser. Muncul aliran dan gelombang baru yang menghempaskan gulungan-gulungan ombak dan menyapu bentuk-bentuk konvensional kesenian melalui masa-masa Modernism, Cubism, Expressionism, Abstract, Blaue Reiter, Die Brücke, Dada, Fauvism, Art Nouveau, Bauhaus, Pop art, De Stijl, Art Deco, Abstract Expressionism, Futurism, Suprematism, Surrealism, Minimalism dan Post-Modernism.
Semuanya hadir saling kait mengait dan acapkali merupakan gerakan penolakan dan timbulnya keyakinan-keyakinan atas pemahaman-pemahaman baru yang lebih individual, memperhatikan hak-hak dasar dan independensi manusia yang cenderung liberal. Tidak lagi mengatasnamakan bangsa atau pun agama, namun mengandalkan narasi implisit yang mengesankan anti kemapanan. Kolektif hanya untuk perjuangan hak. Genre-genre yang timbul di abad ini saya sebut sebagai abad deviasi, yakni penyimpangan dari pakem konservatif atas seni, meski tetap bertujuan pada ‘keindahan’ yang bergaris bawah berkekuatan intelektualita implisit.
Semuanya hadir saling kait mengait dan acapkali merupakan gerakan penolakan dan timbulnya keyakinan-keyakinan atas pemahaman-pemahaman baru yang lebih individual, memperhatikan hak-hak dasar dan independensi manusia yang cenderung liberal. Tidak lagi mengatasnamakan bangsa atau pun agama, namun mengandalkan narasi implisit yang mengesankan anti kemapanan. Kolektif hanya untuk perjuangan hak. Genre-genre yang timbul di abad ini saya sebut sebagai abad deviasi, yakni penyimpangan dari pakem konservatif atas seni, meski tetap bertujuan pada ‘keindahan’ yang bergaris bawah berkekuatan intelektualita implisit.


=== Awal "deviasi" ===
=== Awal "deviasi" ===


Sejarah seni mencatat adanya ‘perlawanan’ dan ‘pemberontakan’ terhadap nilai-nilai konservatif estetika dimulai oleh sekumpulan seniman ‘nyentrik’ namun sangat intelek. Dimulai saat satu dekade sebelum perang dunia pertama, Jerman telah dikenal sebagai area pergolakan serta pendobrakan paradigma statis dan permanen atas nilai seni.
Sejarah seni mencatat adanya ‘perlawanan’ dan ‘pemberontakan’ terhadap nilai-nilai konservatif estetika dimulai oleh sekumpulan seniman ‘nyentrik’ namun sangat intelek. Dimulai saat satu dekade sebelum perang dunia pertama, Jerman telah dikenal sebagai area pergolakan serta pendobrakan paradigma statis dan permanen atas nilai seni.


Munich saat itu menjadi pusat seni yang dipenuhi oleh sekumpulan para pelukis ekspresionisme, penyair, penulis dan aktor bohemian (dikenal sebagai kelompok Blaue Reiter). Gelombang ekspresionisme menyerbu para pelukis di Munich dan Berlin hingga Wina. Sebuah kafe yang dikelola oleh Emmy Hennings dan suaminya Hugo Ball bernama Café Simplizisimus sangat dikenal dengan pertunjukan kabaretnya yang lebih sering disebut dengan ‘teater intim’.
Munich saat itu menjadi pusat seni yang dipenuhi oleh sekumpulan para pelukis ekspresionisme, penyair, penulis dan aktor bohemian (dikenal sebagai kelompok Blaue Reiter). Gelombang ekspresionisme menyerbu para pelukis di Munich dan Berlin hingga Wina. Sebuah kafe yang dikelola oleh Emmy Hennings dan suaminya Hugo Ball bernama Café Simplizisimus sangat dikenal dengan pertunjukan kabaretnya yang lebih sering disebut dengan ‘teater intim’.
''Cabaret Voltaire'' antara lain menampilkan karya-karya kontroversial Benyamin Franklin Wedekind yang terkenal dengan citra buruknya karena dianggap provokatif dalam hal seksual yang membuatnya sempat dibuang ke Paris dan dikurung dalam penjara.
''Cabaret Voltaire'' antara lain menampilkan karya-karya kontroversial Benyamin Franklin Wedekind yang terkenal dengan citra buruknya karena dianggap provokatif dalam hal seksual yang membuatnya sempat dibuang ke Paris dan dikurung dalam penjara.
Sekembalinya ke Munich (1901), Wedekind tetap memproduksi karya-karya satir dan malah semakin giat melakukan aksi-aksi ''performance'' yang dianggap cabul dan tidak senonoh. Tahun 1909, karyanya yang melukiskan emansipasi dan karier seorang perempuan dilarang ditampilkan.
Sekembalinya ke Munich (1901), Wedekind tetap memproduksi karya-karya satir dan malah semakin giat melakukan aksi-aksi ''performance'' yang dianggap cabul dan tidak senonoh. Tahun 1909, karyanya yang melukiskan emansipasi dan karier seorang perempuan dilarang ditampilkan.
Tak lama kemudian Munich kembali heboh dengan isyu terbaru mengenai seniman muda ‘nakal’ lainnya bernama Kokoschka. Ekspresionisme melanda Munich, Berlin hingga Wina. Kokoschka dianggap sebagai penghina eksentrik sekaligus seniman yang merosot moralnya dan ‘penjahat kasar’ terhadap moral publik Wina. Seniman berusia 22 tahun ini menggelar ''performance''. Mörder, Hoffnung der Frauen yang dipentaskan di Teater Kebun Vienna Kunstchau adalah lemparan kemarahan Kokoschka atas perlakuan publik. Para performer merangkak, merentangkan tangan, melengkungkan punggung dan menciptakan ekspresi wajah yang dibuat-buat, melakukan pertarungan agresif antara pria dan wanita, mencabik-cabik baju tokoh utama dan menorehkan darah buatan (aksi ini menjadi ciri teknik akting seniman ekspresionisme, dimana tradisi realistis dihancurkan). Sangat provokatif. Karya Kokoschka ini menjadi perbincangan di Munich melalui Berlin setelah penerbitannya di majalah Der Sturm berikut gambar selain teks.
Tak lama kemudian Munich kembali heboh dengan isyu terbaru mengenai seniman muda ‘nakal’ lainnya bernama Kokoschka. Ekspresionisme melanda Munich, Berlin hingga Wina. Kokoschka dianggap sebagai penghina eksentrik sekaligus seniman yang merosot moralnya dan ‘penjahat kasar’ terhadap moral publik Wina. Seniman berusia 22 tahun ini menggelar ''performance''. Mörder, Hoffnung der Frauen yang dipentaskan di Teater Kebun Vienna Kunstchau adalah lemparan kemarahan Kokoschka atas perlakuan publik. Para performer merangkak, merentangkan tangan, melengkungkan punggung dan menciptakan ekspresi wajah yang dibuat-buat, melakukan pertarungan agresif antara pria dan wanita, mencabik-cabik baju tokoh utama dan menorehkan darah buatan (aksi ini menjadi ciri teknik akting seniman ekspresionisme, dimana tradisi realistis dihancurkan). Sangat provokatif. Karya Kokoschka ini menjadi perbincangan di Munich melalui Berlin setelah penerbitannya di majalah Der Sturm berikut gambar selain teks.


===Awal Menuju Kelahiran===
===Awal Menuju Kelahiran===
Baris 41: Baris 40:
Musim panas tahun 1915, Hugo Ball dan Emmy Hennings meninggalkan Jerman melalui Berlin menuju Zűrich, Swiss. ''Cabaret Voltaire'' hidup kembali. Beberapa jam saat persiapan ruang pentas menjelang malam pembukaan, hadir 4 pria kecil berwajah oriental yang sangat sopan membungkuk berulang kali memperkenalkan diri. Para seniman yang terdiri dari pelukis dan penyair itu menyumbangkan diri melalui karya seninya di malam pembukaan. Mereka antara lain adalah Tristan Tzara, Marcel dan Georges Janco serta Jean Arp. Masing-masing dengan kepiawaiannya berdeklamasi, menari, menyanyi dalam bahasa Prancis, Denmark hingga Rusia. Pembacaan dan ''performance'' berlangsung di malam-malam kabaret selanjutnya adalah kunci untuk menemukan kembali kesenangan dalam seni.
Musim panas tahun 1915, Hugo Ball dan Emmy Hennings meninggalkan Jerman melalui Berlin menuju Zűrich, Swiss. ''Cabaret Voltaire'' hidup kembali. Beberapa jam saat persiapan ruang pentas menjelang malam pembukaan, hadir 4 pria kecil berwajah oriental yang sangat sopan membungkuk berulang kali memperkenalkan diri. Para seniman yang terdiri dari pelukis dan penyair itu menyumbangkan diri melalui karya seninya di malam pembukaan. Mereka antara lain adalah Tristan Tzara, Marcel dan Georges Janco serta Jean Arp. Masing-masing dengan kepiawaiannya berdeklamasi, menari, menyanyi dalam bahasa Prancis, Denmark hingga Rusia. Pembacaan dan ''performance'' berlangsung di malam-malam kabaret selanjutnya adalah kunci untuk menemukan kembali kesenangan dalam seni.


'''Dada'''

'''Dada'''


Di bulan April 1916, malam-malam kabaret tetap berlanjut dan kelompok Cabaret Voltaire semakin berkembang dengan kehadiran orang-orang baru antara lain Richard Huelsenbeck di bulan Februari sebelumnya. Acara rutin mereka akhirnya menemukan bentuk yang khusus dan tetap mempertahankan perubahan bentuk tersebut sebagai sebuah gerakan. Para penonton semakin meluas, segmennya tak hanya publik seni, namun juga tokoh-tokoh intelektualis lainnya di bidang politik (Lenin di antaranya) dan kaum borjuis, khususnya anak-anak mudanya. Tzara yang sangat berambisi untuk kelanjutan Cabaret Voltaire –sebagai sebuah gerakan. Lahirlah istilah ‘''dada''’ yang ditemukan Ball dan Richard Huelsenbeck dari kamus bahasa Jerman-Prancis, yang berarti ‘ya, ya’. dalam bahasa Rumania, dalam bahasa Prancis berarti ‘kuda-kudaan’ dan dalam bahasa Jerman berarti ‘orang naïf nan dungu, senang dengan penghasilan dan asyik dengan kereta bayi’, demikian menurut Ball.
Di bulan April 1916, malam-malam kabaret tetap berlanjut dan kelompok Cabaret Voltaire semakin berkembang dengan kehadiran orang-orang baru antara lain Richard Huelsenbeck di bulan Februari sebelumnya. Acara rutin mereka akhirnya menemukan bentuk yang khusus dan tetap mempertahankan perubahan bentuk tersebut sebagai sebuah gerakan. Para penonton semakin meluas, segmennya tak hanya publik seni, namun juga tokoh-tokoh intelektualis lainnya di bidang politik (Lenin di antaranya) dan kaum borjuis, khususnya anak-anak mudanya. Tzara yang sangat berambisi untuk kelanjutan Cabaret Voltaire –sebagai sebuah gerakan. Lahirlah istilah ‘''dada''’ yang ditemukan Ball dan Richard Huelsenbeck dari kamus bahasa Jerman-Prancis, yang berarti ‘ya, ya’. dalam bahasa Rumania, dalam bahasa Prancis berarti ‘kuda-kudaan’ dan dalam bahasa Jerman berarti ‘orang naïf nan dungu, senang dengan penghasilan dan asyik dengan kereta bayi’, demikian menurut Ball.
Baris 53: Baris 51:
Maret 1919 Tzara menerbitkan majalah sastra bernama Littérature bersama rekan-rekan korespondensinya André Breton, Louis Aragon, Paul Eluard, Philippe Soupault Pierre Reverdi dan Jean Cocteau di Paris. Hal ini yang menjadikannya untuk segera memutuskan kepindahannya ke Paris.
Maret 1919 Tzara menerbitkan majalah sastra bernama Littérature bersama rekan-rekan korespondensinya André Breton, Louis Aragon, Paul Eluard, Philippe Soupault Pierre Reverdi dan Jean Cocteau di Paris. Hal ini yang menjadikannya untuk segera memutuskan kepindahannya ke Paris.
Tristan Tzara bersama gerakan rekan-rekan Prancisnya tersebut a.l.: André Breton, Louis Aragon, Jean Arp di Paris dan kemudian bersama tiga rekan lainnya Marcel Duchamp, Francis Picabia, dan Man Ray -- membawa spirit gerakan ini dari Paris ke New York.
Tristan Tzara bersama gerakan rekan-rekan Prancisnya tersebut a.l.: André Breton, Louis Aragon, Jean Arp di Paris dan kemudian bersama tiga rekan lainnya Marcel Duchamp, Francis Picabia, dan Man Ray -- membawa spirit gerakan ini dari Paris ke New York.
Kelahiran kaum Dada juga berdasar pada surealisme dan absurditas yang seringkali karya-karyanya muncul seolah tak bermakna. Duchamp merayakan lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci dengan menambahi kumis dan janggut di atasnya.
Kelahiran kaum Dada juga berdasar pada surealisme dan absurditas yang sering kali karya-karyanya muncul seolah tak bermakna. Duchamp merayakan lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci dengan menambahi kumis dan janggut di atasnya.


'''Di Barat [Eropa dan Amerika]'''
'''Di Barat [Eropa dan Amerika]'''
Baris 83: Baris 81:
Eksistensialisme merebak pada tahun 1950an. 1954, di Paris, Georges Mathieu melakukan ''performance'' dalam gerak teatrikal dengan menyapukan tubuhnya ke atas kanvas.
Eksistensialisme merebak pada tahun 1950an. 1954, di Paris, Georges Mathieu melakukan ''performance'' dalam gerak teatrikal dengan menyapukan tubuhnya ke atas kanvas.
Semangat penganut Sartre [''Sartrian Existentialism''] juga menyulut salah seorang seniman bernama Yves Klein dengan menyelenggarakan pameran pada tahun 1958 di Paris berjudul “The Void”, berupa ruang basuh putih dalam galeri kosong.
Semangat penganut Sartre [''Sartrian Existentialism''] juga menyulut salah seorang seniman bernama Yves Klein dengan menyelenggarakan pameran pada tahun 1958 di Paris berjudul “The Void”, berupa ruang basuh putih dalam galeri kosong.
Di sebuah desa di Italia (1957), muncul gerakan perubahan artistik dan politik internasional berjuluk ''Situationist International'' [SI]. Gerakan ini berbaur dengan sekelompok kecil nan ekstrim antara lain t''he Lettrist International'', ''International movement for an imaginist Bauhaus'', dan ''London Psychogeographical Association''. Pembauran ini mempengaruhi ''CoBrA'', ''Dada'', ''Surrealism'', ''Fluxus''. Para performer di masa ini lebih sering disebut sebagai ''situationist''.
Di sebuah desa di Italia (1957), muncul gerakan perubahan artistik dan politik internasional berjuluk ''Situationist International'' [SI]. Gerakan ini berbaur dengan sekelompok kecil nan ekstrim antara lain t''he Lettrist International'', ''International movement for an imaginist Bauhaus'', dan ''London Psychogeographical Association''. Pembauran ini mempengaruhi ''CoBrA'', ''Dada'', ''Surrealism'', ''Fluxus''. Para performer di masa ini lebih sering disebut sebagai ''situationist''.


Jurnal ''Internationale Situationniste'' mendefinisikan ''situationis''t sebagai "''having to do with the theory or practical activity of constructing situations''" serta definisi ''situationism'' adalah "''a meaningless term improperly derived from the above. There is no such thing as situationism, which would mean a doctrine of interpretation of existing facts. The notion of situationism is obviously devised by antisituationists''."
Jurnal ''Internationale Situationniste'' mendefinisikan ''situationis''t sebagai "''having to do with the theory or practical activity of constructing situations''" serta definisi ''situationism'' adalah "''a meaningless term improperly derived from the above. There is no such thing as situationism, which would mean a doctrine of interpretation of existing facts. The notion of situationism is obviously devised by antisituationists''."


Di akhir 1960-an, mahasiswa dan seniman radikal Prancis menggelar ''happenings'' 24 jam berjudul “Modernisme” di jalan raya depan Universitas Sorbonne, Paris.
Di akhir 1960-an, mahasiswa dan seniman radikal Prancis menggelar ''happenings'' 24 jam berjudul “Modernisme” di jalan raya depan Universitas Sorbonne, Paris.
Baris 105: Baris 103:
Genre baru ini muncul dalam kibaran bendera seni kontemporer, sebuah aliran anti kemapanan. Aliran ini juga menjadi sublimasi bagi masalah gender, ras, sexualitas, identitas dan sejarah personal yang disadari atau tidak telah mengkondisikan perkembangan feminisme bagi para ''radical feminist'' dan lesbian. Sudah lebih dari setengah abad, mazhab ini masih hidup dengan berbagai perkembangannya hingga kini.
Genre baru ini muncul dalam kibaran bendera seni kontemporer, sebuah aliran anti kemapanan. Aliran ini juga menjadi sublimasi bagi masalah gender, ras, sexualitas, identitas dan sejarah personal yang disadari atau tidak telah mengkondisikan perkembangan feminisme bagi para ''radical feminist'' dan lesbian. Sudah lebih dari setengah abad, mazhab ini masih hidup dengan berbagai perkembangannya hingga kini.


''Performance art'' menduduki wilayah khusus. Pada beberapa acuan referensi ia diletakkan berada dalam naungan zona seni rupa. Seni ini muncul saat para perupa tak lagi merasa cukup katarsis dengan media seni rupa mereka. Mereka (para pelaku ''performance art'') pun hadir dengan membawa tubuh (mereka) sebagai medium ekspresif.
''Performance art'' menduduki wilayah khusus. Pada beberapa acuan referensi ia diletakkan berada dalam naungan zona seni rupa. Seni ini muncul saat para perupa tak lagi merasa cukup katarsis dengan media seni rupa mereka. Mereka (para pelaku ''performance art'') pun hadir dengan membawa tubuh (mereka) sebagai medium ekspresif.


Berbagai atraksi yang ditunjukkan merupakan realita maya. Aksi yang terjadi bukanlah penampilan ''an sich'' seperti yang terlihat atau yang terpersepsi, namun jauh di balik (''beyond'') itu terdapat makna atau pesan yang ingin disampaikan. Siratan gagasan ini adalah bentuk deskriptif sebuah ide yang secara konseptual dibangun melalui tubuh sebagai mediumisasi, tak lagi melalui alat-alat seni rupa (seperti kanvas, cat, patung, dsb.). Gagasan ini dikembangkan sejalan dengan perkembangan feminisme dan homoerotisme yang lebih mengeksplorasi tubuh sebagai seni itu sendiri. [Hal ini berdasar pada konsep para homoseksual dalam mempertanyakan keberadaan fisik mereka, sehingga mereka menggunakan tubuh mereka sendiri sebagai sebuah medium ekspresif] Hasil pemikiran Freud juga cukup kuat mengacak-acak pikiran di masa ini. Para seniman homoseksual umumnya disebut sebagai ''queer artist'' (''Queer'' = ''gay'', lesbian, transgender, atau juga biseksual).
Berbagai atraksi yang ditunjukkan merupakan realita maya. Aksi yang terjadi bukanlah penampilan ''an sich'' seperti yang terlihat atau yang terpersepsi, namun jauh di balik (''beyond'') itu terdapat makna atau pesan yang ingin disampaikan. Siratan gagasan ini adalah bentuk deskriptif sebuah ide yang secara konseptual dibangun melalui tubuh sebagai mediumisasi, tak lagi melalui alat-alat seni rupa (seperti kanvas, cat, patung, dsb.). Gagasan ini dikembangkan sejalan dengan perkembangan feminisme dan homoerotisme yang lebih mengeksplorasi tubuh sebagai seni itu sendiri. [Hal ini berdasar pada konsep para homoseksual dalam mempertanyakan keberadaan fisik mereka, sehingga mereka menggunakan tubuh mereka sendiri sebagai sebuah medium ekspresif] Hasil pemikiran Freud juga cukup kuat mengacak-acak pikiran di masa ini. Para seniman homoseksual umumnya disebut sebagai ''queer artist'' (''Queer'' = ''gay'', lesbian, transgender, atau juga biseksual).


Konsep yang dibangun para ''performance artist'' adalah berada dalam ruang struktur konsep sebelumnya, atau konsep dalam konsep, katakanlah konsep berbingkai. Konsep ini lahir dari gagasan yang terkonsep. ''Performance art'' adalah ''conceptual art'' atau ''idea art'' (penggagasnya adalah Sol LeWitt-- terkenal dengan minimal art-nya--, yang kemudian menjadi gerakan di pertengahan tahun 1960an) -- meski pun Duchamp pada tahun 1910an dan 1920an telah memulainya dengan karya-karya instannya yang diambil dari benda-benda ''ready-mades'', dan hadir sebagai karya baru yang sangat konseptual (''art object''), sekaligus awal mula proses kelahiran seni instalasi.
Konsep yang dibangun para ''performance artist'' adalah berada dalam ruang struktur konsep sebelumnya, atau konsep dalam konsep, katakanlah konsep berbingkai. Konsep ini lahir dari gagasan yang terkonsep. ''Performance art'' adalah ''conceptual art'' atau ''idea art'' (penggagasnya adalah Sol LeWitt-- terkenal dengan minimal art-nya--, yang kemudian menjadi gerakan di pertengahan tahun 1960an) -- meski pun Duchamp pada tahun 1910an dan 1920an telah memulainya dengan karya-karya instannya yang diambil dari benda-benda ''ready-mades'', dan hadir sebagai karya baru yang sangat konseptual (''art object''), sekaligus awal mula proses kelahiran seni instalasi.


Tubuh di sini menjadi medium konseptual, yang memiliki aneka rupa fungsi konseptual sebagaimana sebuah sistem dengan struktur organ-organnya. Sistem ini yang dipercaya dapat memproduksi aneka macam gagasan mengenai konsep-konsep baru. Gagasan-gagasan ini pun lahir dari konsep-konsep yang telah terstruktur dan terbangun apa adanya sejak awal hingga proses perkembangannya terdahulu sebelum menjadi gagasan. Kelahirannya tetaplah berupa konsep.
Tubuh di sini menjadi medium konseptual, yang memiliki aneka rupa fungsi konseptual sebagaimana sebuah sistem dengan struktur organ-organnya. Sistem ini yang dipercaya dapat memproduksi aneka macam gagasan mengenai konsep-konsep baru. Gagasan-gagasan ini pun lahir dari konsep-konsep yang telah terstruktur dan terbangun apa adanya sejak awal hingga proses perkembangannya terdahulu sebelum menjadi gagasan. Kelahirannya tetaplah berupa konsep.


''In conceptual art the idea or concept is the most important aspect of the work. When an artist uses a conceptual form of art, it means that all of the planning and decisions are made beforehand and the execution is a perfunctory affair. The idea becomes a machine that makes the art''. [Sol LeWitt]
''In conceptual art the idea or concept is the most important aspect of the work. When an artist uses a conceptual form of art, it means that all of the planning and decisions are made beforehand and the execution is a perfunctory affair. The idea becomes a machine that makes the art''. [Sol LeWitt]


Maka arti penggunaan tubuh sebagai medium dalam ''performance art'' sangatlah jamak. ''Performance artist'' bebas menginterpretasikan hal ini. Eksplorasi tubuh dapat dilakukan dengan cara bermacam-macam. Setiap seniman berhak memperlakukan tubuhnya dalam forum ini, baik telanjang atau pun melakukan kekerasan terhadap tubuhnya sendiri. Termasuk pengambilan gagasan dan pembangunan konsep-konsep baru yang bertujuan membuat penyadaran bagi audiens. Hal ini juga merupakan upaya eksplorasi tubuh. Pikiran dan sejuta gagasannya dalam otak di ruang tempurung kepala, termasuk bagian dari tubuh atau sebuah system dan organisasi sekaligus mediumisasi, yakni menggunakannya sebagai alat produksi karya ''performance art''.
Maka arti penggunaan tubuh sebagai medium dalam ''performance art'' sangatlah jamak. ''Performance artist'' bebas menginterpretasikan hal ini. Eksplorasi tubuh dapat dilakukan dengan cara bermacam-macam. Setiap seniman berhak memperlakukan tubuhnya dalam forum ini, baik telanjang atau pun melakukan kekerasan terhadap tubuhnya sendiri. Termasuk pengambilan gagasan dan pembangunan konsep-konsep baru yang bertujuan membuat penyadaran bagi audiens. Hal ini juga merupakan upaya eksplorasi tubuh. Pikiran dan sejuta gagasannya dalam otak di ruang tempurung kepala, termasuk bagian dari tubuh atau sebuah system dan organisasi sekaligus mediumisasi, yakni menggunakannya sebagai alat produksi karya ''performance art''.


Semenjak tahun 1970an, muncul istilah ‘''body art''’. “''Body Works''” merujuk pada “''Variously called actions, events, performances, pieces, things, the works present physical activities, ordinary bodily functions and other usual and unusual manifestions of physicality. The artist’s body becomes both the subject and the object of the work''”, demikian menurut ulasan di majalah Avalanche terbitan Kalifornia pada tahun 1970 (Carlson, Marvin: 1996).
Semenjak tahun 1970an, muncul istilah ‘''body art''’. “''Body Works''” merujuk pada “''Variously called actions, events, performances, pieces, things, the works present physical activities, ordinary bodily functions and other usual and unusual manifestions of physicality. The artist’s body becomes both the subject and the object of the work''”, demikian menurut ulasan di majalah Avalanche terbitan Kalifornia pada tahun 1970 (Carlson, Marvin: 1996).


Istilah ''performance art'' mulai jamak digunakan. Pada tahun ‘70an tersebut, didirikan Museum of Conceptual Art di San Fransisco –oleh Tom Marioni--, sebuah pusat penting bagi eksperimen dalam seni. Area Teluk San Fransisco menjadi pusat ‘''life ar''t’. Di Washington tahun 1975, Kaprow memimpin sebuah panel diskusi yang bertajuk “Performance and the Arts” dan menyertakan Acconci, Yvonne Rainer dan Joan Jonas. Mereka sepakat bahwa ruang yang digunakan dalam “''performance''” adalah ‘lebih sering menjadi semacam sebuah ruang kerja daripada sebuah ''setting'' teatrikal secara formal’. Para ''performance artists'' menolak “''the dramatic structure and psychological dynamics of traditional theatre or dance''” dan memfokuskan diri pada “''bodily presence and movement activities''”.
Istilah ''performance art'' mulai jamak digunakan. Pada tahun ‘70an tersebut, didirikan Museum of Conceptual Art di San Fransisco –oleh Tom Marioni--, sebuah pusat penting bagi eksperimen dalam seni. Area Teluk San Fransisco menjadi pusat ‘''life ar''t’. Di Washington tahun 1975, Kaprow memimpin sebuah panel diskusi yang bertajuk “Performance and the Arts” dan menyertakan Acconci, Yvonne Rainer dan Joan Jonas. Mereka sepakat bahwa ruang yang digunakan dalam “''performance''” adalah ‘lebih sering menjadi semacam sebuah ruang kerja daripada sebuah ''setting'' teatrikal secara formal’. Para ''performance artists'' menolak “''the dramatic structure and psychological dynamics of traditional theatre or dance''” dan memfokuskan diri pada “''bodily presence and movement activities''”.


''Performance art'' pada perkembangannya kemudian menjadi menarik dan menganak pinakkan ranting-ranting mau pun situs-situs baru komunitas performance artist di berbagai penjuru dunia. Eropa Barat dan Jepang serta Amerika tetap menjadi pusat-pusat kelahirannya. Hadir berbagai festival secara berkala mau pun insidental. Negara-negara sosialis di Eropa dan khususnya Eropa Timur lebih banyak membawa porsinya akibat pengaruh sejarah politik mereka. Di negara-negara ini ''performance art'' yang ditampilkan cenderung lebih radikal dan tajam. Di negara-negara lainnya dan Amerika tidak se-ekstrim itu.
''Performance art'' pada perkembangannya kemudian menjadi menarik dan menganak pinakkan ranting-ranting mau pun situs-situs baru komunitas performance artist di berbagai penjuru dunia. Eropa Barat dan Jepang serta Amerika tetap menjadi pusat-pusat kelahirannya. Hadir berbagai festival secara berkala mau pun insidental. Negara-negara sosialis di Eropa dan khususnya Eropa Timur lebih banyak membawa porsinya akibat pengaruh sejarah politik mereka. Di negara-negara ini ''performance art'' yang ditampilkan cenderung lebih radikal dan tajam. Di negara-negara lainnya dan Amerika tidak se-ekstrim itu.
Meski demikian, diskusi dan debat serta riset mengenai istilah berdasarkan bentuk ''performance art'' ini belum juga habis dibicarakan selama lebih dari 30 tahun sejak kelahirannya, bahkan di Barat.
Meski demikian, diskusi dan debat serta riset mengenai istilah berdasarkan bentuk ''performance art'' ini belum juga habis dibicarakan selama lebih dari 30 tahun sejak kelahirannya, bahkan di Barat.


MOHON DIRAPIKAN -->
MOHON DIRAPIKAN -->

Revisi per 20 Maret 2020 13.23

Pertunjukan seni (Seni performa atau Seni penampilan, bahasa Inggris: performance art) merupakan sebuah karya reduksi dari berbagai hal (bentuk, faham, filosofi, teori, pemikiran) yang telah mapan. Seni ini banyak mendobrak benteng-benteng aristokrasi paradigma lama hingga sering kali dicap sebagai karya anomali.

Berbeda dengan seni pertunjukan, konsep dalam seni performa adalah konsep yang tertata apik, tidak lagi melalui atau pun melahirkan ruang konseptual baru. Seni performa berada dalam bidang yang sama sekali lain dengan seni pertunjukan, karena produknya lebih artifisial dan sempurna.

Etimologi

Seni perfoma lebih merujuk pada "seni penampilan". Ini lebih konseptual[1] karena menyandang kata ‘seni’ sebagai beban makna tersendiri selain kata 'performance’. ‘Seni’ sebagai institusi tersendiri --kata pertama-- yang menerangkan ‘penampilan’ –kata ke dua-- (yaitu kata benda yang berarti: ‘proses’; ‘cara’; ‘perbuatan’ menampilkan –bertalian dengan prefiks verbal me-) konsep si penampil, bukan sekadar performer/ pelaku dalam performance, tapi ‘performance artist’. Hal ini karena setiap performance belum tentu berbobot seni (misalnya: ‘performance bapak direktur tadi sangat hebat’, atau ‘performance kecepatan mobil itu sungguh prima’).

Itulah mengapa kata seni ditambahkan. Penggunaan kata ’seni’ menerangkan ‘performance’ yang berarti "pertunjukan" secara konvensional. Meski pertunjukan seni dapat saja mengikutsertakan unsur tari, musik, nyanyi dan sebagainya, namun tetap bukan merupakan "seni pertunjukan", karena bukan tarian atau musiknya yang menjadi obyeknya.

Sejarah

Sejarah seni performa meliputi data yang sangat luas hingga ke detail-detilnya, karena satu dan lainnya saling berkaitan dengan berbagai aspek dan situasi yang menyelimutinya di tiap titik. Kumpulan data yang sangat luas ini melahirkan berbagai persepsi dan interpretasi yang beraneka, termasuk persepsi dan interpretasi para penulisnya.

Lihat pula

Kutipan

  1. ^ Fischer-Lichte, Erika. The Transformative Power of Performance: A New Aesthetics. New York and London 2008, Routledge. ISBN 978-0415458566.

Daftar pustaka

  • Encyclopedia, The Columbia/ Performance Art/ Sixth Edition/ 2001
  • Carlson, Marvin/ Performance – A Critical Introduction/ London/ 1996
  • Soedarsono, R.M./ Metodologi Penelitian/ Seni Pertunjukan dan Seni Rupa/ MSPI/ 1999
  • Echols, John M. & Hassan Shadily/ An English – Indonesian Dictionary/ Cornell University/ 1975
  • Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Tim/ Kamus Besar Bahasa Indonesia/Edisi 2/ Departemen Pendidikan dan Kebudayaan/ Balai Pustaka/ 1994
  • Dictionary, The Lexicon Webster/ Volume 11/The English-Languange Institute of America, Inc./1978
  • Chin, Sharon/ An art of action/ StarMag/ Sunday 19 February
  • Byrd, Jeffery/ Performance Art/ an encyclopedia of gay, lesbian, bisexual, transgender and queer culture/gltbq, Inc., 1130 West Adams Street, Chicago/ 2002-200
  • Goldberg, RoseLee/ Performance – Live Art since 60th/ USA/ 1998
  • Listyowati, Atieq SS/ Sejarah Performance Art: Sebuah Introduksi/ AppreRoom/ 2010

Pranala luar