Lompat ke isi

Pembicaraan:Delusi: Perbedaan antara revisi

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Komentar terbaru: 5 tahun yang lalu oleh Anta Samsara
Konten dihapus Konten ditambahkan
Penjelasan mengapa saya me-redirect-kan "delusi" kepada "waham."
 
Anta Samsara (bicara | kontrib)
Deskripsi alasan mengapa kata "waham" harus dijadikan istilah yang utama, alih-alih "delusi". Meskipun keduanya adalah kata yang benar bentuk maupun maknanya.
Baris 1: Baris 1:
Saya membuat penjelasan yang cukup komprehensif pada lema [[Waham]]. Pilihan me-redirect-kan kata ''delusi'' kepada kata ''waham'' didasarkan pada terminologi bahwa kata ''waham'' adalah istilah yang lebih baku dalam ranah psikiatri dan psikologi klinis. [[Pengguna:Anta Samsara 2.0|Anta Samsara 2.0]] ([[Pembicaraan Pengguna:Anta Samsara 2.0|bicara]]) 25 Juni 2019 19.26 (UTC)
Saya membuat penjelasan yang cukup komprehensif pada lema [[Waham]]. Pilihan me-redirect-kan kata ''delusi'' kepada kata ''waham'' didasarkan pada terminologi bahwa kata ''waham'' adalah istilah yang lebih baku dalam ranah psikiatri dan psikologi klinis. [[Pengguna:Anta Samsara 2.0|Anta Samsara 2.0]] ([[Pembicaraan Pengguna:Anta Samsara 2.0|bicara]]) 25 Juni 2019 19.26 (UTC)

Sebaiknya mulai digunakan istilah "waham" sebagai yang utama alih-alih "delusi". Karena di dunia kesehatan jiwa adalah sangat umum menggunakan istilah berbentuk frase dengan kata pertama "waham ...", misalnya "waham siar" atau "waham kejar" (frase "delusi siar" atau "delusi kejar" sangatlah tidak umum jika tak dikatakan rancu. Saya kira Bahasa Indonesia punya perkembangannya sendiri yang kadang-kadang tidak bergantung kepada bahasa asal istilahnya. Transliterasi (pengalihan aksara) untuk membuat istilah tidak selalu berlaku (lagi) dalam Bahasa Indonesia. Sebaliknya pengguna Bahasa Indonesia mencari kata yang mungkin telah hidup lebih lama (atau mungkin neologisme dari unsur-unsur kata yang sudah ada) dalam Bahasa Indonesia dan menggunakannya. Sebagai contoh adalah kata "pranala" untuk "hyperlink" serta "sasmita" untuk "omen." [[Pengguna:Anta Samsara|Anta Samsara]] ([[Pembicaraan Pengguna:Anta Samsara|bicara]]) 1 Juli 2019 13.12 (UTC)

Revisi per 1 Juli 2019 13.12

Saya membuat penjelasan yang cukup komprehensif pada lema Waham. Pilihan me-redirect-kan kata delusi kepada kata waham didasarkan pada terminologi bahwa kata waham adalah istilah yang lebih baku dalam ranah psikiatri dan psikologi klinis. Anta Samsara 2.0 (bicara) 25 Juni 2019 19.26 (UTC)Balas

Sebaiknya mulai digunakan istilah "waham" sebagai yang utama alih-alih "delusi". Karena di dunia kesehatan jiwa adalah sangat umum menggunakan istilah berbentuk frase dengan kata pertama "waham ...", misalnya "waham siar" atau "waham kejar" (frase "delusi siar" atau "delusi kejar" sangatlah tidak umum jika tak dikatakan rancu. Saya kira Bahasa Indonesia punya perkembangannya sendiri yang kadang-kadang tidak bergantung kepada bahasa asal istilahnya. Transliterasi (pengalihan aksara) untuk membuat istilah tidak selalu berlaku (lagi) dalam Bahasa Indonesia. Sebaliknya pengguna Bahasa Indonesia mencari kata yang mungkin telah hidup lebih lama (atau mungkin neologisme dari unsur-unsur kata yang sudah ada) dalam Bahasa Indonesia dan menggunakannya. Sebagai contoh adalah kata "pranala" untuk "hyperlink" serta "sasmita" untuk "omen." Anta Samsara (bicara) 1 Juli 2019 13.12 (UTC)Balas