Gerakan Fajar Nusantara: Perbedaan antara revisi
k Dikembalikan ke revisi 15534939 oleh NawanPangestu95 (bicara) Tag: Pembatalan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Gerakan Fajar Nusantara''' (disingkat '''Gafatar''') adalah |
'''Gerakan Fajar Nusantara''' (disingkat '''Gafatar''') adalah organisasi kemasyarakatan yang dianggap sebagai salah satu penerus [[Al-Qiyadah Al-Islamiyah]].<ref name="kompas">Fabian Januarius Kuwado, [https://nasional.kompas.com/read/2016/01/13/17295801/Jejak.Organisasi.Gafatar.di.Indonesia. Jejak Organisasi Gafatar di Indonesia], Kompas, 13 Januari 2016, diakses 23 Juni 2018</ref> Menurut hasil penelitian ketua Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Amin Djamaludin, ajaran gerakan ini masih sama dengan ajaran Al-Qiyadah Al-Islamiyah, seperti penggantian kalimat syahadat dari "''Asyhadu an laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah''" (Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi Nabi Muhammad adalah utusan Allah) menjadi "''Asyhadu an laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Al-Masiihal Maw'uuda Rasulullah''" (Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi Al-Masih Al-Maw'ud adalah utusan Allah),<ref name="beritasatusiti">Siti Arpiah, [http://www.beritasatu.com/nasional/343632-gafatar-adalah-penjelmaan-alqiyadah-alislamiyah-yang-dilarang.html Gafatar Adalah Penjelmaan Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang Dilarang], Berita Satu, 22 Januari 2017, diakses 23 Juni 2018</ref> ketiadaan kewajiban puasa, dan pengakuan Ahmad Moshaddeq sebagai nabi setelah Nabi [[Muhammad]] dengan nama "Al-Masih Al-Maw’ud".<ref name="beritasatu">Aries Sudiono, Lukya Panggabean, [http://www.beritasatu.com/politik/343664-kenapa-banyak-anggota-gafatar-hijrah-ke-kalimantan.html Kenapa Banyak Anggota Gafatar Hijrah Ke Kalimantan?], Berita Satu, 22 Januari 2016, diakses 23 Juni 2018</ref> Mereka juga meniadakan kewajiban sholat lima waktu, tetapi masih mewajibkan "''Qiyamul lail''" (sholat malam) dan sholat waktu terbit dan terbenamnya matahari.<ref name="beritasatusiti"/> Selain itu, menurut Djamaludin, cara menebus dosa dalam kepercayaan Gafatar adalah dengan membayarkan nominal tertentu kepada Ahmad Moshaddeq sebagai nabi, seperti yang tertulis di dalam salah satu buku pegangan Gafatar yang berjudul "Islam Hanif: Akan Masuk Surga" karya Robert P. Walean.<ref name="beritasatusiti"/> |
||
Dalam buku "Memahami dan Menyikapi Tradisi Tuhan: Kebangkitan yang Dibenci tapi Dirindukan" karya Ahmad Mesiyyakh, diyakini bahwa umat pilihan Tuhan akan dibangkitkan kembali pada tahun 2024 M oleh seorang nabi sebagai bagian dari siklus 700 tahun kejayaan dan kejatuhan semenjak kelahiran Nabi Muhammad (menurut kepercayaan Gafatar lahir pada tahun 624 M).<ref name="siti2">Siti Arpiah, [http://www.beritasatu.com/nasional/343641-gafatar-ingin-membentuk-agama-baru.html Gafatar Ingin Membentuk Agama Baru], Berita Satu, 22 Januari 2017, diakses 23 Juni 2018</ref> Selain itu, menurut buku "Kewajiban Menghormati Hari 'Ketujuh' (Sabath)", hari suci penganut Gafatar adalah hari Sabtu.<ref name="siti2"/> Di buku yang sama juga dijelaskan proses penciptaan alam semesta melalui enam tahapan, dan pada tahap ketujuh alam semesta telah selesai diciptakan dan Tuhan kemudian beristirahat.<ref name="siti2"/> Proses penciptaan versi Gafatar memadukan unsur-unsur dari Taurat, Al-Quran, dan [[Alkitab]].<ref name="siti2"/> |
Dalam buku "Memahami dan Menyikapi Tradisi Tuhan: Kebangkitan yang Dibenci tapi Dirindukan" karya Ahmad Mesiyyakh, diyakini bahwa umat pilihan Tuhan akan dibangkitkan kembali pada tahun 2024 M oleh seorang nabi sebagai bagian dari siklus 700 tahun kejayaan dan kejatuhan semenjak kelahiran Nabi Muhammad (menurut kepercayaan Gafatar lahir pada tahun 624 M).<ref name="siti2">Siti Arpiah, [http://www.beritasatu.com/nasional/343641-gafatar-ingin-membentuk-agama-baru.html Gafatar Ingin Membentuk Agama Baru], Berita Satu, 22 Januari 2017, diakses 23 Juni 2018</ref> Selain itu, menurut buku "Kewajiban Menghormati Hari 'Ketujuh' (Sabath)", hari suci penganut Gafatar adalah hari Sabtu.<ref name="siti2"/> Di buku yang sama juga dijelaskan proses penciptaan alam semesta melalui enam tahapan, dan pada tahap ketujuh alam semesta telah selesai diciptakan dan Tuhan kemudian beristirahat.<ref name="siti2"/> Proses penciptaan versi Gafatar memadukan unsur-unsur dari Taurat, Al-Quran, dan [[Alkitab]].<ref name="siti2"/> |
||
Baris 5: | Baris 5: | ||
Berdasarkan pengamatan Amin Djamaludin, Gafatar ingin mewujudkan enam tahapan untuk mendirikan sebuah [[teokrasi]], yaitu: (1) "Sirrun" atau dakwah rahasia, (2) "Jahrun" atau dakwah secara terang-terangan, (3) "Hijrah" seperti Muhammad yang pernah pindah dari [[Mekkah]] ke [[Madinah]], (4) "Qital" yaitu perang terbuka melawan kafir demi kemenangan agama mereka, (5) "Futuh" yaitu kemenangan, dan yang terakhir adalah (6) "Khilafah" yaitu pembentukan negara yang menerapkan hukum agama mereka.<ref name="beritasatu"/> Tahapan ketigalah yang konon mendasari kedatangan banyak anggota Gafatar ke wilayah [[Kalimantan]].<ref name="beritasatu"/> Namun, seorang mantan pemimpin Gafatar yang bernama Yudhistira mengklaim bahwa anggota Gafatar dikirim ke Kalimantan untuk ikut program pangan dengan menggarap lahan yang telah disediakan oleh Gafatar.<ref name="tempo"/> |
Berdasarkan pengamatan Amin Djamaludin, Gafatar ingin mewujudkan enam tahapan untuk mendirikan sebuah [[teokrasi]], yaitu: (1) "Sirrun" atau dakwah rahasia, (2) "Jahrun" atau dakwah secara terang-terangan, (3) "Hijrah" seperti Muhammad yang pernah pindah dari [[Mekkah]] ke [[Madinah]], (4) "Qital" yaitu perang terbuka melawan kafir demi kemenangan agama mereka, (5) "Futuh" yaitu kemenangan, dan yang terakhir adalah (6) "Khilafah" yaitu pembentukan negara yang menerapkan hukum agama mereka.<ref name="beritasatu"/> Tahapan ketigalah yang konon mendasari kedatangan banyak anggota Gafatar ke wilayah [[Kalimantan]].<ref name="beritasatu"/> Namun, seorang mantan pemimpin Gafatar yang bernama Yudhistira mengklaim bahwa anggota Gafatar dikirim ke Kalimantan untuk ikut program pangan dengan menggarap lahan yang telah disediakan oleh Gafatar.<ref name="tempo"/> |
||
Pada puncaknya, Gafatar diduga memiliki sekitar |
Pada puncaknya, Gafatar diduga memiliki sekitar 50.000 anggota yang tersebar di 34 provinsi.<ref name="tempo">[https://en.tempo.co/read/news/2016/01/20/055737834/Gafatar-Has-5,000-Hectares-Land-for-Food-Security-Program?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter Gafatar Has 5,000 Hectares Land for Food Security Program], Tempo, 20 Januari 2016, diakses 23 Juni 2018</ref> Menurut pengakuan anggota Gafatar, dana organisasi ini berasal dari sumbangan anggota.<ref name="tempo"/> |
||
Akibat anggapan bahwa Gafatar adalah aliran sesat, anggota organisasi ini telah mengalami [[persekusi]], seperti penyerangan terhadap desa-desa yang dihuni oleh anggota Gafatar di [[Kabupaten Mempawah]] Timur di [[Kalimantan Barat]] pada Januari 2016 yang berujung pada pembakaran tempat tinggal mereka dan pengusiran sedikitnya 1.124 anggota Gafatar.<ref>Heyder Affan dan Christine Franciska, [http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/01/160120_indonesia_pengusiran_gafatar Pengusiran 1,000 eks anggota Gafatar merupakan 'pelanggaran'], BBC Indonesia, 21 Januari 2016, diakses 23 Juni 2018</ref> |
Akibat anggapan bahwa Gafatar adalah aliran sesat, anggota organisasi ini telah mengalami [[persekusi]], seperti penyerangan terhadap desa-desa yang dihuni oleh anggota Gafatar di [[Kabupaten Mempawah]] Timur di [[Kalimantan Barat]] pada Januari 2016 yang berujung pada pembakaran tempat tinggal mereka dan pengusiran sedikitnya 1.124 anggota Gafatar.<ref>Heyder Affan dan Christine Franciska, [http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/01/160120_indonesia_pengusiran_gafatar Pengusiran 1,000 eks anggota Gafatar merupakan 'pelanggaran'], BBC Indonesia, 21 Januari 2016, diakses 23 Juni 2018</ref> |
Revisi per 19 Oktober 2019 16.00
Gerakan Fajar Nusantara (disingkat Gafatar) adalah organisasi kemasyarakatan yang dianggap sebagai salah satu penerus Al-Qiyadah Al-Islamiyah.[1] Menurut hasil penelitian ketua Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Amin Djamaludin, ajaran gerakan ini masih sama dengan ajaran Al-Qiyadah Al-Islamiyah, seperti penggantian kalimat syahadat dari "Asyhadu an laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah" (Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi Nabi Muhammad adalah utusan Allah) menjadi "Asyhadu an laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Al-Masiihal Maw'uuda Rasulullah" (Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi Al-Masih Al-Maw'ud adalah utusan Allah),[2] ketiadaan kewajiban puasa, dan pengakuan Ahmad Moshaddeq sebagai nabi setelah Nabi Muhammad dengan nama "Al-Masih Al-Maw’ud".[3] Mereka juga meniadakan kewajiban sholat lima waktu, tetapi masih mewajibkan "Qiyamul lail" (sholat malam) dan sholat waktu terbit dan terbenamnya matahari.[2] Selain itu, menurut Djamaludin, cara menebus dosa dalam kepercayaan Gafatar adalah dengan membayarkan nominal tertentu kepada Ahmad Moshaddeq sebagai nabi, seperti yang tertulis di dalam salah satu buku pegangan Gafatar yang berjudul "Islam Hanif: Akan Masuk Surga" karya Robert P. Walean.[2]
Dalam buku "Memahami dan Menyikapi Tradisi Tuhan: Kebangkitan yang Dibenci tapi Dirindukan" karya Ahmad Mesiyyakh, diyakini bahwa umat pilihan Tuhan akan dibangkitkan kembali pada tahun 2024 M oleh seorang nabi sebagai bagian dari siklus 700 tahun kejayaan dan kejatuhan semenjak kelahiran Nabi Muhammad (menurut kepercayaan Gafatar lahir pada tahun 624 M).[4] Selain itu, menurut buku "Kewajiban Menghormati Hari 'Ketujuh' (Sabath)", hari suci penganut Gafatar adalah hari Sabtu.[4] Di buku yang sama juga dijelaskan proses penciptaan alam semesta melalui enam tahapan, dan pada tahap ketujuh alam semesta telah selesai diciptakan dan Tuhan kemudian beristirahat.[4] Proses penciptaan versi Gafatar memadukan unsur-unsur dari Taurat, Al-Quran, dan Alkitab.[4]
Berdasarkan pengamatan Amin Djamaludin, Gafatar ingin mewujudkan enam tahapan untuk mendirikan sebuah teokrasi, yaitu: (1) "Sirrun" atau dakwah rahasia, (2) "Jahrun" atau dakwah secara terang-terangan, (3) "Hijrah" seperti Muhammad yang pernah pindah dari Mekkah ke Madinah, (4) "Qital" yaitu perang terbuka melawan kafir demi kemenangan agama mereka, (5) "Futuh" yaitu kemenangan, dan yang terakhir adalah (6) "Khilafah" yaitu pembentukan negara yang menerapkan hukum agama mereka.[3] Tahapan ketigalah yang konon mendasari kedatangan banyak anggota Gafatar ke wilayah Kalimantan.[3] Namun, seorang mantan pemimpin Gafatar yang bernama Yudhistira mengklaim bahwa anggota Gafatar dikirim ke Kalimantan untuk ikut program pangan dengan menggarap lahan yang telah disediakan oleh Gafatar.[5]
Pada puncaknya, Gafatar diduga memiliki sekitar 50.000 anggota yang tersebar di 34 provinsi.[5] Menurut pengakuan anggota Gafatar, dana organisasi ini berasal dari sumbangan anggota.[5]
Akibat anggapan bahwa Gafatar adalah aliran sesat, anggota organisasi ini telah mengalami persekusi, seperti penyerangan terhadap desa-desa yang dihuni oleh anggota Gafatar di Kabupaten Mempawah Timur di Kalimantan Barat pada Januari 2016 yang berujung pada pembakaran tempat tinggal mereka dan pengusiran sedikitnya 1.124 anggota Gafatar.[6]
Referensi
- ^ Fabian Januarius Kuwado, Jejak Organisasi Gafatar di Indonesia, Kompas, 13 Januari 2016, diakses 23 Juni 2018
- ^ a b c Siti Arpiah, Gafatar Adalah Penjelmaan Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang Dilarang, Berita Satu, 22 Januari 2017, diakses 23 Juni 2018
- ^ a b c Aries Sudiono, Lukya Panggabean, Kenapa Banyak Anggota Gafatar Hijrah Ke Kalimantan?, Berita Satu, 22 Januari 2016, diakses 23 Juni 2018
- ^ a b c d Siti Arpiah, Gafatar Ingin Membentuk Agama Baru, Berita Satu, 22 Januari 2017, diakses 23 Juni 2018
- ^ a b c Gafatar Has 5,000 Hectares Land for Food Security Program, Tempo, 20 Januari 2016, diakses 23 Juni 2018
- ^ Heyder Affan dan Christine Franciska, Pengusiran 1,000 eks anggota Gafatar merupakan 'pelanggaran', BBC Indonesia, 21 Januari 2016, diakses 23 Juni 2018