Lompat ke isi

Bumi Bola Salju: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
k -iw
Baris 34: Baris 34:
|year=1992
|year=1992
|publisher=Cambridge University Press
|publisher=Cambridge University Press
|chapter=Late Proterozoic low-latitude global glaciation: the Snowball Earth}}</ref> Kontribusi utama dalam karya ini adalah: (1) pengenalan adanya formasi besi berbalut (''[[:en:banded iron formation|banded iron formation]]'') yang konsisten dengan episode glasial semacam itu dan (2) perkenalan mekanisme untuk lepas dari bumi yang tertutup es, akumulasi {{co2}} dari keluarnya gas vulkanik yang menyebabkan efek ''ultra-greenhouse''.
|chapter=Late Proterozoic low-latitude global glaciation: the Snowball Earth}}</ref> Kontribusi utama dalam karya ini adalah: (1) pengenalan adanya formasi besi berbalut (''[[banded iron formation|banded iron formation]]'') yang konsisten dengan episode glasial semacam itu dan (2) perkenalan mekanisme untuk lepas dari bumi yang tertutup es, akumulasi {{co2}} dari keluarnya gas vulkanik yang menyebabkan efek ''ultra-greenhouse''.


Penemuan [[Franklyn Van Houten]] akan pola geologi konsisten di mana ketinggian danau naik dan turun sekarang dikenal sebagai "Van Houten cycle." Studinya mengenai deposit [[fosfor]] dan ''[[:en:banded iron formations|banded iron formations]]'' dalam sedimen membuatnya pendukung awal hipotesis "snowball Earth" dengan postulasi bahwa permukaan planet beku lebih dari 650 juta tahun lalu.<ref>[http://www.princeton.edu/main/news/archive/S28/44/69O99/index.xml?section=topstories Princeton University - Franklyn Van Houten, expert on sedimentary rocks, dies at 96]</ref>
Penemuan [[Franklyn Van Houten]] akan pola geologi konsisten di mana ketinggian danau naik dan turun sekarang dikenal sebagai "Van Houten cycle." Studinya mengenai deposit [[fosfor]] dan ''[[banded iron formations|banded iron formations]]'' dalam sedimen membuatnya pendukung awal hipotesis "snowball Earth" dengan postulasi bahwa permukaan planet beku lebih dari 650 juta tahun lalu.<ref>[http://www.princeton.edu/main/news/archive/S28/44/69O99/index.xml?section=topstories Princeton University - Franklyn Van Houten, expert on sedimentary rocks, dies at 96]</ref>


Ketertarikan akan "bumi bola salju" meningkat pesat setelah [[Paul F. Hoffman]], profesor geologi pada [[Harvard University]], dan rekan-rekan pengarang menerapkan ide Kirschvink pada kelanjutan sedimen Neoproterozoic di [[Namibia]], menjabarkan hipotesis ini dengan memasukkan pengamatan seperti terbentuknya [[:en:cap carbonate|cap carbonate]], dan menerbitkan hasil mereka pada jurnal ''Science'' pada tahun 1998.<ref name="Hoffman">{{cite doi | 10.1126/science.281.5381.1342}}</ref>
Ketertarikan akan "bumi bola salju" meningkat pesat setelah [[Paul F. Hoffman]], profesor geologi pada [[Harvard University]], dan rekan-rekan pengarang menerapkan ide Kirschvink pada kelanjutan sedimen Neoproterozoic di [[Namibia]], menjabarkan hipotesis ini dengan memasukkan pengamatan seperti terbentuknya [[cap carbonate|cap carbonate]], dan menerbitkan hasil mereka pada jurnal ''Science'' pada tahun 1998.<ref name="Hoffman">{{cite doi | 10.1126/science.281.5381.1342}}</ref>


Saat ini, aspek-aspek hipotesis ini masih diperdebatkan, terutama di dalam lingkungan International Geoscience Programme (IGCP) Project 512: Neoproterozoic Ice Ages.<ref>Detailed information on International Geoscience Programme (IGCP) Project 512: Neoproterozoic Ice Ages can be found at http://www.igcp512.com/</ref>
Saat ini, aspek-aspek hipotesis ini masih diperdebatkan, terutama di dalam lingkungan International Geoscience Programme (IGCP) Project 512: Neoproterozoic Ice Ages.<ref>Detailed information on International Geoscience Programme (IGCP) Project 512: Neoproterozoic Ice Ages can be found at http://www.igcp512.com/</ref>


Pada bulan Maret 2010, jurnal ''[[:en:Science (journal)|Science]]'' menerbitkan artikel berjudul "Calibrating the [[:en:Cryogenian|Cryogenian]]" yang menyimpulkan bahwa "Maka es terdampar di bawah permukaan laut pada paleolatitude sangat rendah, yang meyiratkan bahwa glasiasi Sturtian berjangkauan global".<ref>[http://www.sciencemag.org/cgi/content/abstract/327/5970/1241 Calibrating the [[Cryogenian]], Abstract only:] "Ice ... implies that the Sturtian glaciation was global in extent". 5 March 2010.</ref> Suatu penjelasan populer kesimpulan ini diterbitkan dalam [[Science Daily]].<ref>[http://www.sciencedaily.com/releases/2010/03/100304142228.htm?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed:%20sciencedaily%20%28ScienceDaily:%20Latest%20Science%20News%29&utm_content=Google%20Feedfetcher Snowball Earth: New Evidence Hints at Global Glaciation 716.5 Million Years Ago] Geologists have found evidence that sea ice extended to the equator 716.5 million years ago. 5 March 2010.</ref>
Pada bulan Maret 2010, jurnal ''[[Science (journal)|Science]]'' menerbitkan artikel berjudul "Calibrating the [[Cryogenian|Cryogenian]]" yang menyimpulkan bahwa "Maka es terdampar di bawah permukaan laut pada paleolatitude sangat rendah, yang meyiratkan bahwa glasiasi Sturtian berjangkauan global".<ref>[http://www.sciencemag.org/cgi/content/abstract/327/5970/1241 Calibrating the [[Cryogenian]], Abstract only:] "Ice ... implies that the Sturtian glaciation was global in extent". 5 March 2010.</ref> Suatu penjelasan populer kesimpulan ini diterbitkan dalam [[Science Daily]].<ref>[http://www.sciencedaily.com/releases/2010/03/100304142228.htm?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed:%20sciencedaily%20%28ScienceDaily:%20Latest%20Science%20News%29&utm_content=Google%20Feedfetcher Snowball Earth: New Evidence Hints at Global Glaciation 716.5 Million Years Ago] Geologists have found evidence that sea ice extended to the equator 716.5 million years ago. 5 March 2010.</ref>


== Bukti ==
== Bukti ==
Baris 78: Baris 78:
| pages=347–433
| pages=347–433
| doi = 10.2475/ajs.300.5.347}}</ref> meskipun keakurasian rekonstruksi ini masih dipertanyakan.<ref name=Eyles2004 />
| doi = 10.2475/ajs.300.5.347}}</ref> meskipun keakurasian rekonstruksi ini masih dipertanyakan.<ref name=Eyles2004 />
Lokasi palaeomagnet sedimen glasial ini (misalnya [[:en:dropstone|dropstone]]) menunjukkan bahwa glasier menyebar sampai permukaan laut pada latitude tropis. Tidak jelas apakah dapat disiratkan adanya glasiasi global, atau keberadaan wilayah glasial yang terlokalisasi atau terkurung daratan.<ref name=Young1995>{{cite journal
Lokasi palaeomagnet sedimen glasial ini (misalnya [[dropstone|dropstone]]) menunjukkan bahwa glasier menyebar sampai permukaan laut pada latitude tropis. Tidak jelas apakah dapat disiratkan adanya glasiasi global, atau keberadaan wilayah glasial yang terlokalisasi atau terkurung daratan.<ref name=Young1995>{{cite journal
| author = Young, G.M.
| author = Young, G.M.
| date = 1 February 1995
| date = 1 February 1995
Baris 124: Baris 124:
Ada dua isotop karbon stabil di air laut: [[karbon-12]] (<sup>12</sup>C) dan [[karbon-13]] (<sup>13</sup>C) yang jarang ada, keseluruhan membentuk 1.109 persen atom karbon. Proses biokimia, di antaranya [[fotosintesis]], cenderung memilih melibatkan isotop <sup>12</sup>C yang lebih ringan. Jadi pelaku fotosintesis di lautan, baik [[protista]] dan [[algae]], cenderung kekurangan <sup>13</sup>C, relatif terhadap yang banyak ditemukan di sumber vulkanik primer untuk karbon di bumi. Maka, suatu lautan dengan kehidupan fotosintesis akan mengandung rasio <sup>13</sup>C/<sup>12</sup>C yang lebih kecil dalam bekas-bekas organik, terutama dibandingkan dengan air laut. Komponen organik sedimen membatu (''lithified sediment'') akan selamanya sedikit, tetapi terukur, kekurangan <sup>13</sup>C.
Ada dua isotop karbon stabil di air laut: [[karbon-12]] (<sup>12</sup>C) dan [[karbon-13]] (<sup>13</sup>C) yang jarang ada, keseluruhan membentuk 1.109 persen atom karbon. Proses biokimia, di antaranya [[fotosintesis]], cenderung memilih melibatkan isotop <sup>12</sup>C yang lebih ringan. Jadi pelaku fotosintesis di lautan, baik [[protista]] dan [[algae]], cenderung kekurangan <sup>13</sup>C, relatif terhadap yang banyak ditemukan di sumber vulkanik primer untuk karbon di bumi. Maka, suatu lautan dengan kehidupan fotosintesis akan mengandung rasio <sup>13</sup>C/<sup>12</sup>C yang lebih kecil dalam bekas-bekas organik, terutama dibandingkan dengan air laut. Komponen organik sedimen membatu (''lithified sediment'') akan selamanya sedikit, tetapi terukur, kekurangan <sup>13</sup>C.


Selama peristiwa bumi bola salju, ditemukan ekskursi cepat dan sangat negatif pada rasio <sup>13</sup>C to <sup>12</sup>C.<ref name=Rothman2003>{{cite journal | author=D.H. Rothman; J.M. Hayes; R.E. Summons | title=Dynamics of the Neoproterozoic carbon cycle | journal=Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. | year=2003 | volume=100 | issue=14 | pages=124–9 | doi = 10.1073/pnas.0832439100 | pmid=12824461 | pmc=166193|bibcode = 2003PNAS..100.8124R }}</ref> Ini konsisten dengan kebekuan dalam yang membunuh semua atau hampir semua kehidupan fotosintesis – meskipun mekanisme lain, misalnya [[:en:Clathrate compound|pelepasan ''clathrate'']], dapat pula menyebabkan gangguan semacam itu. Analisis cermat mengenai waktu lonjakan <sup>13</sup>C pada deposit di seluruh dunia menunjukkan adanya empat, mungkin lima, peristiwa glasial pada akhir zaman Neoproterozoic.<ref name=Kaufman1997>{{cite journal
Selama peristiwa bumi bola salju, ditemukan ekskursi cepat dan sangat negatif pada rasio <sup>13</sup>C to <sup>12</sup>C.<ref name=Rothman2003>{{cite journal | author=D.H. Rothman; J.M. Hayes; R.E. Summons | title=Dynamics of the Neoproterozoic carbon cycle | journal=Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. | year=2003 | volume=100 | issue=14 | pages=124–9 | doi = 10.1073/pnas.0832439100 | pmid=12824461 | pmc=166193|bibcode = 2003PNAS..100.8124R }}</ref> Ini konsisten dengan kebekuan dalam yang membunuh semua atau hampir semua kehidupan fotosintesis – meskipun mekanisme lain, misalnya [[Clathrate compound|pelepasan ''clathrate'']], dapat pula menyebabkan gangguan semacam itu. Analisis cermat mengenai waktu lonjakan <sup>13</sup>C pada deposit di seluruh dunia menunjukkan adanya empat, mungkin lima, peristiwa glasial pada akhir zaman Neoproterozoic.<ref name=Kaufman1997>{{cite journal
| author = Kaufman, Alan J.
| author = Kaufman, Alan J.
| coauthors = Knoll, Andrew H., Narbonne, Guy M.
| coauthors = Knoll, Andrew H., Narbonne, Guy M.
Baris 142: Baris 142:
=== Formasi besi berbalut ===
=== Formasi besi berbalut ===
[[Berkas:Black-band ironstone (aka).jpg|jmpl|2.1 billion year old rock with black-band ironstone]]
[[Berkas:Black-band ironstone (aka).jpg|jmpl|2.1 billion year old rock with black-band ironstone]]
Formasi besi berbalut (''[[:en:Banded iron formations|Banded iron formations]]''; BIF) adalah batuan sedimentari yang terdiri dari lembaran [[besi oksida]] dan [[chert]] yang kekurangan zat besi. Dengan adanya oksigen, [[besi]] secara alamiah mengalami perkaratan dan menjadi tidak larut dalam air. Formasi besi berbalut umumnya sangat tua dan deposisi yang sering dikaitkan dengan oksidasi atmosfer bumi pada era [[Paleoproterozoic]], ketika besi yang larut di dalam lautan berkontak dengan oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis dan mengendap sebagai besi oksida.
Formasi besi berbalut (''[[Banded iron formations|Banded iron formations]]''; BIF) adalah batuan sedimentari yang terdiri dari lembaran [[besi oksida]] dan [[chert]] yang kekurangan zat besi. Dengan adanya oksigen, [[besi]] secara alamiah mengalami perkaratan dan menjadi tidak larut dalam air. Formasi besi berbalut umumnya sangat tua dan deposisi yang sering dikaitkan dengan oksidasi atmosfer bumi pada era [[Paleoproterozoic]], ketika besi yang larut di dalam lautan berkontak dengan oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis dan mengendap sebagai besi oksida.


Balutan-balutan ini dihasilkan pada [[:en:Tipping point (climatology)|tipping point]] antara [[:en:Hypoxia (environmental)|anoxic]] dan lautan yang beroksigen. Karena atmosfer saat ini kaya akan oksigen (hampir 21 persen volume) dan berkontak dengan lautan, tidak mungkin untuk mengakumulasi cukup besi oksida untuk dideposisi dalam formasi berbalut. Satu-satunya pembentukan ekstensif besi yang didepositkan setelah era Paleoproterozoic (setelah 1,8 miliar tahun lalu) dikatikan dengan deposit glasial [[:en:Cryogenian|Cryogenian]].
Balutan-balutan ini dihasilkan pada [[Tipping point (climatology)|tipping point]] antara [[Hypoxia (environmental)|anoxic]] dan lautan yang beroksigen. Karena atmosfer saat ini kaya akan oksigen (hampir 21 persen volume) dan berkontak dengan lautan, tidak mungkin untuk mengakumulasi cukup besi oksida untuk dideposisi dalam formasi berbalut. Satu-satunya pembentukan ekstensif besi yang didepositkan setelah era Paleoproterozoic (setelah 1,8 miliar tahun lalu) dikatikan dengan deposit glasial [[Cryogenian|Cryogenian]].


Untuk mendepositkan batuan kaya zat besi semacam itu harus ada keadaan anoxia di lautan, sehingga besi yang larut (sebagai [[ferrous oxide]]) dapat terakumulasi sebelum berkontak dengan oksidan yang akan mengendapkannya sebagai [[ferric]] oxide. Supaya lautan menjadi anoxik maka harus terjadi pembatasan pertukaran gas dengan atmosfer yang mengandung oksigen. Pendukung hipotesis ini berargumen bahwa kemunculan kembali BIF pada batuan sedimentari adalah hasil dari terbatasnya kadar oksigen di dalam laut yang tertutup oleh es di laut,<ref name="Kirschvink"/> sementara para penentang berpendapat bahwa jarangnya deposit BIF mengindikasikan pembentukan di laut yang ada di daratan.
Untuk mendepositkan batuan kaya zat besi semacam itu harus ada keadaan anoxia di lautan, sehingga besi yang larut (sebagai [[ferrous oxide]]) dapat terakumulasi sebelum berkontak dengan oksidan yang akan mengendapkannya sebagai [[ferric]] oxide. Supaya lautan menjadi anoxik maka harus terjadi pembatasan pertukaran gas dengan atmosfer yang mengandung oksigen. Pendukung hipotesis ini berargumen bahwa kemunculan kembali BIF pada batuan sedimentari adalah hasil dari terbatasnya kadar oksigen di dalam laut yang tertutup oleh es di laut,<ref name="Kirschvink"/> sementara para penentang berpendapat bahwa jarangnya deposit BIF mengindikasikan pembentukan di laut yang ada di daratan.

Revisi per 5 April 2022 12.31

Hipotesis Bumi Bola Salju merupakan hipotesis yang memperkirakan bahwa permukaan Bumi pernah beku sepenuhnya sekitar 650 juta tahun yang lalu. Pendukung hipotesis ini menyatakan bahwa penjelasan yang ditawarkan hipotesis Bumi Bola Salju mampu menjawab pertanyaan mengenai keberadaan endapan sedimen yang sifatnya glasial di lintang purba, sementara penentang hipotesis ini menolak simpulan yang ditarik dari bukti tersebut dan mempertanyakan kemungkinan terjadinya peristiwa ini.[1][2] Ada beberapa pertanyaan yang belum dijawab, seperti apakah Bumi sepenuhnya terlapisi oleh salju, atau hanya sebagian dan ada bagian kecil yang tetap cair (atau cair musiman).

Referensi

  1. ^ Kirschvink, J.L. (1992). "Late Proterozoic low-latitude global glaciation: The snowball Earth". Dalam Schopf, JW, and Klein, C. The Proterozoic Biosphere: A Multidisciplinary Study (PDF). Cambridge University Press. hlm. 51–2. 
  2. ^ Allen, Philip A.; Etienne, James L. (2008). "Sedimentary challenge to Snowball Earth". Nature Geoscience. 1 (12): 817. doi:10.1038/ngeo355.