Lompat ke isi

Stunde Null: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 2: Baris 2:
'''''Stunde Null''''' ({{IPA-de|ˈʃtʊndə ˈnʊl|lang}}, "Jam Nol") adalah istilah yang mengacu pada tengah malam tanggal 8 Mei 1945 di Jerman.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Brockmann|first=Stephen|year=1996|title=German Culture at "Zero Hour"|url=|journal=Carnegie Mellon University Research Showcase @ CMU|volume=|pages=8–36|via=}}</ref> Ini menandai berakhirnya [[Perang Dunia II]] dan awal Jerman baru, non-Nazi.<ref name=":1">{{Cite book|title=After the Nazi Racial State|last=Chin, Fehrenbach, Eley, Grossmann|first=|publisher=University of Michigan Press|year=2009|isbn=9780472033447|location=Michigan|pages=5–20|quote=|via=}}</ref> Istilah ini dicetuskan sebagai upaya Jerman untuk melepaskan diri dari Nazi.<ref name=":1" /> [[Denazifikasi]] kemudian diprakarsai oleh [[Sekutu Perang Dunia II|pasukan Sekutu]] yang menduduki Jerman.
'''''Stunde Null''''' ({{IPA-de|ˈʃtʊndə ˈnʊl|lang}}, "Jam Nol") adalah istilah yang mengacu pada tengah malam tanggal 8 Mei 1945 di Jerman.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Brockmann|first=Stephen|year=1996|title=German Culture at "Zero Hour"|url=|journal=Carnegie Mellon University Research Showcase @ CMU|volume=|pages=8–36|via=}}</ref> Ini menandai berakhirnya [[Perang Dunia II]] dan awal Jerman baru, non-Nazi.<ref name=":1">{{Cite book|title=After the Nazi Racial State|last=Chin, Fehrenbach, Eley, Grossmann|first=|publisher=University of Michigan Press|year=2009|isbn=9780472033447|location=Michigan|pages=5–20|quote=|via=}}</ref> Istilah ini dicetuskan sebagai upaya Jerman untuk melepaskan diri dari Nazi.<ref name=":1" /> [[Denazifikasi]] kemudian diprakarsai oleh [[Sekutu Perang Dunia II|pasukan Sekutu]] yang menduduki Jerman.


Istilah ini menyiratkan "pemutusan mutlak dengan masa lalu dan awal baru yang radikal" atau "menyapu bersih tradisi dan kebiasaan lama".<ref name=":0" /> Warga Jerman pada saat itu tinggal di negara yang hancur–kira-kira 80 persen infrastruktur Jerman membutuhkan perbaikan atau rekonstruksi<ref name=":2">{{Cite news|url=http://berlin-germany.eu/post-war-germany/rebuilding-post-war-germany/|title=Rebuilding Post War Germany: A Century-Long Project|last=Rumler|first=Frank|date=2012-11-21|newspaper=Berlin Germany Life: City Info Guide|language=en-US|access-date=2016-12-10}}</ref>–yang melahirkan gagasan bahwa Jerman harus memasuki fase sejarah baru. Menurut para ahli,{{who}} kontroversi muncul ketika keluarga yang terkena dampak Perang Dunia II dan [[Holocaust]] mulai menuduh Jerman berusaha menghindari hukuman atau rasa bersalah setelah perang.
Istilah ini menyiratkan "pemutusan mutlak dengan masa lalu dan awal baru yang radikal" atau "menyapu bersih tradisi dan kebiasaan lama".<ref name=":0" /> Warga Jerman pada saat itu tinggal di negara yang hancur–kira-kira 80 persen infrastruktur Jerman membutuhkan perbaikan atau rekonstruksi<ref name=":2">{{Cite news|url=http://berlin-germany.eu/post-war-germany/rebuilding-post-war-germany/|title=Rebuilding Post War Germany: A Century-Long Project|last=Rumler|first=Frank|date=2012-11-21|newspaper=Berlin Germany Life: City Info Guide|language=en-US|access-date=2016-12-10|archive-date=2017-07-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20170718222754/http://berlin-germany.eu/post-war-germany/rebuilding-post-war-germany/|dead-url=yes}}</ref>–yang melahirkan gagasan bahwa Jerman harus memasuki fase sejarah baru. Menurut para ahli,{{who}} kontroversi muncul ketika keluarga yang terkena dampak Perang Dunia II dan [[Holocaust]] mulai menuduh Jerman berusaha menghindari hukuman atau rasa bersalah setelah perang.


''Stunde Null'' juga menandai berakhirnya hubungan bangsa Jerman dengan [[Jerman Nazi|rezim Nazi]]. Seiring waktu, budaya ''stunde null'' bertujuan untuk menciptakan masyarakat Jerman yang 'tanpa ras', sangat berbeda dengan masyarakat Nazi yang sangat rasialis.<ref name=":1" /> Tetapi, tujuan ini kurang efektif karena masih terdapat masalah yang terkait dengan ras di Jerman,<ref name=":1" /> dan [[rasisme institusional]] juga tersebar luas di Jerman diduduki Sekutu, yang mencoba "mendidik kembali" bangsa Jerman, yang dipandang oleh banyak pihak sebagai bangsa munafik.
''Stunde Null'' juga menandai berakhirnya hubungan bangsa Jerman dengan [[Jerman Nazi|rezim Nazi]]. Seiring waktu, budaya ''stunde null'' bertujuan untuk menciptakan masyarakat Jerman yang 'tanpa ras', sangat berbeda dengan masyarakat Nazi yang sangat rasialis.<ref name=":1" /> Tetapi, tujuan ini kurang efektif karena masih terdapat masalah yang terkait dengan ras di Jerman,<ref name=":1" /> dan [[rasisme institusional]] juga tersebar luas di Jerman diduduki Sekutu, yang mencoba "mendidik kembali" bangsa Jerman, yang dipandang oleh banyak pihak sebagai bangsa munafik.

Revisi per 20 April 2021 11.36

Stunde Null (Jerman: [ˈʃtʊndə ˈnʊl], "Jam Nol") adalah istilah yang mengacu pada tengah malam tanggal 8 Mei 1945 di Jerman.[1] Ini menandai berakhirnya Perang Dunia II dan awal Jerman baru, non-Nazi.[2] Istilah ini dicetuskan sebagai upaya Jerman untuk melepaskan diri dari Nazi.[2] Denazifikasi kemudian diprakarsai oleh pasukan Sekutu yang menduduki Jerman.

Istilah ini menyiratkan "pemutusan mutlak dengan masa lalu dan awal baru yang radikal" atau "menyapu bersih tradisi dan kebiasaan lama".[1] Warga Jerman pada saat itu tinggal di negara yang hancur–kira-kira 80 persen infrastruktur Jerman membutuhkan perbaikan atau rekonstruksi[3]–yang melahirkan gagasan bahwa Jerman harus memasuki fase sejarah baru. Menurut para ahli,[siapa?] kontroversi muncul ketika keluarga yang terkena dampak Perang Dunia II dan Holocaust mulai menuduh Jerman berusaha menghindari hukuman atau rasa bersalah setelah perang.

Stunde Null juga menandai berakhirnya hubungan bangsa Jerman dengan rezim Nazi. Seiring waktu, budaya stunde null bertujuan untuk menciptakan masyarakat Jerman yang 'tanpa ras', sangat berbeda dengan masyarakat Nazi yang sangat rasialis.[2] Tetapi, tujuan ini kurang efektif karena masih terdapat masalah yang terkait dengan ras di Jerman,[2] dan rasisme institusional juga tersebar luas di Jerman diduduki Sekutu, yang mencoba "mendidik kembali" bangsa Jerman, yang dipandang oleh banyak pihak sebagai bangsa munafik.

Lihat juga

Referensi

  1. ^ a b Brockmann, Stephen (1996). "German Culture at "Zero Hour"". Carnegie Mellon University Research Showcase @ CMU: 8–36. 
  2. ^ a b c d Chin, Fehrenbach, Eley, Grossmann (2009). After the Nazi Racial State. Michigan: University of Michigan Press. hlm. 5–20. ISBN 9780472033447. 
  3. ^ Rumler, Frank (2012-11-21). "Rebuilding Post War Germany: A Century-Long Project". Berlin Germany Life: City Info Guide (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-18. Diakses tanggal 2016-12-10. 

Pranala luar