Lompat ke isi

Yersinia pestis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 17: Baris 17:
''Y. pestis'' was discovered in 1894 by [[Alexandre Yersin]], a Swiss/French [[physician]] and [[bacteriologist]] from the [[Pasteur Institute]], during an epidemic of the plague in [[Hong Kong]].<ref name="Bockemühl_1994">{{cite journal|author=Bockemühl J |title=100 years after the discovery of the plague-causing agent&nbsp;– importance and veneration of Alexandre Yersin in Vietnam today |journal=Immun Infekt |volume=22 |issue=#2 |pages=72–75 |year=1994 |pmid = 7959865}}</ref> Yersin was a member of the [[Louis Pasteur|Pasteur]] school of thought. [[Kitasato Shibasaburō]], a Japanese bacteriologist who practised [[Robert Koch|Koch's methodology]], was also engaged at the time in finding the causative agent of the plague.<ref name="Ho">{{cite journal |author=Howard-Jones N |title=Was Kitasato Shibasaburō the discoverer of the plague bacillus? | journal=Perspect Biol Med |volume=16 |issue=#2 |pages=292–307 |year=1973 |pmid = 4570035|doi=10.1353/pbm.1973.0034 |s2cid=31767623 }}</ref> However, Yersin actually linked plague with ''Y. pestis''. Formerly named ''Pasteurella pestis'', the organism was renamed ''Yersinia pestis'' in 1944.
''Y. pestis'' was discovered in 1894 by [[Alexandre Yersin]], a Swiss/French [[physician]] and [[bacteriologist]] from the [[Pasteur Institute]], during an epidemic of the plague in [[Hong Kong]].<ref name="Bockemühl_1994">{{cite journal|author=Bockemühl J |title=100 years after the discovery of the plague-causing agent&nbsp;– importance and veneration of Alexandre Yersin in Vietnam today |journal=Immun Infekt |volume=22 |issue=#2 |pages=72–75 |year=1994 |pmid = 7959865}}</ref> Yersin was a member of the [[Louis Pasteur|Pasteur]] school of thought. [[Kitasato Shibasaburō]], a Japanese bacteriologist who practised [[Robert Koch|Koch's methodology]], was also engaged at the time in finding the causative agent of the plague.<ref name="Ho">{{cite journal |author=Howard-Jones N |title=Was Kitasato Shibasaburō the discoverer of the plague bacillus? | journal=Perspect Biol Med |volume=16 |issue=#2 |pages=292–307 |year=1973 |pmid = 4570035|doi=10.1353/pbm.1973.0034 |s2cid=31767623 }}</ref> However, Yersin actually linked plague with ''Y. pestis''. Formerly named ''Pasteurella pestis'', the organism was renamed ''Yersinia pestis'' in 1944.


Every year, thousands of cases of the plague are still reported to the [[World Health Organization]], although with proper [[antibiotic]] treatment, the [[prognosis]] for victims is now much better. A five- to six-fold increase in cases occurred in Asia during the time of the [[Vietnam War]], possibly due to the disruption of ecosystems and closer proximity between people and animals. The plague is now commonly found in sub-Saharan Africa and Madagascar, areas that now account for over 95% of reported cases. The plague also has a detrimental effect on nonhuman mammals;<ref name="CDC">CDC, [https://www.cdc.gov/plague/history/index.html "The Plague"], Centers for Disease Control and Prevention, Oct. 2017 {{PD-notice}}</ref> in the United States, these include the [[black-tailed prairie dog]] and the endangered [[black-footed ferret]].
Setiap tahun, ribuan kasus wabah masih dilaporkan ke [[Badan Kesehatan Dunia]] (WHO), meski dengan pengobatan [[antibiotik]] yang tepat, [[prognosis]] bagi korban sekarang jauh lebih baik. Peningkatan lima hingga enam kali lipat kasus terjadi di Asia selama masa [[Perang Vietnam]], kemungkinan karena gangguan ekosistem dan kedekatan jarak antara manusia dan hewan. Wabah tersebut sekarang umum ditemukan di sub-Sahara Afrika dan Madagaskar, wilayah yang sekarang mencakup lebih dari 95% kasus yang dilaporkan. Wabah juga memiliki efek merugikan pada mamalia bukan manusia; <ref name="CDC">CDC, [https://www.cdc.gov/plague/history/index.html "The Plague"], Centers for Disease Control and Prevention, Oct. 2017 {{PD-notice}}</ref> di Amerika Serikat, hewan termasuk [[anjing padang rumput ekor hitam]] dan [[musang berkaki hitam]] terancam punah.


== Peran dalam Kematian Hitam ==
== Peran dalam Kematian Hitam ==

Revisi per 12 Desember 2020 10.18

Yersinia pestis
Sebuah mikrograf elektron hasil pemindaian yang menampilkan bakteri Yersinia pestis di bagian depan tubuh kutu yang terinfeksi A
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Takson tak dikenal (perbaiki): Yersinia
Spesies:
Nama binomial
Template:Taxonomy/YersiniaYersinia pestis
(Lehmann & Neumann, 1896)
van Loghem, 1944
Sinonim
  • Bacillus[butuh rujukan]
  • Bacille de la peste
    Yersin, 1894
  • Bacterium pestis
    Lehmann & Neumann, 1896
  • Pasteurella pestis
    (Lehmann & Neumann, 1896) The Netherlands, 1920

Yersinia pestis (sebelumnya Pasteurella pestis) adalah Bakteri gram negatif, non-motile, rod-shaped, coccobacillus, without spores. Bakteri ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang dapat menginfeksi manusia melalui kutu tikus Oriental (Xenopsylla cheopis).[1] Bakteri ini yang merupakan penyebab wabah penyakit, dalam tiga bentuk utama: pneumonik, septisemik, dan bubonik. Mungkin ada bukti yang menunjukkan bahwa Y. pestis berasal dari Eropa dalam budaya Cucuteni – Trypillia dari pada teori Asia yang lebih umum dipegang.[2]

Y. pestis was discovered in 1894 by Alexandre Yersin, a Swiss/French physician and bacteriologist from the Pasteur Institute, during an epidemic of the plague in Hong Kong.[3] Yersin was a member of the Pasteur school of thought. Kitasato Shibasaburō, a Japanese bacteriologist who practised Koch's methodology, was also engaged at the time in finding the causative agent of the plague.[4] However, Yersin actually linked plague with Y. pestis. Formerly named Pasteurella pestis, the organism was renamed Yersinia pestis in 1944.

Setiap tahun, ribuan kasus wabah masih dilaporkan ke Badan Kesehatan Dunia (WHO), meski dengan pengobatan antibiotik yang tepat, prognosis bagi korban sekarang jauh lebih baik. Peningkatan lima hingga enam kali lipat kasus terjadi di Asia selama masa Perang Vietnam, kemungkinan karena gangguan ekosistem dan kedekatan jarak antara manusia dan hewan. Wabah tersebut sekarang umum ditemukan di sub-Sahara Afrika dan Madagaskar, wilayah yang sekarang mencakup lebih dari 95% kasus yang dilaporkan. Wabah juga memiliki efek merugikan pada mamalia bukan manusia; [5] di Amerika Serikat, hewan termasuk anjing padang rumput ekor hitam dan musang berkaki hitam terancam punah.

Peran dalam Kematian Hitam

Pada 2000, Didier Raoult dan rekan menemukan DNA Y. pestis setelah melakukan "PCR bunuh diri" pada organ pulp gigi dari kuburan plak abad ke-14 di Montpellier.[6]

Sebuah riset yang dilakukan oleh periset internasional pada Oktober 2010 mengkonfirmasi bahwa Y. pestis adalah penyebab Kematian Hitam dan epidemik berikutnya pada benua Eropa selama periode 400 tahun. Tim tersebut DNA kuno dan protein yang diambil dari jasad korban plak yang dikubur di Hereford, Inggris, di Saint-Laurent-de-la-Cabrerisse di Prancis, dan Bergen op Zoom di Belanda untuk mengidentifikasi patogen.

Keluarga Yersinia Pestis

Yersinia pestis sebelumnya telah diklasifikasikan dalam keluarga Pasteurellaceae, tetapi berdasarkan kesamaan dengan Escherichia coli (E. coli), maka Yersinia grup reclassified sebagai anggota dari keluarga Enterobacteriaceae.

Walaupun terdapat 11 nama spesies dalam genus Yersinia, hanya tiga patogen yang dianggap penting bagi manusia:

  • Yersinia pestis
  • Yersinia pseudotuberculosis
  • Yersinia enterocolitica.

Yersinia pseudotuberculosis adalah yang paling dekat dengan genetika Yersinia pestis, tetapi dapat dibedakan dari Yersinia pestis oleh gejala-gejala itu penyebab dan hasil uji laboratorium. Baik bakteri ini sering menjangkiti manusia, kontras ke Yersinia enterocolitica, yang menyumbang 1 sampai 3 persen dari kasus diare yang disebabkan oleh bakteri.

Yersinia Pestis di Binatang

Yersinia pestis paling sering ditemukan pada tikus, tetapi kadang-kadang dalam hewan lainnya, seperti:

  • Tikus (Mice)(rat)
  • Tupai
  • Kutu
  • Kucing
  • Anjing
  • Tikus kayu
  • Chipmunks.

Catatan

  1. ^ Ryan KJ, Ray CG, ed. (2004). Sherris Medical MicrobiologyAkses gratis dibatasi (uji coba), biasanya perlu berlangganan (edisi ke-4th). McGraw Hill. hlm. 484–488. ISBN 978-0-8385-8529-0. 
  2. ^ Rascovan, Nicolás; Sjögren, Karl-Göran; Kristiansen, Kristian; Nielsen, Rasmus; Willerslev, Eske; Desnues, Christelle; Rasmussen, Simon (2019). "Emergence and Spread of Basal Lineages of Yersinia pestis during the Neolithic Decline". Cell. 176 (1–2): 295–305.e10. doi:10.1016/j.cell.2018.11.005alt=Dapat diakses gratis. PMID 30528431. 
  3. ^ Bockemühl J (1994). "100 years after the discovery of the plague-causing agent – importance and veneration of Alexandre Yersin in Vietnam today". Immun Infekt. 22 (#2): 72–75. PMID 7959865. 
  4. ^ Howard-Jones N (1973). "Was Kitasato Shibasaburō the discoverer of the plague bacillus?". Perspect Biol Med. 16 (#2): 292–307. doi:10.1353/pbm.1973.0034. PMID 4570035. 
  5. ^ CDC, "The Plague", Centers for Disease Control and Prevention, Oct. 2017 Artikel ini memuat teks dari sumber tersebut, yang berada dalam ranah publik.
  6. ^ Drancourt M, Aboudharam G, Signolidagger M, Dutourdagger O, Raoult D. (2002). "Detection of 400-year-old Yersinia pestis DNA in human dental pulp: An ory of plague". Microbes Infect. 4 (1): 105–9. doi:10.1016/S1286-4579(01)01515-5. PMID 11825781.