Lompat ke isi

Myra Sidharta: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
HsfBot (bicara | kontrib)
k replaced: {{Normdaten}} → {{Authority control}}
Baris 16: Baris 16:
* {{en icon}} [http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/01/23/0053.html In Collapsing Economy, Local Chinese Scapegoated] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060917174027/http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/01/23/0053.html |date=2006-09-17 }}
* {{en icon}} [http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/01/23/0053.html In Collapsing Economy, Local Chinese Scapegoated] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060917174027/http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/01/23/0053.html |date=2006-09-17 }}


{{Authority control}}
{{Normdaten}}

''


{{Persondata <!-- Metadata: see [[Wikipedia:Persondata]]. -->
{{Persondata <!-- Metadata: see [[Wikipedia:Persondata]]. -->
Baris 28: Baris 30:
}}
}}
{{DEFAULTSORT:Sidharta, Myra}}
{{DEFAULTSORT:Sidharta, Myra}}
''
[[Kategori:Kelahiran 1927]]
[[Kategori:Kelahiran 1927]]
[[Kategori:Kolumnis Indonesia]]
[[Kategori:Kolumnis Indonesia]]

Revisi per 1 Juli 2021 06.38

Myra Sidharta (lahir Ew Yong Tjhoen Moy Hanzi sederhana: 欧阳春梅; Hanzi tradisional: 歐陽春梅; Pinyin: Ōuyáng Chūnméi, Hakka: Êu-yòng Chhûn-mòi) adalah pakar sastra Tionghoa Melayu, psikolog, dan kolumnis untuk beberapa majalah Indonesia, termasuk The Jakarta Post. Ia lahir di Belitung tahun 1927.

Ia memiliki sebuah otobiografi In Search of My Ancestral Home tentang pengalamannya mengunjungi kampung asal kakeknya di Moiyan (Meixian), Tiongkok.

Sidharta menikah dengan Dr. Priguna Sidharta (Sie Pek Giok) dan memiliki 3 anak, Sylvia, Julie, dan Amir Sidharta, yang bekerja sebagai kurator. Ia dikaruniai lima cucu: David Leibovic, Jonathan Leibovic, Daniel Leibovic, Radyatra Sidharta, dan Prajnacita Sidharta.

Pendidikan

Sidharta, seperti orang Tionghoa Indonesia lain pada masanya, mengenyam pendidikan di sekolah Belanda. Sidharta adalah bagian dari komunitas Hakka. Kakeknya, imigran dari Meixian, Guangdong, khawatir cucu-cucunya akan kehilangan identitasnya sebagai orang Tionghoa. Ia lantas mendorong Sidharta untuk belajar bahasa Mandarin. Untungnya ada seorang guru Mandarin perempuan yang tinggal di rumah kakeknya yang dapat mengajari Sidharta.

Ia mendapat gelar S1-nya dalam bidang psikologi dari Rijks Universitet, Leiden, Belanda.

Ia mahir berbahasa Jerman, Belanda, Prancis, bahasa Mandarin, Hokkien, Melayu, Indonesia, dan Inggris.

Pranala luar