Lompat ke isi

Anindya Bakrie: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
JakaSaja (bicara | kontrib)
Karier: menambah beberapa informasi terkait bisnis
JakaSaja (bicara | kontrib)
Karier: menambah beberapa informasi terkait telekomunikasi
Baris 24: Baris 24:


Menangkap pertumbuhan pesat di perusahaan rintisan dan teknologi di Indonesia, Anindya juga berinisiatif menjadi investor utama di Convergence Venture<ref>{{cite news|url=https://industri.kontan.co.id/news/pemodal-besar-kian-gencar-biayai-start-up|title=Pemodal Besar Kian Gencar Biayai Start Up|website=Kontan|accessdate=27 Maret 2021}}</ref>, sebuah perusahaan modal ventura berbasis di Indonesia yang didirikan bersama dengan koneksinya di Stanford, Adrian Li pada tahun 2015.<ref>{{cite website|url=https://www.convergencevc.com/convergence-plants-seeds-around-indonesia/|title=Convergence Plants Seeds Around Indonesia|website=Convergencevc|accessdate=27 Maret 2021}}</ref> Konvergensi dimulai dengan dana sebesar US $ 30 juta, didukung oleh mitra terbatas dari Indonesia dan [[Silicon Valley]].<ref>{{cite news|url=https://https://www.digitalnewsasia.com/business/indonesia%E2%80%99s-convergence-ventures-announces-us30-mil-final-closing-vc-fund|title=Indonesia Convergence Ventures Announces US 30 Mil Final Closing VC Fund|website=Digital News|accessdate=27 Maret 2021}}</ref> Dalam banyak berita, bisnis Anindya terlihat dekat dengan banyak perusahaan besar milik negara Tiongkok, termasuk [[Sinochem]] dan [[China JinMao]].<ref>{{cite news|url=https://www.nytimes.com/2005/09/29/world/asia/star-tv-buys-into-network-in-indonesia.html|title=Star TV Buys into Network in Indonesia|website=NYTimes|accessdate=27 Maret 2021}}</ref>
Menangkap pertumbuhan pesat di perusahaan rintisan dan teknologi di Indonesia, Anindya juga berinisiatif menjadi investor utama di Convergence Venture<ref>{{cite news|url=https://industri.kontan.co.id/news/pemodal-besar-kian-gencar-biayai-start-up|title=Pemodal Besar Kian Gencar Biayai Start Up|website=Kontan|accessdate=27 Maret 2021}}</ref>, sebuah perusahaan modal ventura berbasis di Indonesia yang didirikan bersama dengan koneksinya di Stanford, Adrian Li pada tahun 2015.<ref>{{cite website|url=https://www.convergencevc.com/convergence-plants-seeds-around-indonesia/|title=Convergence Plants Seeds Around Indonesia|website=Convergencevc|accessdate=27 Maret 2021}}</ref> Konvergensi dimulai dengan dana sebesar US $ 30 juta, didukung oleh mitra terbatas dari Indonesia dan [[Silicon Valley]].<ref>{{cite news|url=https://https://www.digitalnewsasia.com/business/indonesia%E2%80%99s-convergence-ventures-announces-us30-mil-final-closing-vc-fund|title=Indonesia Convergence Ventures Announces US 30 Mil Final Closing VC Fund|website=Digital News|accessdate=27 Maret 2021}}</ref> Dalam banyak berita, bisnis Anindya terlihat dekat dengan banyak perusahaan besar milik negara Tiongkok, termasuk [[Sinochem]] dan [[China JinMao]].<ref>{{cite news|url=https://www.nytimes.com/2005/09/29/world/asia/star-tv-buys-into-network-in-indonesia.html|title=Star TV Buys into Network in Indonesia|website=NYTimes|accessdate=27 Maret 2021}}</ref>

=== Telekomunikasi ===
Pada bulan Desember 2003, Anindya menjadi Presiden Direktur & CEO PT Bakrie Telecom, penyedia telekomunikasi nirkabel CDMA publik terbesar di Indonesia pada saat itu, dengan lebih dari 11 juta pelanggan pada tahun 2011.<ref>{{cite news|url=https://www.reuters.com/article/indonesia-telkom-idUSL3E7CH0TQ20110117|title=Indonesia's Telkom to rethink CDMA deal with Bakrie|website=Reuters|accessdate=27 Maret 2021}}</ref> Perusahaan ini menawarkan produk dan layanan telepon seluler, telepon rumah, panggilan langsung internasional, telepon jarak jauh, layanan akses internet, dan layanan bernilai tambah.<ref>{{cite web|url=https://www.indonesia-investments.com/business/indonesian-companies/bakrie-telecom/item222|title=Indonesian Companies: Bakrie Telecom|website=Indonesia Investment|accessdate=27 Maret 2021}}</ref> Bakrie Telecom kemudian menjadi perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada Februari 2006 dengan kode BTEL dan mendapatkan tambahan modal dari hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) senilai US $ 300 juta pada Maret 2008.<ref>{{cite web|url=http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/201204/40575341-16D0-4260-96ED-591F35B251AC.PDF|title=IDX Company Profile|publisher=IDX|accessdate=27 Maret 2020}}</ref>
Dahulu BTEL bernama Ratelindo, Anindya kemudian mengubah namanya dengan mendirikan perusahaan telekomunikasi terbesar keempat se-Indonesia pada tahun 2012 yang pada saat itu hanya memiliki izin akses telepon tetap nirkabel karena menggunakan teknologi CDMA.<ref>{{cite web|url=https://www.forbes.com/sites/forbesasia/2012/07/24/next-tycoons-anindya-bakrie-assembles-a-media-powerhouse-in-indonesia/#117e085d21e2 |title=Anindya Bakrie Assembles a Media Powerhous in Indonesia|website=Forbes|accessdate=27 Maret 2021}}</ref> Menjadi penyelenggara akses telepon tetap nirkabel berarti pelanggan Bakrie Telecom harus melakukan registrasi jika ingin menggunakan telepon selulernya di luar area jangkauan normal. Ini merupakan kelemahan dari layanan tersebut yang dikeluhkan oleh banyak pelanggan. Meskipun demikian, basis pelanggan telah tumbuh dari sebelumnya di bawah 1 juta pelanggan menjadi lebih dari 15 juta pelanggan dalam waktu setahun.<ref>{{cite web|url=https://www.forbes.com/sites/forbesasia/2012/07/24/next-tycoons-anindya-bakrie-assembles-a-media-powerhouse-in-indonesia/#117e085d21e2 |title=Anindya Bakrie Assembles a Media Powerhous in Indonesia|website=Forbes|accessdate=27 Maret 2021}}</ref>

Saat itu, Bakrie Telecom menjadi penyumbang pendapatan tertinggi Grup Bakrie setelah unit batu bara Bumi Resources. <ref>{{cite web|url=https://id.beritasatu.com/home/bnbr-jual-saham-bakrie-telecom/27822|title=BNBR Jual Saham Bakrie Telecom|website=Berita Satu|accessdate=27 Maret 2021}}</ref> Namun, pembukuan perusahaan pada tahun 2012 juga mencatat kerugian $83 juta sementara pendapatan turun 0,7%. Fitch Ratings memangkas prospek perusahaan dari stabil menjadi negatif. Frekuensi Bakrie Telecom akhirnya dijual ke Grup Sinarmas.<ref>{{cite web|url=https://newsplus.antvklik.com/news/anindya-bakrie-konten-kunci-eksistensi-media-di-masa-depan|title=Anindya Bakrie Konten Kunci Eksistensi Media di Masa Depan|website=ANTVKlik|publisher=ANTV|accessdate=27 Maret 2021}}</ref>

Anindya menanggapi dengan berfokus pada perluasan layanan data selulernya. Kemudian, Ia meluncurkan merek AHA, yang diyakini Anindya akan mengembalikan keuntungan karena pengguna membeli lebih banyak data (video, akses Internet, game, perbankan seluler) melalui telepon mereka. Saat itu, AHA memiliki 15% pangsa pasar dan pendapatan tahunan mencapai sekitar $ 8 miliar dan ia menargetkan untuk melipatgandakannya pada tahun 2015. Untuk memenuhi target tersebut, Bakrie Telecom telah menggelontorkan $ 400 juta dalam investasi selama tiga tahun terakhir. Meski memiliki pangsa pasar terbesar di seluruh Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, Anindya akhirnya menjual semua sahamnya di bidang telekomunikasi dan memfokuskan diri pada sektor media dan teknologi.<ref>{{cite web|url= https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-1812308/bakrie-jual-sebagian-saham-operator-esia-rp-14-triliun|title=Bakrie Jual Sebagian Saham Operator Esia Rp 14 Triliun|website=Detik.com|accessdate=27 Maret 2021}}</ref>

Dalam sebuah wawancara publik, dia menyebutkan telekomunikasi di Indonesia akan terus berkembang, tetapi tidak mungkin perusahaan swasta dapat bersaing dengan Telkomsel yang didukung dana pemerintah untuk berekspansi ke pulau-pulau kecil, oleh karena itu dia meramalkan akhir dari bisnis tersebut.<ref>{{cite web|url=https://newsplus.antvklik.com/news/anindya-bakrie-konten-kunci-eksistensi-media-di-masa-depan|title=Anindya Bakrie Konten Kunci Eksistensi Media di Masa Depan|website=ANTVKlik|publisher=ANTV|accessdate=27 Maret 2021}}</ref>


=== Media ===
=== Media ===
Baris 31: Baris 42:


Pada tahun 2014, Bakrie Global Group yang dipimpin oleh Anindya menginvestasikan Series C di [[Path]], sebuah jaringan sosial pribadi, dengan jumlah pengguna aktif dari Indonesia yang mencapai 4 juta orang.<ref>{{cite web|url=https://tekno.kompas.com/read/2018/09/17/20151357/path-akan-tutup-layanan-ini-7-fakta-tentang-jejaring-sosial-itu|title=Path Akan Tutup Layanan, Ini 7 Fakta tentang Jejaring Sosial Itu|last1=Nanda Pratama|first1=Aswab|website=Tekno Kompas|publisher=Kompas|accessdate=19 March 2019}}</ref> Namun, situs jejaring sosial Path pada akhirnya ditutup pada tanggal 18 Oktober 2018.<ref>{{Cite web|url=https://tekno.kompas.com/read/2018/09/17/13494387/path-resmi-tutup-layanan-disetop-18-oktober-2018|title=Path Resmi Tutup, Layanan Disetop 18 Oktober 2018|last=Media|first=Kompas Cyber|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2019-04-05}}</ref>
Pada tahun 2014, Bakrie Global Group yang dipimpin oleh Anindya menginvestasikan Series C di [[Path]], sebuah jaringan sosial pribadi, dengan jumlah pengguna aktif dari Indonesia yang mencapai 4 juta orang.<ref>{{cite web|url=https://tekno.kompas.com/read/2018/09/17/20151357/path-akan-tutup-layanan-ini-7-fakta-tentang-jejaring-sosial-itu|title=Path Akan Tutup Layanan, Ini 7 Fakta tentang Jejaring Sosial Itu|last1=Nanda Pratama|first1=Aswab|website=Tekno Kompas|publisher=Kompas|accessdate=19 March 2019}}</ref> Namun, situs jejaring sosial Path pada akhirnya ditutup pada tanggal 18 Oktober 2018.<ref>{{Cite web|url=https://tekno.kompas.com/read/2018/09/17/13494387/path-resmi-tutup-layanan-disetop-18-oktober-2018|title=Path Resmi Tutup, Layanan Disetop 18 Oktober 2018|last=Media|first=Kompas Cyber|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2019-04-05}}</ref>

=== Telekomunikasi ===
Pada bulan Desember 2003, Anindya menjadi Presiden Direktur & CEO PT Bakrie Telecom, penyedia telekomunikasi nirkabel CDMA publik terbesar di Indonesia pada saat itu, dengan lebih dari 11 juta pelanggan pada tahun 2011. Perusahaan ini menawarkan produk dan layanan telepon seluler, telepon rumah, panggilan langsung internasional, telepon jarak jauh, layanan akses internet, dan layanan bernilai tambah.<ref>{{cite web|url=https://www.indonesia-investments.com/business/indonesian-companies/bakrie-telecom/item222?|title=Bakrie Telecom|last1=Indonesia Investments|first1=Business|website=Indonesia Investments|publisher=Indonesia Investments|accessdate=19 March 2019}}</ref>


== Catatan kaki ==
== Catatan kaki ==

Revisi per 27 Maret 2021 18.05

Anindya Bakrie
Wakil Ketua Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Pemberdayaan Daerah Kamar Dagang dan Industri (KADIN)[1]
Mulai menjabat
17 Desember 2015
Direktur APEC Business Advisory Council
Mulai menjabat
2010
Informasi pribadi
Lahir
Anindya Novyan Bakrie

10 November 1974 (umur 50)
Jakarta, Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Suami/istriFirdani Saugi
AnakAlisha Anastasia Bakrie
Azra Fadilla Bakrie
Akila Abunundya Bakrie
Orang tuaAburizal Bakrie (Father)
Tatty Murnitriati (Mother)
KerabatAnindra Ardiansyah Bakrie (Younger brother)
Anindhita Anestya Bakrie (Younger sister)[2]
PendidikanStanford Graduate School of Business
Northwestern University
PekerjaanPengusaha
Dikenal karenaDirektur Utama dari Bakrie & Brothers
CEO of Bakrie Global
Chairman of PRSI
Wakil Ketua KADIN
Situs webhttp://www.aninbakrie.com/
Instagram: anindyabakrie LinkedIn: anindyabakrie Modifica els identificadors a Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Anindya Novyan Bakrie (lahir 10 November 1974) pengusaha Indonesia di bidang Teknologi, Media, dan Telekomunikasi dan seorang filantropis.[3][4] Saat ini ia menjabat sebagai Direktur Bakrie Group[5], yang kepentingan bisnisnya mengendalikan sejumlah perusahaan publik dengan kapitalisasi pasar gabungan sekitar US $ 15 miliar.[6] Anindya merupakan pendiri sekaligus CEO dari Visi Media Asia (VIVA) Group yang memiliki stasiun televisi dengan lini Berita dan Olah Raga, yakni tvOne, lini hiburan yakni ANTV, dan portal berita VIVA.co.id.[7] Ia juga merupakan pendiri Bakrie Center Foundation yang menjadi wadah kegiatan filantrofi Anindya.[8][9]

Anindya saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Pembedayaan Daerah di Kamar Dagang dan Industri Indonesia[10] dan ditunjuk oleh Presiden sebagai Ketua APEC Business Advisory Council (ABAC) Indonesia,[11][12] yang didirikan melalui Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), yang pada tahun 1995 merupakan wahana partisipasi formal sektor swasta dalam forum APEC, di mana Jack Ma adalah anggota mitra Tiongkok dan Carlos Slim merupakan anggota dari mitra Meksiko.

Anindya pernah menulis beberapa artikel di surat kabar. Beberapa tulisannya mengenai penundaan kunjungan Presiden Barrack Obama ke Indonesia[13] dan Peran Indonesia sebagai Pemimpin ASEAN[14] dimuat di laman opini The Wall Street Journal.

Kehidupan pribadi dan pendidikan

Anindya lahir di Jakarta, Indonesia pada tanggal 10 November 1974, merupakan anak dari pasangan Aburizal Bakrie dan Tatty Murnitriati.[15][16] Anindya adalah cucu tertua Achmad Bakrie yang merupakan pendiri Bakrie Group pada tahun 1942, yang sekarang dikenal sebagai Bakrie & Brothers. Anindya Bakrie menikahi Firdani Saugi dan memiliki tiga orang anak.

Anindya merupakan anak tertua dari tiga bersaudara, Anindya mengenyam pendidikan Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar Triguna, lulus pada tahun 1986 sebelum melanjutkan Pendidikan menengah di sekolah Katolik khusus pria, Pangudi Luhur, yang keduanya berlokasi di Jakarta.[17] Dia kemudian bersekolah di Phillips Academy di Andover, Massachusetts, sebuah sekolah menengah atas di United States, dimana Presiden Amerika Serikat ke-41 George H. W. Bush (lulusan 1942) dan Presiden Amerika Serikat ke-43 George W. Bush (lulusan 1964) serta John F. Kennedy, Jr. (lulusan tahun 1979) merupakan alumni dari sekolah tersebut.[18]

Dilatarbelakangi oleh ketertarikan di bidang keuangan dan teknologi, serta keinginan mengikuti jejak bisnis Ayah serta Kakeknya, Anindya pada awalnya hendak mengambil ekonomi sebagai jurusan utama di bangku perkuliahan.[19] Namun kemudian, Anindya meraih gelar sarjana di bidang Teknik Industri dari Northwestern University, Illinois, pada tahun 1996.[20]

Ia kemudian mendapatkan gelar Master dari Global Management Immersion Experience (GMIX) program di Stanford Graduate School of Business pada tahun 2001[21]. Ia kemudian berusaha menjembatani mahasiswa untuk dapat mengenyam Pendidikan di Stanford Business School melalui Bakrie Center Foundation.[22] Pada tahun 2018, Anindya mengikuti Program People's s Bank of China School of Finance (PBCSF) EMBA (Angkatan 2018) di Universitas Tsinghua bersama dengan CEO Grab Anthony Tan dan Michael Sampoerna.[23]

Karier

Bisnis

Anindya memulai kariernya sebagai banker investasi di Salomon Brothers, Wallstreet, di Amerika Serikat pada tahun 1996.[19] Pada tahun 1997, ayah Anindya Bakrie, Aburizal Bakrie, memintanya untuk kembali ke Indonesia pasca kerusuhan 1998. Ketika baru mendapatkan gelar M.B.A dari Stanford, ia kemudian menjabat sebagai Deputy to Chief Operating Officer dan Managing Director of Bakrie & Brothers.[24] Selama periode tersebut, perusahaan memiliki hutang perusahaan sebesar 1,2 miliar dolar yang kemudian diubah menjadi ekuitas pada tahun 2001.[25]. Keberhasilannya dalam mentransformasi perusahaan diangkat menjadi cover story untuk Warta Ekonomi pada tanggal 20 Desember 2017.[26]

Pada tahun 2008, Visi Media Asia mengalami perputaran bisnis besar di mana ia mengakuisisi perusahaan dengan leverage tinggi dan berperingkat rendah, Lativi Media Karya.[27] Setelah menjual Bakrie Telekom untuk fokus pada media dan teknologi[28], Anindya menggandeng kedua stasiun TV, ditambah dengan portal berita online Vivanews secara publik pada tahun 2011. Bertindak sebagai Ketua, keputusan Anindya untuk menjual 14% saham mengamankan perusahaan dengan dana sebesar $ 73 juta, membuat valuasi grup VIVA sebesar $ 482 juta. Saham Grup Bakrie dipastikan pada angka 76%.[29]

Menangkap pertumbuhan pesat di perusahaan rintisan dan teknologi di Indonesia, Anindya juga berinisiatif menjadi investor utama di Convergence Venture[30], sebuah perusahaan modal ventura berbasis di Indonesia yang didirikan bersama dengan koneksinya di Stanford, Adrian Li pada tahun 2015.[31] Konvergensi dimulai dengan dana sebesar US $ 30 juta, didukung oleh mitra terbatas dari Indonesia dan Silicon Valley.[32] Dalam banyak berita, bisnis Anindya terlihat dekat dengan banyak perusahaan besar milik negara Tiongkok, termasuk Sinochem dan China JinMao.[33]

Telekomunikasi

Pada bulan Desember 2003, Anindya menjadi Presiden Direktur & CEO PT Bakrie Telecom, penyedia telekomunikasi nirkabel CDMA publik terbesar di Indonesia pada saat itu, dengan lebih dari 11 juta pelanggan pada tahun 2011.[34] Perusahaan ini menawarkan produk dan layanan telepon seluler, telepon rumah, panggilan langsung internasional, telepon jarak jauh, layanan akses internet, dan layanan bernilai tambah.[35] Bakrie Telecom kemudian menjadi perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada Februari 2006 dengan kode BTEL dan mendapatkan tambahan modal dari hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) senilai US $ 300 juta pada Maret 2008.[36]

Dahulu BTEL bernama Ratelindo, Anindya kemudian mengubah namanya dengan mendirikan perusahaan telekomunikasi terbesar keempat se-Indonesia pada tahun 2012 yang pada saat itu hanya memiliki izin akses telepon tetap nirkabel karena menggunakan teknologi CDMA.[37] Menjadi penyelenggara akses telepon tetap nirkabel berarti pelanggan Bakrie Telecom harus melakukan registrasi jika ingin menggunakan telepon selulernya di luar area jangkauan normal. Ini merupakan kelemahan dari layanan tersebut yang dikeluhkan oleh banyak pelanggan. Meskipun demikian, basis pelanggan telah tumbuh dari sebelumnya di bawah 1 juta pelanggan menjadi lebih dari 15 juta pelanggan dalam waktu setahun.[38]

Saat itu, Bakrie Telecom menjadi penyumbang pendapatan tertinggi Grup Bakrie setelah unit batu bara Bumi Resources. [39] Namun, pembukuan perusahaan pada tahun 2012 juga mencatat kerugian $83 juta sementara pendapatan turun 0,7%. Fitch Ratings memangkas prospek perusahaan dari stabil menjadi negatif. Frekuensi Bakrie Telecom akhirnya dijual ke Grup Sinarmas.[40]

Anindya menanggapi dengan berfokus pada perluasan layanan data selulernya. Kemudian, Ia meluncurkan merek AHA, yang diyakini Anindya akan mengembalikan keuntungan karena pengguna membeli lebih banyak data (video, akses Internet, game, perbankan seluler) melalui telepon mereka. Saat itu, AHA memiliki 15% pangsa pasar dan pendapatan tahunan mencapai sekitar $ 8 miliar dan ia menargetkan untuk melipatgandakannya pada tahun 2015. Untuk memenuhi target tersebut, Bakrie Telecom telah menggelontorkan $ 400 juta dalam investasi selama tiga tahun terakhir. Meski memiliki pangsa pasar terbesar di seluruh Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, Anindya akhirnya menjual semua sahamnya di bidang telekomunikasi dan memfokuskan diri pada sektor media dan teknologi.[41]

Dalam sebuah wawancara publik, dia menyebutkan telekomunikasi di Indonesia akan terus berkembang, tetapi tidak mungkin perusahaan swasta dapat bersaing dengan Telkomsel yang didukung dana pemerintah untuk berekspansi ke pulau-pulau kecil, oleh karena itu dia meramalkan akhir dari bisnis tersebut.[42]

Media

Anindya pertama kali berkecimpung di bidang media di perusahaan Cakrawala Andalas Televisi (ANTV). Pada tahun 2002, Anindya mengirim proposal restrukturisasi ke lebih dari 200 kreditor dan membujuk mereka untuk merestrukturisasi utang mereka menjadi ekuitas. Hutang dipotong menjadi nol, meskipun itu berarti memotong saham Bakrie dari 60% menjadi 21%. Anindya juga membuat penyesuaian konten, mengubah campuran dari pemrograman umum yang individual menjadi berfokus pada acara ramah keluarga seperti acara kuis, pertunjukan anak-anak dan pertandingan sepak bola.[43]

Pada 2007, ia membeli stasiun TV kedua, Lativi Media Karya, dari pebisnis dan mantan menteri Ketenagakerjaan, Abdul Latief. Stasiun ini berganti nama menjadi TV One dan direkonstruksi untuk fokus pada berita untuk pemirsa kelas menengah. Bersama-sama, ANTV dan TV One menguasai sekitar 15,6% dari pengeluaran iklan TV di Indonesia. Pada 2011, Anindya bekerja sama dengan pengusaha Erick Thohir, untuk mengambil kedua stasiun TV tersebut, ditambah portal berita online Vivanews. Di Visi Media Asia — atau grup Viva — Anindya adalah ketua dan Erick Thohir adalah presiden direktur.[44]

Pada tahun 2014, Bakrie Global Group yang dipimpin oleh Anindya menginvestasikan Series C di Path, sebuah jaringan sosial pribadi, dengan jumlah pengguna aktif dari Indonesia yang mencapai 4 juta orang.[45] Namun, situs jejaring sosial Path pada akhirnya ditutup pada tanggal 18 Oktober 2018.[46]

Catatan kaki

  1. ^ "Ini Susunan Lengkap Pengurus Kadin Indonesia 2015-2020". Diakses tanggal 22 February 2019. 
  2. ^ "Autobiografi Anindya Bakrie". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-24. Diakses tanggal 27 December 2018. 
  3. ^ "6 Fakta Anindya Bakrie". Diakses tanggal 27 December 2018. 
  4. ^ Ardhi Sanjaya, Uyun (12 November 2018). "Kakak Ipar Nia Ramadhani Ulang Tahun, Karier Bisnisnya Tak Kalah Moncer dari Ardi Bakrie". Tribun News Bogor. Diakses tanggal 19 March 2019. 
  5. ^ "Indonesia's Bakrie Center Foundation to endow professorship at RSIS, NTU". news.ntu.edu.sg. Diakses tanggal 2019-03-24. 
  6. ^ "Anindya Novyan Bakrie - Bakrie Global Ventura". www.bakrieglobal.com. Diakses tanggal 2019-03-24. 
  7. ^ "Tumbul 27 Persen Visi Media Asia Bukukan Pendapaatan Rp 2686 Triliun". Tribun News. Diakses tanggal 2021-03-25. 
  8. ^ "Anindya Bakrie, Kenal Bisnis Sejak Balita". Properti Kompas. Kompas. Diakses tanggal 19 March 2019. 
  9. ^ VIVA, PT VIVA MEDIA BARU- (2015-03-16). "Bakrie Center Foundation Sediakan 120 Beasiswa Pasca Sarjana – VIVA". www.viva.co.id. Diakses tanggal 2019-03-24. 
  10. ^ "Kadinpedia". www.kadin.id. Diakses tanggal 25 Maret 2021. 
  11. ^ Sukirno (17 December 2015). "Ini Susunan Lengkap Pengurus Kadin Indonesia 2015-2020". Bisnis.com. Diakses tanggal 19 March 2019. 
  12. ^ "Anindya Bakrie". World Economic Forum. Diakses tanggal 19 March 2019. 
  13. ^ "Anindya Bakrie: Paging for Mr. Obama in Indonesia Actions speak louder than words in international diplomacy". Wall Street Journal. Diakses tanggal 25 Maret 2021. 
  14. ^ "Anindya Bakrie: Indonesia Takes the Stage Jakarta's leadership in Asean paves the way for an expanded global profile". Wall Street Journal. Diakses tanggal 25 Maret 2021. 
  15. ^ Times, I. D. N.; Fathurohman, Irfan. "Ini Lima Fakta Pengusaha Muda Anindya Bakrie". IDN Times. Diakses tanggal 2019-03-24. 
  16. ^ "Profil Anindya Bakrie". Diakses tanggal 27 December 2018. 
  17. ^ VIVA, PT VIVA MEDIA BARU- (2017-02-10). "Profil Anindya N Bakrie - VIVA". www.viva.co.id. Diakses tanggal 2019-03-24. 
  18. ^ ""Alumni Recognition of Andover"". Diakses tanggal 2021-03-27. 
  19. ^ a b Finance, Detik. "Anindya Bakrie: Saya Spesialis Perusahaan Susah". Detik Finance. Detik. Diakses tanggal 19 March 2019. 
  20. ^ "Anindya Novyan Bakrie". World Economic Forum. Diakses tanggal 2019-03-24. 
  21. ^ "Anindya Novyan Bakrie". World Economic Forum. Diakses tanggal 2019-03-24. 
  22. ^ Setiawan, Aries. "Bakrie Center Foundation Sediakan 120 Beasiswa Pasca Sarjana". Viva.com. Viva. Diakses tanggal 19 March 2019. 
  23. ^ Huang, Elaine. "Southeast Asian Tech Leaders Like Grabs Anthony Tan Now Look to China for EMBA-Education". KR-Asia.com. KR-Asia. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  24. ^ "Bakrie & Brothers in spotlight after M&A, debt deals". Reuters. Diakses tanggal 19 March 2019. 
  25. ^ "Bakrie & Brothers in spotlight after M&A, debt deals". Reuters. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  26. ^ Wibowo, Arinto Tri. "Cover Story Warta Ekonomi Revolusi Senyap Anindya Bakrie". Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  27. ^ "Lativi Segera Beralih ke ANTV". Detik.com. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  28. ^ "Bakrie Jual BTEL Rp 146 Triliun". Investor.ID. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  29. ^ "Next Tycoons Anindya Bakrie Assembles a Media Powehous in Indonesia". Forbes. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  30. ^ "Pemodal Besar Kian Gencar Biayai Start Up". Kontan. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  31. ^ "Convergence Plants Seeds Around Indonesia". Convergencevc. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  32. ^ "Indonesia Convergence Ventures Announces US 30 Mil Final Closing VC Fund". Digital News. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  33. ^ "Star TV Buys into Network in Indonesia". NYTimes. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  34. ^ "Indonesia's Telkom to rethink CDMA deal with Bakrie". Reuters. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  35. ^ "Indonesian Companies: Bakrie Telecom". Indonesia Investment. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  36. ^ "IDX Company Profile" (PDF). IDX. Diakses tanggal 27 Maret 2020. 
  37. ^ "Anindya Bakrie Assembles a Media Powerhous in Indonesia". Forbes. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  38. ^ "Anindya Bakrie Assembles a Media Powerhous in Indonesia". Forbes. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  39. ^ "BNBR Jual Saham Bakrie Telecom". Berita Satu. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  40. ^ "Anindya Bakrie Konten Kunci Eksistensi Media di Masa Depan". ANTVKlik. ANTV. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  41. ^ "Bakrie Jual Sebagian Saham Operator Esia Rp 14 Triliun". Detik.com. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  42. ^ "Anindya Bakrie Konten Kunci Eksistensi Media di Masa Depan". ANTVKlik. ANTV. Diakses tanggal 27 Maret 2021. 
  43. ^ Shmavonian, Karl. "Next Tycoons: Anindya Bakrie Assembles a Media Powerhouse In Indonesia". Forbes. Forbes Asia. 
  44. ^ Shmavonian, Karl. "Next Tycoons: Anindya Bakrie Assembles a Media Powerhouse In Indonesia". Forbes. Diakses tanggal 19 March 2019. 
  45. ^ Nanda Pratama, Aswab. "Path Akan Tutup Layanan, Ini 7 Fakta tentang Jejaring Sosial Itu". Tekno Kompas. Kompas. Diakses tanggal 19 March 2019. 
  46. ^ Media, Kompas Cyber. "Path Resmi Tutup, Layanan Disetop 18 Oktober 2018". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2019-04-05.