Lompat ke isi

Kapitan Cina: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android pranala ke halaman disambiguasi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 20: Baris 20:


== Kapitan Cina lain ==
== Kapitan Cina lain ==
* [[Yap Sa Ting Ho]], Kapitan China [[Yogyakarta]]
* [[Tan Jin Sing]], Kapitan China [[Kedu]], Kapitan China [[Yogyakarta]]
* [[Tan Jin Sing]], Kapitan China [[Kedu]], Kapitan China [[Yogyakarta]]
* [[Koh Lay Huan]], Kapitan China [[Kedah]], Kapitan China pertama [[Pulau Pinang]]
* [[Koh Lay Huan]], Kapitan China [[Kedah]], Kapitan China pertama [[Pulau Pinang]]

Revisi per 6 Oktober 2021 10.11

Tjong A Fie, Kapitan Cina Medan pada tahun 1906

Kapitan Cina merupakan gelar untuk para petinggi di kalangan masyarakat Tionghoa di Asia Tenggara yang ditunjuk oleh pemerintahan kerajaan pribumi, dan kemudian oleh pemerintahan kolonial.[1][2] Mulai pada awal abad ke-15, kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara, seperti Melaka dan Banten, mulai menunjuk seorang individu untuk menanggung jawab urusan pemerintahan di masyarakat asing, baik Tionghoa maupun Arab dan Kling.[3][4] Pemimpin masyarakat ini diberikan gelar Kapitain Cina, Kapitan Kling atau sesuai dengan jurisdiksi yang bersangkutan. Sistem ini diwarisi oleh penjajah Portugis yang menaklukan Melaka pada abad ke-16, dan diikuti juga oleh Kompeni Belanda di Hindia Belanda, dan Inggris di Malaya Britania.[3]

Institusi Kapitan Cina di Hindia Belanda memiliki tiga pangkat, yaitu Majoor, Kapitein dan Luitenant der Chinezen - yang secara keseluruhan dipanggil Chinese Officieren atau Opsir Tionghoa.[5][6] Keturunan para Opsir Tionghoa di pulau Jawa mengemban gelar 'Sia' secara turun-temurun.[7] Institusi Opsir Tionghoa di Batavia (sekarang Jakarta) memiliki kontinuitas terpanjang di Indonesia, dan bahkan di Asia Tenggara.[6] Pada tahun 1619, Kompeni Belanda menunjuk Souw Beng Kong, Kapitan Cina di Banten menjadi Kapitein der Chinezen perdana di Batavia.[7] Jadi, Kekapitanan Betawi adalah penerus Kekapitanan Banten yang lebih tua lagi. Batavia juga menghasilkan kemungkinan satu-satunya Kapitan Cina perempuan di Asia, yaitu Nyai Bali yang ditunjuk oleh VOC pada tahun 1649.[6] Kekapitanan Betawi diangkat menjadi Kemayoran pada tahun 1837 dengan ditunjuknya Tan Eng Goan sebagai Majoor der Chinezen perdana di Batavia.[8] Pemegang terakhir gelar ini adalah Khouw Kim An, Majoor der Chinezen, yang wafat pada tahun 1945 pada saat penjajahan Jepang.[9] Setelah berakhirnya zaman penjajahan, pemerintah Indonesia menghapuskan pangkat-pangkat Opsir Tionghoa.[9]

Majoors dan Kapiteins der Chinezen di Batavia

Kapitan Kuala Lumpur

  • 1858 - 1861: Hew Siew
  • 1862 - 1868: Liu Ngim Kong
  • 1868 - 1885: Yap Ah Loy
  • 1885 - 1889: Yap Ah Shak
  • 1889 - 1902: Yap Kwan Seng

Kapitan Cina lain

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ The Kapitan System and Secret Societies published in Chinese politics in Malaysia: a history of the Malaysian Chinese Association - Page 14
  2. ^ Southeast Asia-China interactions: reprint of articles from the Journal of the Malaysian Branch, Royal Asiatic Society, Issue 25 of M.B.R.A.S. reprint, 2007, - Page 549
  3. ^ a b Ooi, Keat Gin. Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, From Angkor Wat to East Timor, p. 711
  4. ^ Hwang, In-Won. Personalized Politics: The Malaysian State Under Matahtir, p. 56
  5. ^ Lohanda, Mona., The Kapitan Cina of Batavia, 1837-1942: A History of Chinese Establishment in Colonial Society, 1996.
  6. ^ a b c Blussé, Leonard & Chen, Menghong., The Archives of the Kongkoan of Batavia, 2003.
  7. ^ a b Phoa, Kian Sioe, Sedjarahnja Souw Beng Kong: (tangan-kanannja G.G. Jan Pieterszoon Coen), Phoa Beng Gan (achli pengairan dalam tahun 1648), Oey Tamba Sia (hartawan mati ditiang penggantungan), 1956.
  8. ^ Chen, Menhong., De Chinese Gemeenschap Van Batavia, 1843-1865: Een Onderzoek Naar Het Kong Koan-archief, 2011.
  9. ^ a b Erkelens, Monique, The decline of the Chinese Council of Batavia: the loss of prestige and authority of the traditional elite amongst the Chinese community from the end of the nineteenth century until 1942, 2013.
  10. ^ A social history of the Chinese in Singapore and Malaya, 1800-1911 - Page 232
  11. ^ A Gallery of Chinese Kapitans, CS Wong
  12. ^ A portrait of Malaysia and Singapore - Page 77
  13. ^ Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, Volume 68 - Page 34
  14. ^ Triad and Tabut: a survey of the origin and diffusion of Chinese and ... - Page 350
  15. ^ The Straits Settlements, 1826-67: Indian presidency to crown colony - Page 259
  16. ^ Wong Ah Fook: immigrant, builder, and entrepreneur - Page 85
  17. ^ Singapore: wealth, power and the culture of control - Page 49
  18. ^ The Western Malay States, 1850-1873: the effects of commercial development ... - Page 35
  19. ^ One hundred years' history of the Chinese in Singapore - Page 21
  20. ^ A social history of the Chinese in Singapore and Malaya, 1800-1911 - Page 267
  21. ^ Toponymics: a study of Singapore street names - Page 345
  22. ^ Chinese secret societies in Malaya: a survey of the Triad Society from 1800 ... - Page 206
  23. ^ Chinese epigraphic materials in Malaysia - Page 452
  24. ^ Studies in the Social History of China and South-east Asia - Page 36
  25. ^ Pope-Hennesy to C.O., 13 October 1869. Co. 144/20. To F.O., 1 September 1869. F.O. 12/34B. To Lord Knutsford, 25 May 1888. C.O. 133/66
  26. ^ The Sarawak Museum journal - Page 9, 1963
  27. ^ The Eastern seas: or, Voyages and adventures in the Indian Archipelago, in ... - Page 363
  28. ^ European commercial expansion in early modern Asia - Page 273
  29. ^ Opium and empire: Chinese society in Colonial Singapore, 1800-1910 - Page 195
  30. ^ Kelantan zaman awal: kajian arkeologi dan sejarah di Malaysia By Hassan Shuhaimi bin Nik Abd. Rahman, 1987, Pg 227
  31. ^ Ethnic Chinese in Singapore and Malaysia: a dialogue between tradition and modernity by Leo Suryadinata, 2002, Pg 86
  32. ^ The cultural melting pot By Robert Sin Nyen Tan, 1991, Page 85
  33. ^ Rites of belonging: memory, modernity, and identity in a Malaysian Chinese ... By Jean Elizabeth DeBernardi Page 27
  34. ^ Growing Up in Trengganu By Awang Goneng by Monsoon Books, 2007, Page 161
  35. ^ Reconstructing identities: a social history of the Babas in Singapore by Jürgen Rudolph - Page 149
  36. ^ The Baba of Melaka: culture and identity of a Chinese peranakan community in ... - Page 64
  37. ^ The Portuguese Missions in Malacca and Singapore (1511-1958): Malacca - Page 317
  38. ^ Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, Volumes 11-12, 1933, - Page 1
  39. ^ Wong, 1963: 1-2, Studies in ASEAN sociology: urban society and social change - Page 232
  40. ^ Historical Sabah: The Chinese by Danny Tze-Ken Wong, 2005 - Page 57
  41. ^ Wong C.S., 1963, p. 47, Reconstructing identities: a social history of the Babas in Singapore By Jürgen Rudolph, Page 38
  42. ^ See historical Malacca in one day - Page 18 by Marcus Scott-Ross - History - 1973
  43. ^ The overseas Chinese and the 1911 revolution, with special reference to Singapore and Malaya by Yen Ching Hwang, Qinghuang Yan, 1976, Pg 182

Pranala luar

Bibliografi

  • Hwang, In-Won (2003). Personalized Politics: The Malaysian State Under Matahtir. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 981-230-185-2
  • Lohanda, Mona (1996). The Kapitan Cina of Batavia, 1837-1942. Jakarta: Djambatan. ISBN 979-428-257-X.
  • Ooi, Keat Gin (2004). Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, From Angkor Wat to East Timor. ABC-CLIO. ISBN 1-57607-770-5