Retroviridae: Perbedaan antara revisi
k Bot: beresiko → berisiko (bentuk baku) |
Jochristxs (bicara | kontrib) k Menambahkan pranala, memperbaiki tanda baca |
||
Baris 13: | Baris 13: | ||
:*''[[Spumavirus]]'' |
:*''[[Spumavirus]]'' |
||
}} |
}} |
||
'''Retrovirus''' merupakan salah satu golongan [[virus]] yang terdiri dari satu benang tunggal RNA |
'''Retrovirus''' merupakan salah satu golongan [[virus]] yang terdiri dari satu benang tunggal [[RNA]]. Setelah menginfeksi [[Sel (biologi)|sel]], virus tersebut akan membentuk replika [[DNA]] dari RNA-nya dengan menggunakan [[enzim]] reverse transcriptase. |
||
Terdapat pada kera-kera kecil, atau [[kera]] besar |
Terdapat pada kera-kera kecil, atau [[kera]] besar seperti [[gorila]] atau [[simpanse]] yang ada di benua [[Afrika|Afrika,]] serta [[Orang utan|orangutan]] yang ada di Sumatra dan Kalimantan. |
||
== Golongan |
== Golongan == |
||
Ada tiga golongan retrovirus yang ditemukan pada primata yaitu |
Ada tiga golongan retrovirus yang ditemukan pada [[primata]] yaitu |
||
oncornaviruses, lentiviruses, dan spumaviruses. Meskipun jumlahnya sangat sedikit, |
oncornaviruses, lentiviruses, dan spumaviruses. Meskipun jumlahnya sangat sedikit, |
||
ketiga golongan virus tersebut berisiko menular pada manusia baik melalui gigitan, |
ketiga golongan virus tersebut berisiko menular pada manusia baik melalui gigitan, |
||
Baris 31: | Baris 31: | ||
sarcoma virus, dan Simian retrovirus Type D (SRV). |
sarcoma virus, dan Simian retrovirus Type D (SRV). |
||
Simian T-lymphotropic virus (STLV) sangat mirip dengan Human T-cell |
Simian T-lymphotropic virus (STLV) sangat mirip dengan Human T-cell |
||
leukemia virus (HTLV) yang banyak sekali terdapat di Asia, Afrika maupun |
[[leukemia]] virus (HTLV) yang banyak sekali terdapat di Asia, Afrika maupun |
||
Amerika. Meskipun kasus kejadiannya tidak banyak, HTLV dapat menyebabkan |
Amerika. Meskipun kasus kejadiannya tidak banyak, HTLV dapat menyebabkan |
||
leukemia pada sel T dewasa atau lymphoma pada manusia yang terinfeksi. Selain |
leukemia pada sel T dewasa atau lymphoma pada manusia yang terinfeksi. Selain |
||
itu, strain virus HTLV I juga berkaitan dengan tropical spastic paraparesis yaitu |
itu, strain virus HTLV I juga berkaitan dengan tropical spastic paraparesis yaitu |
||
suatu gangguan saraf yang langka. |
suatu gangguan [[saraf]] yang langka. |
||
Hal yang amat mengkhawatirkan, saat ini telah diketahui bahwa HTLV ternyata |
Hal yang amat mengkhawatirkan, saat ini telah diketahui bahwa HTLV ternyata |
||
berasal dari STLV purba yang menular antar spesies yang berbeda. Bahkan |
berasal dari STLV purba yang menular antar spesies yang berbeda. Bahkan |
||
Baris 45: | Baris 45: | ||
hewan yang dijangkiti masih tampak sehat. Virus ini dapat berpindah antar |
hewan yang dijangkiti masih tampak sehat. Virus ini dapat berpindah antar |
||
spesies. Simian sarcoma virus, yang kemungkinan merupakan mutan dari GaLV |
spesies. Simian sarcoma virus, yang kemungkinan merupakan mutan dari GaLV |
||
diketahui menginfeksi monyet wooly yang serumah dengan gibbon. |
diketahui menginfeksi [[Monyet wol berekor kuning|monyet wooly]] yang serumah dengan gibbon. |
||
Simian retrovirus Type D (SRV) terdiri dari beberapa jenis virus. Virus ini |
Simian retrovirus Type D (SRV) terdiri dari beberapa jenis virus. Virus ini |
||
biasanya menyerang monyet dan menyebabkan penurunan sistem kekebalan |
biasanya menyerang monyet dan menyebabkan penurunan [[Sistem imun|sistem kekebalan |
||
tubuh. Namun, monyet yang terserang virus ini tetap terlihat sehat. |
tubuh]]. Namun, monyet yang terserang virus ini tetap terlihat sehat. |
||
Antibodi terhadap retrovirus tipe D telah dilaporkan pada 2 dari 247 orang yang |
[[Antibodi]] terhadap [[retrovirus]] tipe D telah dilaporkan pada 2 dari 247 orang yang |
||
sehari-hari berhubungan dengan primata non manusia. |
sehari-hari berhubungan dengan primata non manusia. |
||
Baris 55: | Baris 55: | ||
Salah satu golongan lentivirus yang amat berbahaya adalah Simian |
Salah satu golongan lentivirus yang amat berbahaya adalah Simian |
||
immunodeficiency virus (SIV). Virus ini berkerabat erat dengan HIV (Human |
immunodeficiency virus (SIV). Virus ini berkerabat erat dengan [[HIV]] (Human |
||
Immunodeficiency Virus). Virus HIV 1 berasal dari strain SIV simpanse. |
Immunodeficiency Virus). Virus HIV 1 berasal dari strain SIV simpanse. |
||
Sedangkan virus HIV 2 berasal dari SIV sooty mangabeys. Ada sejumlah besar |
Sedangkan virus HIV 2 berasal dari SIV sooty mangabeys. Ada sejumlah besar |
||
Baris 96: | Baris 96: | ||
Simian Retrovirus-1 tipe D (SRV-1) ditemukan pertama kali antara tahun 1981-1983 sebagai penyebab sindrom imunosupresif yang diderita banyak primata di ''New England Primate Research Center'' (NEPRC) dan ''California Regional Primate Centres'' (CRPC), Amerika Serikat. Virus SRV-1 ini tidak berkerabat dekat dengan HIV-1, tetapi memiliki kemiripan dengan Mason Pfizer monkey virus (MPMV) yang diisolasi dari sel tumor payudara monyet betina. Pada spesies primata ''M. nemestrina'', ditemukan SRV-2 yang cukup jauh kekerabatannya dibandingkan SRV-1 dan MPMV (SRV-3). SRV-2 tidak hanya menyebabkan imunosupresi fatal, tetapi juga diikuti dengan proliferasi sel vaskuler dan mesenkimal yang disebut fibromatosis retroperitoneal (RF). Infeksi SRV tidak menunjukkan aktivasi imunitas yang tinggi pada awal terjadinya infeksi, tetapi virus ini menyerang berbagai sel pertahanan tubuh seperti [[sel T|sel T CD4+]] dan [[sel T CD8]], [[sel B]], [[makrofaga]], dan sel epitelial di [[saluran pencernaan]], kelenjar saliva, dan ''choroid plexus''. Pada tahap akhir infeksi SRV, terjadi penurunan limfoid pada kelenjar limfoid dan infeksi oportunistik seperti yang juga terjadi pada tahap akhir dari infeksi HIV. Infeksi SRV pada primata menjadi model studi mekanisme supresi sistem imun yang menarik para ahli karena kemampuan reproduksi virus yang tinggi, transmisinya cepat, dan waktu turnover yang diperlukan relatif pendek (7-10 hari). Untuk mendeteksi keberadaan virus ini yang bersifat onkogenik ini, dapat digunakan uji serologis seperti ELISA dan ''western blot'', analisis PCR, ataupun isolasi virus secara langsung dengan menumbuhkan ''peripheral blood mononuclear cell'' (PBMC) asal primata dan sel raji secara bersamaan. |
Simian Retrovirus-1 tipe D (SRV-1) ditemukan pertama kali antara tahun 1981-1983 sebagai penyebab sindrom imunosupresif yang diderita banyak primata di ''New England Primate Research Center'' (NEPRC) dan ''California Regional Primate Centres'' (CRPC), Amerika Serikat. Virus SRV-1 ini tidak berkerabat dekat dengan HIV-1, tetapi memiliki kemiripan dengan Mason Pfizer monkey virus (MPMV) yang diisolasi dari [[Tumor|sel tumor]] payudara monyet betina. Pada spesies primata ''M. nemestrina'', ditemukan SRV-2 yang cukup jauh kekerabatannya dibandingkan SRV-1 dan MPMV (SRV-3). SRV-2 tidak hanya menyebabkan imunosupresi fatal, tetapi juga diikuti dengan proliferasi sel vaskuler dan mesenkimal yang disebut [[fibromatosis]] retroperitoneal (RF). Infeksi SRV tidak menunjukkan aktivasi imunitas yang tinggi pada awal terjadinya infeksi, tetapi virus ini menyerang berbagai sel pertahanan tubuh seperti [[sel T|sel T CD4+]] dan [[sel T CD8]], [[sel B]], [[makrofaga]], dan sel epitelial di [[saluran pencernaan]], kelenjar saliva, dan ''choroid plexus''. Pada tahap akhir infeksi SRV, terjadi penurunan limfoid pada kelenjar limfoid dan infeksi oportunistik seperti yang juga terjadi pada tahap akhir dari infeksi HIV. Infeksi SRV pada primata menjadi model studi mekanisme supresi sistem imun yang menarik para ahli karena kemampuan reproduksi virus yang tinggi, transmisinya cepat, dan waktu turnover yang diperlukan relatif pendek (7-10 hari). Untuk mendeteksi keberadaan virus ini yang bersifat onkogenik ini, dapat digunakan uji serologis seperti ELISA dan ''western blot'', analisis PCR, ataupun isolasi virus secara langsung dengan menumbuhkan ''peripheral blood mononuclear cell'' (PBMC) asal primata dan [[sel raji]] secara bersamaan. |
||
=== Simian immunodeficiency virus === |
=== Simian immunodeficiency virus === |
Revisi per 18 April 2022 15.01
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Retroviridae
| |
---|---|
Rekaman | |
Taksonomi | |
Kerajaan | Pararnavirae |
Filum | Artverviricota |
Kelas | Revtraviricetes |
Ordo | Ortervirales |
Famili | Retroviridae |
Subfamili dan Genus | |
Subfamili: Orthoretrovirinae
Subfamili: Spumaretrovirinae |
Retrovirus merupakan salah satu golongan virus yang terdiri dari satu benang tunggal RNA. Setelah menginfeksi sel, virus tersebut akan membentuk replika DNA dari RNA-nya dengan menggunakan enzim reverse transcriptase.
Terdapat pada kera-kera kecil, atau kera besar seperti gorila atau simpanse yang ada di benua Afrika, serta orangutan yang ada di Sumatra dan Kalimantan.
Golongan
Ada tiga golongan retrovirus yang ditemukan pada primata yaitu oncornaviruses, lentiviruses, dan spumaviruses. Meskipun jumlahnya sangat sedikit, ketiga golongan virus tersebut berisiko menular pada manusia baik melalui gigitan, urin maupun feses (kotoran). Berikut virus-virus tersebut:
Oncornaviruses
Ada empat jenis ornocavirus yang terdapat pada non human primata(ordo) (NHP) yaitu Simian T-lymphotropic virus (STLV), Gibbon ape leukemia virus (GaLV), Simian sarcoma virus, dan Simian retrovirus Type D (SRV). Simian T-lymphotropic virus (STLV) sangat mirip dengan Human T-cell leukemia virus (HTLV) yang banyak sekali terdapat di Asia, Afrika maupun Amerika. Meskipun kasus kejadiannya tidak banyak, HTLV dapat menyebabkan leukemia pada sel T dewasa atau lymphoma pada manusia yang terinfeksi. Selain itu, strain virus HTLV I juga berkaitan dengan tropical spastic paraparesis yaitu suatu gangguan saraf yang langka. Hal yang amat mengkhawatirkan, saat ini telah diketahui bahwa HTLV ternyata berasal dari STLV purba yang menular antar spesies yang berbeda. Bahkan sebuah survei yang dilakukan oleh Verschoor et al. (1998) terhadap 143 orangutan di Kalimantan Tengah menunjukkan adanya dua ekor orangutan yang terinfeksi oleh virus HTLV I. Dengan demikian, peluang virus golongan ini untuk menginfeksi manusia semakin besar. Gibbon ape leukemia virus (GaLV) juga dapat mengakibatkan leukemia meskipun hewan yang dijangkiti masih tampak sehat. Virus ini dapat berpindah antar spesies. Simian sarcoma virus, yang kemungkinan merupakan mutan dari GaLV diketahui menginfeksi monyet wooly yang serumah dengan gibbon. Simian retrovirus Type D (SRV) terdiri dari beberapa jenis virus. Virus ini biasanya menyerang monyet dan menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh. Namun, monyet yang terserang virus ini tetap terlihat sehat. Antibodi terhadap retrovirus tipe D telah dilaporkan pada 2 dari 247 orang yang sehari-hari berhubungan dengan primata non manusia.
2. Lentivirus
Salah satu golongan lentivirus yang amat berbahaya adalah Simian immunodeficiency virus (SIV). Virus ini berkerabat erat dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus HIV 1 berasal dari strain SIV simpanse. Sedangkan virus HIV 2 berasal dari SIV sooty mangabeys. Ada sejumlah besar monyet Afrika baik yang liar maupun tangkapan yang terinfeksi oleh SIV. Jenis strainnya berbeda-beda, sesuai dengan jenis spesiesnya. Sebagian besar hewan yang terinfeksi oleh virus ini, tetap terlihat sehat. Primata Asia bukanlah induk semang alami dari SIV. Dengan demikian, apabila terkena SIV, primata Asia (termasuk orangutan) akan sangat mudah mengalami penurunan kekebalan tubuh. Saat ini ada 0.06% (2 dari 3123) manusia yang biasa bekerja dengan primata yang terinfeksi oleh virus ini. Satu di antara kedua orang tersebut selanjutnya menunjukkan hasil uji serologi yang negatif, tetapi yang lainnya tetap positif. Namun mereka berdua tidak menunjukkan gejala penyakit.
3. Spumaviruses
Spuma virus yang terdapat pada primata adalah Simian Foamy Virus (SFV). Virus ini banyak ditemukan pada primata dunia baru maupun lama. Ada 3,7% atau 11 dari 296 orang yang biasa berhubungan dengan primata telah terinfeksi oleh virus ini.
Cara Penularan
Virus dan Cara Penularan
Simian T-lymphotropic virus
(STLV) hubungan seksual dan air susu induk
Gibbon ape leukemia virus
(GaLV) urin, feses dan kemungkinan hubungan seksual
Simian sarcoma virus Simian retrovirus Type D (SRV)
hubungan seksual, gigitan, dari induk ke anak
Simian Retrovirus-1 tipe D (SRV-1) ditemukan pertama kali antara tahun 1981-1983 sebagai penyebab sindrom imunosupresif yang diderita banyak primata di New England Primate Research Center (NEPRC) dan California Regional Primate Centres (CRPC), Amerika Serikat. Virus SRV-1 ini tidak berkerabat dekat dengan HIV-1, tetapi memiliki kemiripan dengan Mason Pfizer monkey virus (MPMV) yang diisolasi dari sel tumor payudara monyet betina. Pada spesies primata M. nemestrina, ditemukan SRV-2 yang cukup jauh kekerabatannya dibandingkan SRV-1 dan MPMV (SRV-3). SRV-2 tidak hanya menyebabkan imunosupresi fatal, tetapi juga diikuti dengan proliferasi sel vaskuler dan mesenkimal yang disebut fibromatosis retroperitoneal (RF). Infeksi SRV tidak menunjukkan aktivasi imunitas yang tinggi pada awal terjadinya infeksi, tetapi virus ini menyerang berbagai sel pertahanan tubuh seperti sel T CD4+ dan sel T CD8, sel B, makrofaga, dan sel epitelial di saluran pencernaan, kelenjar saliva, dan choroid plexus. Pada tahap akhir infeksi SRV, terjadi penurunan limfoid pada kelenjar limfoid dan infeksi oportunistik seperti yang juga terjadi pada tahap akhir dari infeksi HIV. Infeksi SRV pada primata menjadi model studi mekanisme supresi sistem imun yang menarik para ahli karena kemampuan reproduksi virus yang tinggi, transmisinya cepat, dan waktu turnover yang diperlukan relatif pendek (7-10 hari). Untuk mendeteksi keberadaan virus ini yang bersifat onkogenik ini, dapat digunakan uji serologis seperti ELISA dan western blot, analisis PCR, ataupun isolasi virus secara langsung dengan menumbuhkan peripheral blood mononuclear cell (PBMC) asal primata dan sel raji secara bersamaan.
Simian immunodeficiency virus
hubungan seksual, gigitan
(SIV)
Simian foamy virus (SFV)
gigitan yang dalam
Hingga saat AAZV mengeluarkan panduan untuk penanganan primata yang bukan manusia (15 Februari 2004), belum ada laporan resmi tentang terjadinya penyakit pada manusia akibat tertular virus-virus ini. Namun, karena virus adalah material genetik yang dapat bermutasi dengan mudah, sebaiknya kita tetap berhati-hati.