Lompat ke isi

Menara Saidah: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 6°14′38″S 106°51′33″E / 6.243809°S 106.859118°E / -6.243809; 106.859118
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 19516773 oleh 223.255.229.20 (bicara) Vandal!
Tag: Pembatalan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 2: Baris 2:
| name = Menara Saidah
| name = Menara Saidah
| image = [[Berkas:Menara Saidah.gif]]
| image = [[Berkas:Menara Saidah.gif]]
| location = Jalan MT Haryono<br/>[[Jakarta]], [[Indonesia]]
| location = Jalan MT Haryono<br/>[[Jakarta]], [[Jakarta Selatan]], [[Pancoran]], [[Indonesia]]
| coordinates = {{Coord|-6.243809|106.859118|display=inline,title}}
| coordinates = {{Coord|-6.243809|106.859118|display=inline,title}}
| architectural =
| architectural =

Revisi per 5 Januari 2022 10.11

Menara Saidah
Peta
Informasi umum
LokasiJalan MT Haryono
Jakarta, Jakarta Selatan, Pancoran, Indonesia
Koordinat6°14′38″S 106°51′33″E / 6.243809°S 106.859118°E / -6.243809; 106.859118
Mulai dibangun1995
Rampung1998
Ditutup2007
Biaya50 miliar rupiah
Data teknis
Jumlah lantai28
Desain dan konstruksi
PengembangHutama Karya

Menara Saidah adalah nama sebuah gedung terbengkalai yang pernah berfungsi sebagai pusat perkantoran, terletak di Jalan MT Haryono, Jakarta, Indonesia.[1] Sebelumnya nama gedung ini adalah Gedung Grancindo dan didirikan lama sebelum kemudian direnovasi dalam skala besar menjadi Menara Saidah.[2] Nama yang diberikan pada gedung ini diambil dari nama pemiliknya, Saidah Abu Bakar Ibrahim. Gedung ini diresmikan pada tahun 2001.[3]

Penyewanya termasuk Kementerian Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia (sekarang berubah nama menjadi Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal) yang pernah berkantor di lantai 18.[2] Gedung ini juga sempat berfungsi sebagai tempat acara buka puasa bersama artis Inneke Koesherawati yang menikah dengan salah satu keluarga Saidah, Fahmi Darmawansyah.[2][4][5]

Bangunan dan arsitektur

Kekhasan gedung ini adalah desainnya dengan patung-patung bernuansa Romawi diimpor dari Italia.[1] Desain interiornya menggunakan "sentuhan Las Vegas" dengan langit-langit bagian lobi yang nuansanya bisa diganti.[1] Gedung ini memiliki 28 lantai.

Gedung ini terletak di Jalan MT Haryono, Jakarta. Lokasinya bersampingan dengan rel kereta yang masuk ke Stasiun Cawang, juga terletak di sebelah utara setelah flyover Tol Cawang-Grogol.

Sejarah

Pembangunan dan lelang

Gedung ini dibangun pada tahun 1995 hingga 1998 oleh PT. Hutama Karya dan merupakan gedung tinggi pertama yang dibangun oleh kontraktor tersebut.[1] Pada awalnya, gedung yang belum dibangun ini dimiliki oleh PT. Mustika Ratu atas nama Mooryati Soedibyo. Pada tahun 1995, kepemilikan gedung ini dilelang dan lelang ini dimenangkan oleh anak kelima keluarga Saidah Abu Bakar Ibrahim, dan kemudian berpindah tangan ke anak bungsunya, Fahmi Darmawansyah.[6]

Usai pelelangan, gedung ini mengalami renovasi skala besar, termasuk menambah ketinggian gedung awal yang 15 lantai menjadi 28 lantai.[2]

Biaya pembangunannya mencapai Rp 50 miliar.[6]

Penutupan dan kontroversi

Pada tahun 2007, gedung ini resmi ditutup untuk umum karena pondasi gedung tidak tegak berdiri dan miring beberapa derajat serta dianggap membahayakan keselamatan penghuni gedung.[3] Konstruksinya dianggap bermasalah sejak awal, namun dari pihak pemilik maupun Suku Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B) tidak ada yang bersedia memberikan penjelasan.[3] Rahmat, salah satu petugas keamanan yang pernah bekerja selama delapan tahun di gedung tersebut menuturkan pada tahun 2007 pemutusan hubungan kerja dilakukan secara sepihak, dan hingga hari ini ratusan karyawan belum memperoleh pesangon.[7]

Karena lokasinya yang strategis banyak penawaran masuk, termasuk dari Universitas Satyagama pada tahun 2011.[7] Keterangan yang diberikan oleh salah satu petugas keamanan, Rahmat, pindah tangan pemilik tidak terjadi karena pemilik awal tidak bersedia menunjukkan gambar struktur gedung.[8]

Menara Saidah pada tahun 2012 oleh pemilik kemudian diserahkan ke dalam pengawasan Polisi Sektor Cawang, Jakarta Timur. Setiap pagi polisi dari Cawang datang, dan menandatangani daftar.[8] Masalah keamanan, termasuk kebakaran, sepenuhnya menjadi tanggung jawab polisi.[8]

Pada tahun 2012 gedung dalam keadaan tidak terawat karena jalan akses masuk dan keluar gedung sudah banyak yang pecah, dalam keadaan gelap, dan hanya taman depannya yang masih dibersihkan dengan menyewa jasa petugas kebersihan jalan raya.[9] Ketidakjelasan status gedung ini mengakibatkan masyarakat yang tinggal di sekitarnya khawatir dan takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.[10] Lurah setempat, Shalih Nopiansyar, mengatakan permintaan bertemu dengan pemilik terkait kelangsungan bangunan tidak berhasil, begitu pula pihak yang tertarik membeli gedung yang selalu terhenti di tengah jalan dan tidak ada kabar lagi.[7] Pemerintah daerah setempat pun belum menerima laporan mengenai rencana terkait bangunan Menara Saidah.[7]

Dua pengamat pengamat perkotaan, Yayat Supriyatna[10] dan Nirwono Joga[11] menyatakan bahwa Pemerintah (Dinas P2B) dan pemilik harus bertanggung jawab terhadap pembiaran gedung.

Nirwono menyatakan miringnya Menara Saidah dapat dikategorikan sebagai gagal pembangunan akibat terjadinya kemiringan atau keteledoran.[11]

Menurut Yayat, Dinas P2B tidak segera bertindak pada pemilik yang terkesan membiarkan.[10] Padahal tidak boleh melakukan pembiaran hanya karena alasan rugi.[10] Sementara Nirwono berpendapat bahwa Dinas P2B seharusnya memerintahkan pemilik gedung untuk segera membongkar dan merenovasi agar gedung aman untuk digunakan. Pemerintah tidak pernah tegas terhadap perencana, pengawas, dan pelaksana gedung yang bermasalah.[11] Selama ini kecelakaan karena faktor struktur gedung tidak pernah diproses hukum sampai ke pengadilan. Pemilik gedung juga tidak terlalu mengindahkan syarat-syarat pendirian gedung sesuai dengan aturan.[11] Walaupun dilakukan audit bangunan, apabila ada korban pun kasus selesai setelah memberikan uang kerohiman, dan tidak diproses hukum.[11] Sementara Yayat menyatakan kasus Menara Saidah sebagai pelajaran dalam proyek pembangunan gedung lainnya dalam melakukan pengawasan yang baik, termasuk juga konstruksinya.[10]

Pihak pengelola Menara Saidah, Dami Okta (Manajer Umum) PT Gamlindo Nusa, membantah pemberitaan Tempo pada tahun 2013 bahwa gedung itu miring.[12] Menurut mereka, gedung itu sengaja dikosongkan sampai masa sewa penyewa habis dan skema penyewaan pada calon penyewa berikutnya adalah satu gedung secara keseluruhan.[12]

Manajemen buruk

Pada tahun 2012 situs web Merdeka.com mencatat bahwa Menara Saidah dikelola oleh beberapa perusahaan berbeda namun masih di dalam Merial Group; Diantaranya PT Merial Esa dan PT Merial Medika,[2] Banyaknya pihak yang ikut mengelola gedung, termasuk kakak-adiknya, juga ikut mengelola, membuat harga sewa menjadi tinggi.[2]

Pada tahun 2013 Kepala Suku Dinas P2B Putu Indiana membantah adanya kegagalan konstruksi dan menyatakan terbengkalainya Menara Saidah dikarenakan masalah internal manajemen yang tidak dikelola dengan baik dan kisruh kepemilikan.[13] Pengecekan kemiringan bangunan menurut Putu dilakukan menggunakan alat ukur bernama teodolit, dan dikonfirmasi tidak miring oleh Kepala Suku Dinas P2B Jakarta Selatan.[13]

Pemprov DKI Jakarta

Djarot Saiful Hidayat, mantan wakil gubernur DKI Jakarta, pada tahun 2016 menyatakan niatnya untuk mengambil alih Menara Saidah ke dalam pemanfaatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.[14]

Longsor tanah

Pada Kamis, 12 Oktober 2017, terjadi longsoran dari dinding penahan tanah yang ada di depan Menara Saidah. Longsoran ini masuk ke dalam area pekerjaan light rail transit (LRT) Jakarta yang sedang dikonstruksi PT. Adhi Karya. Sekretaris perusahaan, Ki Syahgolang, menyatakan bahwa longsoran ini tidak berdampak terhadap tiang maupun fondasi LRT. Pihaknya kemudian menutup lereng di sisi gedung ini serta membersihkan tanah yang longsor ke dalam area pekerjaan LRT.[15]

Dalam budaya populer

Cerita hantu

Gedung ini merupakan lokasi utama dari berbagai cerita hantu yang beredar dalam kisah populer masyarakat Jakarta. Antara lain, CNNIndonesia.com melansir bahwa terdapat mitos dasar gedung tersebut merupakan "tempat tinggal kuntilanak merah dan koloni siluman". Daud, seorang paranormal yang diwawancarai, mengatakan bahwa kuntilanak tersebut adalah korban kecelakaan kereta dari rel yang berada di dekat menara. Sementara koloni siluman yang ada di dasar gedung merupakan bagian dari praktik pesugihan orang-orang yang menanggap kramat menara itu. Kisah di koran digital itu sendiri pun ditulis lantaran ada gosip terkait pesanan ojek daring yang didapat dari menara terbengkalai itu.[16]

Film

Menara ini menjadi latar belakang bagi film Menara Stasiun Cawang, yang pada awalnya diberi judul Menara Saidah. Film ini diproduksi oleh K2K Production dan dijadwalkan tayang pada 15 Oktober 2015. Akan tetapi, film ini batal tayang.[17]

Tur kota

Biang Overlander, sebuah operator tur kota Jakarta, memasukkan Menara Saidah ke dalam daftar tempat yang dikunjungi untuk Jakarta Mystical Tour, yang berpusat pada eksplorasi tempat-tempat dengan cerita horor di sekitar Jakarta.[18]

Rujukan

  1. ^ a b c d Situs Hutama Karya: Menara Saidah. Diakses 2 Juni 2013. (Versi arsip Archieve.org)
  2. ^ a b c d e f Situs Merdeka.com: Menara Saidah, kisah kejayaan yang singkat. Dipublikasikan 25 Mei 2012. Diakses 2 Juni 2013
  3. ^ a b c Situs Merdeka.com: Bagaimana nasib Menara Saidah ke depan?. Dipublikasikan Sabtu, 26 Mei 2012. Diakses 2 Juni 2013
  4. ^ Suara Merdeka: Memaknai Cincin Kawin 2,12 Karat Diarsipkan 2013-06-17 di Wayback Machine.. Dipublikasikan Sabtu, 3 April 2004. Diakses 2 Juni 2013
  5. ^ Jurnal.net: Satu Hati dengan Mertua; Ketika Inneke Perankan Wanita Teraniaya, Mertuanya Ikut Sedih. Dipublikasikan 16 Oktober 2006
  6. ^ a b Yasmin, Puti. "Fakta Seputar Menara Saidah, Gedung yang Penuh Cerita Horor". detikfinance. Diakses tanggal 2020-02-22. 
  7. ^ a b c d Situs Vivanews: Kenapa Menara Saidah Dibiarkan Kosong? Kondisi bangunan Menara Saidah sudah tak terawat, sepi dan tak terhuni. Dipublikasikan 29 Juli 2011. Diakses 2 Juni 2013
  8. ^ a b c Situs Merdeka.com: Menara Saidah kerap didatangi para calo. Dipublikasikan 25 Mei 2012. Diakses 2 Juni 2013.
  9. ^ Situs Merdeka.com: Dicari, satpam penjaga Menara Saidah. Dipublikasikan 25 Mei 2013. Diakses 2 Juni 2013
  10. ^ a b c d e Merdeka.com: Konstruksi Menara Saidah bermasalah sejak awal. Dipublikasikan 25 Mei 2012. Diakses 2 Juni 2013
  11. ^ a b c d e Tempo: Menara Saidah Miring, Pemda Jakarta Ikut Salah
  12. ^ a b Tempo: Pengelola Menara Saidah: Gedung Itu Tidak Miring
  13. ^ a b Tempo: Ini Kata Dinas P2B tentang Menara Saidah Miring. Dipublikasikan 14 Mei 2013.Diakses 2 Juni 2013
  14. ^ "Daripada Jadi Rumah Hantu, Wagub DKI: Menara Saidah Akan Diambil Alih Pemprov DKI". Warta Kota. Diakses tanggal 2020-02-22. 
  15. ^ VIVA, PT VIVA MEDIA BARU- (2017-10-13). "Longsor Depan Menara Saidah, Ini Penjelasan PT Adhi Karya - VIVA". Viva. Diakses tanggal 2020-02-22. 
  16. ^ Fajriyah, Titi. "Misteri Kuntilanak Merah di Menara Saidah". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2020-02-22. 
  17. ^ Astuti, Lutfi Dwi Puji (2019-10-01). "Menara Saidah Sempat jadi Lokasi Syuting Film, Pemainnya Bilang Sereem". Viva. Diakses tanggal 2020-02-22. 
  18. ^ Cahyana, Ludhy (2019-11-02). "Ini Dia Rute Wisata Horor Jakarta Mystical Tour". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-02-22.