Lompat ke isi

Kebenaran: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Nzrdnd (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Nzrdnd (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 22: Baris 22:
# Jadi, Soekarno adalah mantan presiden.
# Jadi, Soekarno adalah mantan presiden.


Contoh diatas merupakan contoh argumen yang tidak valid dilahat dari masalah bentuk logikal, walaupun semua pernyataannya adalah benar.<ref name=":0" />
Contoh diatas merupakan contoh argumen yang tidak valid dilahat dari masalah bentuk logikal, walaupun semua pernyataannya adalah benar.<ref>{{Cite book|last=Arief Sidharta|first=B.|date=2010|url=|title=Pengantar Logika : Sebuah Langkah Pertama Pengenalan Medan Telaah|location=Bandung|publisher=Refika Aditama|isbn=979-1073-49-X|edition=Cet. 3|pages=10|others=|oclc=958848822|url-status=live}}</ref>

== Macam-macam Kebenaran ==
Dalam pengetahuan, kebenaran dibagi menjadi dua macam, yaitu kebenaran mutlak atau absolut, kebenaran abadi yang tidak berubah-ubah dan tidak dipengaruhi oleh faktor lain dan kebenaran nisbi, kebenaran yang berubah-ubah dan dipengaruhi oleh faktor lain. Kebenaran absolut bersumber dari wahyu sedangkan kebenaran yang bersumber pada rasio disebut dengan kebenaran rasionalisme dan yang bersumber pada indra menghasilkan kebenaran empirisme.<ref>{{Cite journal|last=Mahfud|first=Mahfud|date=2018-08-25|title=MENGENAL ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, AKSIOLOGI DALAM PENDIDIKAN ISLAM|url=http://dx.doi.org/10.37348/cendekia.v4i1.58|journal=CENDEKIA : Jurnal Studi Keislaman|volume=4|issue=1|doi=10.37348/cendekia.v4i1.58|issn=2579-5503}}</ref>

Kebenaran empiris, yaitu kebenaran yang sudah biasa digunakan dan dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis untuk menerima atau menolak sesuatu.

Kebenaran logis, kebenaran yang masuk akan dan dapat diterima oleh ornag banyak, kebenaran in merupakan pernyatan hipotesis yang logis sejalan dengan penryataan lain yang telah diketahui sebagia kebenaran.

ebenaran etis, kebenaran yang diukur dengan dstandar nilai atau moral tertentu. Seseorang dianggap etis jika menyakan kebenaran tersebut berbuat sesuai dengan ukuran pelaksanaan yan gbersifat moral.


kebenaran metafisis, merupakan kebenaran yang sesuai denan kepercayaan dasar. kebenaran in merupakan kepercayaan yang harus diterima sebagaimnaa adanya. Kebenaran ini menghadirkan batas akhir berbeda dengan segala yang teruji dan tidak dapat dibuktikan dengan ketidakbenaran.


== Teori-teori Kebenaran ==
== Teori-teori Kebenaran ==
Pada kenyataannya, menentukan masalah kebenaran bukanlah hal yang mudah. Masalah tersebut telah memunculkan beberapa teori tentang kebenaran sebagai berikut.
Pada kenyataannya, menentukan masalah kebenaran bukanlah hal yang mudah. Masalah tersebut telah memunculkan beberapa teori tentang kebenaran yang sangat beraneka ragam sebagai berikut.


=== Teori Korespondensi ===
=== Teori Korespondensi ===
Pernyataan adalah benar jika isinya sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya. Kebenaran terdiri dari kesesuaian pikiran dengan kenyataan. Suatu keyakinan dapat disebut benar jika sesuai dengan fakta atau keyakinan yang benar adalah jika ide yang terkandung sesuai dengan objek sebagaimana kenyataannya. Pandangan ini tidak hana banyak dianut oleh para filsuf tetapi mirip dengan penggunaan aka sehat yang berbicara tentang keebenaran. Permasalahan muncul ketika ditanyakan tentang apa yang dimaksud dengan kesesuaian ide dan objek, keyakinan dan fakta, serta pikiran dan kenyataan.<ref>{{Cite book|last=John Herman Randall|first=Jr|date=1942|url=http://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.168967|title=Philosophy An Introduction|pages=133|url-status=live}}</ref>


=== Teori Koherensi ===
=== Teori Koherensi ===
Kebenaran adalah kesesuaian antara sebuah pernyataan dengan pernyataan lain yang diterima sebagai benar atau jika makna yang dikandung dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman. Dengan kaa lain, suatu proposisi benar jika memiliki hubungan dengan ide dari proposisi yang telah ada dan benar adanya. Contoh, telah diketahui bahwa semua manusia akan mati. Jika Ahmad adalah manusia, maka Ahmad akan mati adalah pernyataan yang benar, sebab konsisten dengan pernyataan sebelumnya.<ref>{{Cite journal|last=Tamrin|first=Abu|date=2019-01-25|title=Relasi Ilmu, Filsafat dan Agama Dalam Dimensi Filsafat Ilmu|url=http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/10490|journal=SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i|volume=6|issue=1|pages=71–96|doi=10.15408/sjsbs.v6i1.10490|issn=2654-9050}}</ref>


=== Teori Pragmatik ===
=== Teori Pragmatik ===
Pernyataan yang benar adalah pernyataan yang efektif. Menurut teori ini, kebenaran suatu pernyataan diukur secara fungsional.

=== Teori Performatif ===
Menurut teori ini, pernyataan kebenaran bukanlah kualitas dari sesuatu tetapi merupakan sebuah tindakan. Untuk menyatakan sesuatu adalah benar, cukup dilakukan tindakan persetujuan terhadap apa yang telah dinyatakan. Jadi sesuatu dapat dianggap benar jika memang dapat dilaksanakan dalam tindakan.<ref>{{Cite book|last=Susanto|first=A.|date=2021-04-28|url=https://books.google.co.id/books?id=sn8rEAAAQBAJ&pg=PA90&source=gbs_selected_pages&cad=2#v=onepage&q&f=false|title=Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis|publisher=Bumi Aksara|isbn=978-602-217-002-0|pages=87|language=id|url-status=live}}</ref>


=== Teori Intersubjektivitas ===
=== Teori Intersubjektivitas ===
Kebenaran adalah kesesuaian yang dapat diterima oleh orang terutama di kalangan para ahli.


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 18 Desember 2021 14.23

Walter Seymour Allward, Veritas, 1920

Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan objek[1] bisa juga diartikan suatu pendapat atau perbuatan seseorang yang sesuai dengan (atau tidak ditolak oleh) orang lain dan tidak merugikan diri sendiri.

Kebenaran adalah lawan dari kekeliruan yang merupakan objek dan pengetahuan tidak sesuai.

Roda sebuah mobil berbentuk segitiga. Kenyataannya bentuk roda adalah bundar, karena pengetahuan tidak sesuai dengan objek maka dianggap keliru. Namun saat dinyatakan bentuk roda adalah bundar dan terjadi kesesuaian, maka pernyataan dianggap benar.

Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan objek, yakni pengetahuan yang obyektif. Karena suatu objek memiliki banyak aspek, maka sulit untuk mencakup keseluruhan aspek (mencoba meliputi seluruh kebenaran dari objek tersebut)

Pertanyaan tentang kebenaran, banyak diperdebatkan oleh teologiwan, filsuf, dan ahli logika.

Salah satu cara sederhana untuk mempelajari suatu subjek adalah menentukan segala sesuatu yang bisa benar atau salah, termasuk pernyataan, proposisi, kepercayaan, kalimat, dan pemikiran.

Pengertian

Benar pada dasarnya adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan. Proposisi batu lebih ringan daripada kapuk merupakan proposisi yang salah, sebaliknya proposisi bumi bergerak mengelilingi matahari merupakan proposisi yang benar. Penentuan benar dan salah untuk proposisi tersebut didasarkan kepada kesesuaiannya dengan kenyataan yang sesungguhnya.Ukuran kebenaran kedua yaitu tida adanya pertentangan dalam dirinya. Suatu proposisi dinyatakan benar jika tidak ada pertentangan dari awal hingga akhir. Proposisi yang termasuk ke dalam prinsip ini yaitu, ia adalah orang jujur yang suka menipu. Pertentangan juga terdapat dalam pernyataan yang tidak dapat ditangkap pengertiannya, seperti pernyataan "Tuhan dapat membuat batu yang lebih besar dari diri-Nya". Pernyataan tersebut adalah contoh pernyataan yang salah karena tidak menghadirkan maksud yang pasti.[2]

Sedangkan istilah validitas berasal dari kata validus (Latin) yang berarti kuat, valid dalam kaitannya dengan logika berarti sah, kuat, atau sahih digunakan dalam arti penentuan valid tidaknya suatu proposisi. Suatu proposisi dikatakan valid jika kesimpulannya berakar dalam premis-premisnya atau premis-premisnya mengandung kesimpulan yang bersangkutan. Validitas suatu proposisi tergantung pada bentuk argumen dan tidak ditentukan oleh isi proposisi tersebut yang dinilai berdasarkan benar atau salah. Berarti validitas dari suatu proposisi tidak terganung pada ebenaran dari pernyataan-pernyataan tersebut. Contohnya:

  1. Semua mantan presiden adalah orang bertanggungjawab.
  2. Soekarno adalah orang bertanggungjawab.
  3. Jadi, Soekarno adalah mantan presiden.

Contoh diatas merupakan contoh argumen yang tidak valid dilahat dari masalah bentuk logikal, walaupun semua pernyataannya adalah benar.[3]

Macam-macam Kebenaran

Dalam pengetahuan, kebenaran dibagi menjadi dua macam, yaitu kebenaran mutlak atau absolut, kebenaran abadi yang tidak berubah-ubah dan tidak dipengaruhi oleh faktor lain dan kebenaran nisbi, kebenaran yang berubah-ubah dan dipengaruhi oleh faktor lain. Kebenaran absolut bersumber dari wahyu sedangkan kebenaran yang bersumber pada rasio disebut dengan kebenaran rasionalisme dan yang bersumber pada indra menghasilkan kebenaran empirisme.[4]

Kebenaran empiris, yaitu kebenaran yang sudah biasa digunakan dan dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis untuk menerima atau menolak sesuatu.

Kebenaran logis, kebenaran yang masuk akan dan dapat diterima oleh ornag banyak, kebenaran in merupakan pernyatan hipotesis yang logis sejalan dengan penryataan lain yang telah diketahui sebagia kebenaran.

ebenaran etis, kebenaran yang diukur dengan dstandar nilai atau moral tertentu. Seseorang dianggap etis jika menyakan kebenaran tersebut berbuat sesuai dengan ukuran pelaksanaan yan gbersifat moral.


kebenaran metafisis, merupakan kebenaran yang sesuai denan kepercayaan dasar. kebenaran in merupakan kepercayaan yang harus diterima sebagaimnaa adanya. Kebenaran ini menghadirkan batas akhir berbeda dengan segala yang teruji dan tidak dapat dibuktikan dengan ketidakbenaran.

Teori-teori Kebenaran

Pada kenyataannya, menentukan masalah kebenaran bukanlah hal yang mudah. Masalah tersebut telah memunculkan beberapa teori tentang kebenaran yang sangat beraneka ragam sebagai berikut.

Teori Korespondensi

Pernyataan adalah benar jika isinya sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya. Kebenaran terdiri dari kesesuaian pikiran dengan kenyataan. Suatu keyakinan dapat disebut benar jika sesuai dengan fakta atau keyakinan yang benar adalah jika ide yang terkandung sesuai dengan objek sebagaimana kenyataannya. Pandangan ini tidak hana banyak dianut oleh para filsuf tetapi mirip dengan penggunaan aka sehat yang berbicara tentang keebenaran. Permasalahan muncul ketika ditanyakan tentang apa yang dimaksud dengan kesesuaian ide dan objek, keyakinan dan fakta, serta pikiran dan kenyataan.[5]

Teori Koherensi

Kebenaran adalah kesesuaian antara sebuah pernyataan dengan pernyataan lain yang diterima sebagai benar atau jika makna yang dikandung dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman. Dengan kaa lain, suatu proposisi benar jika memiliki hubungan dengan ide dari proposisi yang telah ada dan benar adanya. Contoh, telah diketahui bahwa semua manusia akan mati. Jika Ahmad adalah manusia, maka Ahmad akan mati adalah pernyataan yang benar, sebab konsisten dengan pernyataan sebelumnya.[6]

Teori Pragmatik

Pernyataan yang benar adalah pernyataan yang efektif. Menurut teori ini, kebenaran suatu pernyataan diukur secara fungsional.

Teori Performatif

Menurut teori ini, pernyataan kebenaran bukanlah kualitas dari sesuatu tetapi merupakan sebuah tindakan. Untuk menyatakan sesuatu adalah benar, cukup dilakukan tindakan persetujuan terhadap apa yang telah dinyatakan. Jadi sesuatu dapat dianggap benar jika memang dapat dilaksanakan dalam tindakan.[7]

Teori Intersubjektivitas

Kebenaran adalah kesesuaian yang dapat diterima oleh orang terutama di kalangan para ahli.

Referensi

  1. ^ Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.5
  2. ^ Mundiri (2017). Logika. Depok: Rajawali Pers. hlm. 10. ISBN 979-421-398-5. OCLC 963195783. 
  3. ^ Arief Sidharta, B. (2010). Pengantar Logika : Sebuah Langkah Pertama Pengenalan Medan Telaah (edisi ke-Cet. 3). Bandung: Refika Aditama. hlm. 10. ISBN 979-1073-49-X. OCLC 958848822. 
  4. ^ Mahfud, Mahfud (2018-08-25). "MENGENAL ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, AKSIOLOGI DALAM PENDIDIKAN ISLAM". CENDEKIA : Jurnal Studi Keislaman. 4 (1). doi:10.37348/cendekia.v4i1.58. ISSN 2579-5503. 
  5. ^ John Herman Randall, Jr (1942). Philosophy An Introduction. hlm. 133. 
  6. ^ Tamrin, Abu (2019-01-25). "Relasi Ilmu, Filsafat dan Agama Dalam Dimensi Filsafat Ilmu". SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i. 6 (1): 71–96. doi:10.15408/sjsbs.v6i1.10490. ISSN 2654-9050. 
  7. ^ Susanto, A. (2021-04-28). Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Bumi Aksara. hlm. 87. ISBN 978-602-217-002-0.