Lompat ke isi

Substansi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
WahyuNF (bicara | kontrib)
k Menambah Kategori:Ilmu kalam menggunakan HotCat
WahyuNF (bicara | kontrib)
menambahkan tulisan dan rujukan
Baris 4: Baris 4:


=== Sudut pandang filsafat ===
=== Sudut pandang filsafat ===
Para filsuf memberikan pengertian terhadap substansi sebagai [[esensi]] yang berada di [[alam semesta]] yang tidak memerlukan perwujudan yang tidak membutuhkan esensi. Substansi ini merupakan suatu makna yang sifatnya universal. Segala sesuatu yang termasuk substansi akan menjadi suatu subjek yang tidak memiliki ketergantungan dengan sesuatu apapun. Substansi adalah segala sesuatu yang keberadaannya akibat dari dirinya sendiri. Keberadaan substansi tidak memiliki kebergantungan dengan keberadaan dari sesuatu yang lain.{{Sfn|Nuruddin|2021|p=39-40}}
Para filsuf memberikan pengertian terhadap substansi sebagai [[esensi]] yang berada di [[alam semesta]] yang tidak memerlukan perwujudan yang tidak membutuhkan esensi. Substansi ini merupakan suatu makna yang sifatnya universal. Segala sesuatu yang termasuk substansi akan menjadi suatu subjek yang tidak memiliki ketergantungan dengan sesuatu apapun. Substansi adalah segala sesuatu yang keberadaannya akibat dari dirinya sendiri. Keberadaan substansi tidak memiliki kebergantungan dengan keberadaan dari sesuatu yang lain.{{Sfn|Nuruddin|2021|p=39-40}} Para filsuf secara umum membagi substansi menjadi lima bagian, yaitu [[materi]], [[bentuk]], korpus, [[jiwa]] dan [[akal]].{{Sfn|Nuruddin|2021|p=49}}


=== Sudut pandang ahli kalam ===
=== Sudut pandang ahli kalam ===
Dalam sudut pandang ahli [[kalam]], pengertian substansi berkaitan dengan konsep kebertempatan. Substansi diartikan sebagai sesuatu yang bertempat, tetapi kebertempatannya tidak berkaitan dengan kebertempatan sesuatu yang lain. Kebertempatan pada substansi terjadi karena dirinya sendiri.{{Sfn|Nuruddin|2021|p=40}}
Dalam sudut pandang ahli [[kalam]], pengertian substansi berkaitan dengan konsep kebertempatan. Substansi diartikan sebagai sesuatu yang bertempat, tetapi kebertempatannya tidak berkaitan dengan kebertempatan sesuatu yang lain. Kebertempatan pada substansi terjadi karena dirinya sendiri.{{Sfn|Nuruddin|2021|p=40}}

=== Sudut pandang teolog ===
Para teolog secara umum membagi substansi menjadi dua bagian, yaitu atom dan sesuatu yang tersusun dari atom yang dapat dibagi.{{Sfn|Nuruddin|2021|p=49}}


== Konsep dasar ==
== Konsep dasar ==

Revisi per 2 Maret 2022 15.03

Substansi pada dasarnya adalah aspek inti dari sesuatu.[1]

Sudut pandang pengertian

Sudut pandang filsafat

Para filsuf memberikan pengertian terhadap substansi sebagai esensi yang berada di alam semesta yang tidak memerlukan perwujudan yang tidak membutuhkan esensi. Substansi ini merupakan suatu makna yang sifatnya universal. Segala sesuatu yang termasuk substansi akan menjadi suatu subjek yang tidak memiliki ketergantungan dengan sesuatu apapun. Substansi adalah segala sesuatu yang keberadaannya akibat dari dirinya sendiri. Keberadaan substansi tidak memiliki kebergantungan dengan keberadaan dari sesuatu yang lain.[2] Para filsuf secara umum membagi substansi menjadi lima bagian, yaitu materi, bentuk, korpus, jiwa dan akal.[3]

Sudut pandang ahli kalam

Dalam sudut pandang ahli kalam, pengertian substansi berkaitan dengan konsep kebertempatan. Substansi diartikan sebagai sesuatu yang bertempat, tetapi kebertempatannya tidak berkaitan dengan kebertempatan sesuatu yang lain. Kebertempatan pada substansi terjadi karena dirinya sendiri.[4]

Sudut pandang teolog

Para teolog secara umum membagi substansi menjadi dua bagian, yaitu atom dan sesuatu yang tersusun dari atom yang dapat dibagi.[3]

Konsep dasar

Esensi

Substansi selalu dikaitkan dengan esensi. Esensi diartikan sebagai sebuah pemaknaan universal dalam memberikan jawaban mengenai 'apa itu' dari sesuatu. Esensi juga diartikan sebagai sesuatu yang karena keberadaannya menjadikan sesuatu yang lain untuk menjadi dirinya sendiri.[5]

Wujud

Konsep mengenai wujud diperlukan untuk memahami substansi yang berkaitan dengan kebertempatan dan keberadaan. Wujud diartikan sebagai sesuatu yang ditempati. Keberadaannya ada karena dirinya sendiri dan keberadaannya membuat sesuatu yang lain dapat berada dalam dirinya sendiri.[5]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Nuruddin 2021, hlm. 39.
  2. ^ Nuruddin 2021, hlm. 39-40.
  3. ^ a b Nuruddin 2021, hlm. 49.
  4. ^ Nuruddin 2021, hlm. 40.
  5. ^ a b Nuruddin 2021, hlm. 40-41.

Daftar pustaka

  • Nuruddin, Muhammad (2021). Ilmu Maqulat dan Esai-Esai Pilihan Seputar Logika, Kalam dan FIlsafat. Depok: Keira. ISBN 978-623-7754-24-4.