Muhammad Afif al-Banjari: Perbedaan antara revisi
Perbaikan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Perbaikan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 7: | Baris 7: | ||
<!-- ----------- --> |
<!-- ----------- --> |
||
|jalur_ayah = Bin Anang H. Mahmud bin Jamaluddin al-Banjari |
|jalur_ayah = Bin Anang H. Mahmud bin Jamaluddin al-Banjari |
||
|jalur_ibu = Bin Sari Binti Khakifah H. Zainuddin bin [[ |
|jalur_ibu = Bin Sari Binti Khakifah H. Zainuddin bin Syekh [[Muhammad Arsyad al-Banjari]] |
||
|nasab = |
|nasab = |
||
<!-- ----------- --> |
<!-- ----------- --> |
Revisi per 15 Maret 2022 06.52
Datu Landak | |
---|---|
Nama | Muhammad Afif |
Nisbah | al-Banjari |
Keluarga | Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjary |
Syekh Muhammad Afif bin Qadhi H. Mahmud bin Jamaluddin al-Banjari, yang bergelar Datu Landak adalah seorang ulama dari Martapura, Banjar, Kalimantan Selatan
Silsilah
Muhammad Afif adalah cicit dari ulama besar kalimantan Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjary dengan silsilah Muhammad Afif bin Sari binti Khalifah Zainuddin bin Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Adapun Ayah Beliau keturunan Pangeran Diponegoro dengan Silsilah Muhammad Afif bin Anang Mahmud bin Jamaluddin bin Kyai Dipasunda bin Pangeran Diponegoro. Ia adalah ayah dari Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari. Ia lahir di Kampung Dalam Pagar, Martapura, Banjar.
Riwayat
Diriwayatkan, Muhammad Afif diberi gelar Datu Landak adalah karena pada waktu berzikir seluruh bulu badannya memancarkan cahaya hingga tegak seperti bulu binatang landak.
Diriwayatkan pula, Muhammad Afif dipercaya oleh masyarakat untuk mencari beberapa batang ulin (kayu ulin) yang akan dijadikan sebagai tiang guru dalam pembangunan Masjid Jami Martapura (sekarang beranama Masjid Agung Al Karomah. Dia berangkat ke Kalimantan Tengah bersama Khalid, Idrus, dan Lotoh. Berbagai macam rintangan dan hambatan telah banyak dilalui hingga akhirnya diperolehlah batang ulin yang dimaksud. Karena keramat yang diberikan Allah padanya, kayu ulin yang besar itu hanya dicabut dan ditarik dengan tangan saja. Kayu ulin kemudian dihanyutkan di sungai Barito.
Pada tanggal 10 Rajab 1315 H (5 Desember 1897), dimulailah pemancangan empat tiang guru dengan kayu ulin tersebut. Saat itu masyarakat kebingungan tentang cara mendirikan kayu besar tersebut. Oleh Muhammad Afif, ia menepuk tanah beberapa kali, seketika kayu ulin besar itu semuanya tegak berdiri dengan sendirinya dengan izin Allah.
Hingga sekarang, seiring perkembangan zaman, bentuk struktur Masjid Al Karomah telah mengalami perubahan menjadi masjid modern, tetapi tiang guru yang menjadi cikal bakal pendirian masjid tersebut tetap dipertahankan sebagai warisan dari Muhammad Afif Datu Landak.[1]
Baca juga
Referensi
- ^ https://www.kompasiana.com/ahmadbuyung/54f8c1a1a3331161198b4896/makam-gusti-kacil-ada-di-pulau-bangka Makam Gusti Kacil Ada di Pulau Bangka ]