Lompat ke isi

Alga: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: menghilangkan bagian [ * ] Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Tag: kemungkinan spam pranala Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 102: Baris 102:
Alga merah Diginea simplex merupakan menjadi salah satu bahan utama dalam pembuatan [[obat-obatan]]. "Tse-ko-Tsoi" merupakan salah satu jenis obat cacing yang berasa dari Cina Selatan. Algae juga telah digunakan manusia untuk pengobatan penyakit ginjal, kandung kemih dan paru-paru.{{Sfn|Rasyid|2004|p=14}}
Alga merah Diginea simplex merupakan menjadi salah satu bahan utama dalam pembuatan [[obat-obatan]]. "Tse-ko-Tsoi" merupakan salah satu jenis obat cacing yang berasa dari Cina Selatan. Algae juga telah digunakan manusia untuk pengobatan penyakit ginjal, kandung kemih dan paru-paru.{{Sfn|Rasyid|2004|p=14}}


== Referensi ==
== Referensi dan daftar pustaka ==
{{Reflist|28em}}
{{Reflist|28em}}
{{cite journal|last=Rasyid|first=Abdullah|date=2004|title=Berbagai Manfaat Alga|url=http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxix(3)9-15.pdf|journal=Oseana|volume=29|issue=4|pages=9–15|doi=|issn=0216-1877|ref={{sfnref|Rasyid|2004}}|url-status=live}}


== Bibliografi ==
== Bibliografi ==

Revisi per 27 Mei 2022 05.05

Alga
Rentang waktu: Mesoproterozoic–saat ini[1]
Berbagai macam alga tumbuh di dasar laut di air dangkal
Berbagai macam alga tumbuh di dasar laut di air dangkal
Klasifikasi ilmiah
Domain: Eukaryota, Bacteria
Kelompok yang termasuk
Kelompok yang tidak termasuk secara tradisional, namun secara kladistik termasuk

Alga adalah sekumpulan organisme autotrof maupun heterotrof (mixotrof) yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Sebagian besar merupakan fototrof, yaitu memperoleh makanan dengan bantuan foton (cahaya), tetapi ada pula yang memperoleh nutrisi melalui kombinasi fototrof dengan osmotrof (memperoleh nutrisi dengan osmosis), myzotrof (memperoleh nutrisi dengan menghisap sel lain), phagotrof (memperoleh nutrisi dengan memangsa partikel). Penggolongan alga secara tersendiri dibedakan dari tumbuhan Karena tidak memiliki "organ" seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus. Alga merupakan jenis tanaman non-vaskuler yang melakukan fotosintesis. Alga memiliki klorofil a serta memiliki sistem reproduksi yang sederhana. Alga dapat dikelompok atas 2 bagian, yaitu alga makro dan alga mikro.[2]

Istilah ganggang pernah dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti Hydrilla.

Dalam taksonomi yang banyak didukung para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan dalam satu kelompok divisi atau kelas tersendiri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan fakta-fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu kelompok takson tersendiri.

Kelompok-kelompok alga

Dalam pustaka-pustaka lama, alga selalu gagal diusahakan masuk dalam satu kelompok, baik yang bersel satu maupun yang bersel banyak. Salah satu contohnya adalah pemisahan alga bersel satu (misalnya Euglena ke dalam Protozoa) dari alga bersel banyak (ke dalam Thallophyta).

Belakangan disadari sepenuhnya bahwa pengelompokan sebagai satu klad tidak memungkinkan bagi semua alga, bahkan setelah dipisahkan berdasarkan organisasi selnya, karena sebagian alga bersel satu lebih dekat berkerabat dengan alga bersel banyak tertentu.

Saat ini, alga hijau dimasukkan ke dalam kelompok (klad) yang lebih berdekatan dengan semua tumbuhan fotosintetik (membentuk klad Viridiplantae). Alga merah merupakan kelompok tersendiri (Rhodophycophyta atau Rhodophyceae); demikian juga alga pirang (Phaeophycophyta atau Phaeophyceae) dan alga keemasan (Chrysophyceae).

Alga prokariotik

Alga biru-hijau kini dimasukkan sebagai bakteri sehingga dinamakan Cyanobacteria ("bakteri biru-hijau", dulu disebut Cyanophyceae, "alga biru-hijau") Dengan demikian, sebutan "alga" menjadi tidak valid. Cyanobacteria memiliki struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, tetapi mampu melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil.

Sebelumnya, alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan Monera. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki karakteristik bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri benar (Eubacteria). Sebagai tambahan, beberapa kelompok organisme yang sebelumnya dimasukkan sebagai bakteri, sekarang malah dipisahkan menjadi kerajaan tersendiri, Archaea.

Alga eukariotik

Diagram yang menggambarkan teori mengenai evolusi alga (dan tumbuhan) masa kini yang banyak didukung.

Jenis-jenis alga lainnya memiliki struktur sel eukariotik dan mampu berfotosintesis, entah dengan klorofil maupun dengan pigmen-pigmen lain yang membantu dalam asimilasi energi.

Dalam taksonomi paling modern, alga-alga eukariotik meliputi filum/divisio berikut ini. Perlu disadari bahwa pengelompokan semua alga eukariotik sebagai Protista dianggap tidak valid lagi karena sebagian alga (misalnya alga hijau dan alga merah) lebih dekat kekerabatannya dengan tumbuhan daripada eukariota bersel satu lainnya.

Manfaat alga

Sumber Utama Energi dan Makanan

Manfaat utama algae yang sangat diperlukan sebagai bagian dari penghasil utama bahan organik dan rantai makanan didalam suatu ekosistem perairan.[3]

Makanan Manusia

Alga telah digunakan sebagai bahan makanan sejak ratusan tahun yang lalu. Lebih dari 100 jenis algae yang telah digunakan sebagai bahan makanan di berbagai belahan dunia, karena alga engandung sejumlah mineral, vitamin, karbohidrat dan protein.[3]

Obat-Obatan

Alga merah Diginea simplex merupakan menjadi salah satu bahan utama dalam pembuatan obat-obatan. "Tse-ko-Tsoi" merupakan salah satu jenis obat cacing yang berasa dari Cina Selatan. Algae juga telah digunakan manusia untuk pengobatan penyakit ginjal, kandung kemih dan paru-paru.[4]

Referensi dan daftar pustaka

Rasyid, Abdullah (2004). "Berbagai Manfaat Alga" (PDF). Oseana. 29 (4): 9–15. ISSN 0216-1877. 

Bibliografi

Umum

  • Chapman, V.J. (1950). Seaweeds and their Uses. London: Methuen & Co. Ltd. ISBN 978-0-412-15740-0. 
  • Fritsch, F.E. (1935/1945). The Structure and Reproduction of the Algae. I. and II. Cambridge, England: Cambridge University Press
  • van den Hoek, C., D.G. Mann, and H.M. Jahns (1995). Algae: an introduction to phycology. Cambridge University Press (623 pp).
  • Lembi, C.A.; Waaland, J.R. (1988). Algae and Human Affairs. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-32115-0. 
  • Mumford, T F; Miura, A (1988). "Porphyra as food: cultivation and economic". Dalam Lembi, C A; Waaland, J R. Algae and Human Affairs. Cambridge University Press. hlm. 87–117. ISBN 978-0-521-32115-0. .
  • Round, F E (1981). The Ecology of Algae. London: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-22583-0. 
  • Smith, G.M. (1938). Cryptogamic Botany, vol. 1. McGraw-Hill, New York.

Regional

Britania dan Irlandia
  • Brodie, Juliet; Burrows, Elsie M; Chamberlain, Yvonne M.; Christensen, Tyge; Dixon, Peter Stanley; Fletcher, R.L.; Hommersand, Max H; Irvine, Linda M; et al. (1977–2003). Seaweeds of the British Isles: A Collaborative Project of the British Phycological Society and the British Museum (Natural History). London, Andover: British Museum (Natural History), HMSO, Intercept. ISBN 978-0-565-00781-2. 
  • Cullinane, John P (1973). Phycology of the South Coast of Ireland. Cork: Cork University Press. 
  • Hardy, F G; Aspinall, R J (1988). An Atlas of the Seaweeds of Northumberland and Durham. The Hancock Museum, University Newcastle upon Tyne: Northumberland Biological Records Centre. ISBN 978-0-9509680-5-6. 
  • Hardy, F G; Guiry, Michael D; Arnold, Henry R (2006). A Check-list and Atlas of the Seaweeds of Britain and Ireland (edisi ke-Revised). London: British Phycological Society. ISBN 978-3-906166-35-3. 
  • John, D M; Whitton, B A; Brook, J A (2002). The Freshwater Algal Flora of the British Isles. Cambridge, UK; New York: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-77051-4. 
  • Knight, Margery; Parke, Mary W (1931). Manx Algae: An Algal Survey of the South End of the Isle of Man. Liverpool Marine Biology Committee (LMBC) Memoirs on Typical British Marine Plants & Animals. XXX. Liverpool: University Press. 
  • Morton, Osborne (1994). Marine Algae of Northern Ireland. Belfast: Ulster Museum. ISBN 978-0-900761-28-7. 
  • Morton, Osborne (1 December 2003). "The Marine Macroalgae of County Donegal, Ireland". Bulletin of the Irish Biogeographical Society. 27: 3–164. 
Australia
  • Huisman, J M (2000). Marine Plants of Australia. University of Western Australian (UWA) Press. ISBN 978-1-876268-33-6. 
Selandia Baru
  • Chapman, Valentine Jackson; Lindauer, VW; Aiken, M; Dromgoole, FI (1970) [1900, 1956, 1961, 1969]. The Marine algae of New Zealand. London; Lehre, Germany: Linnaean Society of London; Cramer. 
Eropa
  • Cabioc'h, Jacqueline; Floc'h, Jean-Yves; Le Toquin, Alain; Boudouresque, Charles-François; Meinesz, Alexandre; Verlaque, Marc (1992). Guide des algues des mers d'Europe: Manche/Atlantique-Méditerranée (dalam bahasa French). Lausanne, Suisse: Delachaux et Niestlé. ISBN 978-2-603-00848-5. 
  • Gayral, Paulette (1966). Les Algues de côtes françaises (manche et atlantique), notions fondamentales sur l'écologie, la biologie et la systématique des algues marines (dalam bahasa French). Paris: Doin, Deren et Cie. 
  • Guiry, M.D.; Blunden, G. (1991). Seaweed Resources in Europe: Uses and Potential. John Wiley & Sons. ISBN 978-0-471-92947-5. 
  • Míguez Rodríguez, Luís (1998). Algas mariñas de Galicia: bioloxía, gastronomía, industria (dalam bahasa Galician). Vigo: Edicións Xerais de Galicia. ISBN 978-84-8302-263-4. 
  • Otero, J. (2002). Guía das macroalgas de Galicia (dalam bahasa Galician). A Coruña: Baía Edicións. ISBN 978-84-89803-22-0. 
  • Bárbara, I.; Cremades, J. (1993). Guía de las algas del litoral gallego (dalam bahasa Spanish). A Coruña: Concello da Coruña – Casa das Ciencias. 
Arktik
  • Kjellman, Frans Reinhold (1883). The algae of the Arctic Sea: a survey of the species, together with an exposition of the general characters and the development of the flora. 20. Stockholm: Kungl. Svenska vetenskapsakademiens handlingar. hlm. 1–350. 
Greenland
  • Lund, Søren Jensen (1959). The Marine Algae of East Greenland. Kövenhavn: C.A. Reitzel. 9584734. 
Kepulauan Faroe
  • Børgesen, Frederik (1970) [1903]. "Marine Algae". Dalam Warming, Eugene. Botany of the Faröes Based Upon Danish Investigations. Part II. København: Det nordiske Forlag. hlm. 339–532. .
Kepulauan Canary
  • Børgesen, Frederik (1936) [1925, 1926, 1927, 1929, 1930]. Marine Algae from the Canary Islands. København: Bianco Lunos. 
Maroko
  • Gayral, Paulette (1958). Algues de la côte atlantique marocaine (dalam bahasa French). Casablanca: Rabat [Société des sciences naturelles et physiques du Maroc]. 
Afrika Selatan
  • Stegenga, H.; Bolton, J.J.; Anderson, R.J. (1997). Seaweeds of the South African West Coast. Bolus Herbarium, University of Cape Town. ISBN 978-0-7992-1793-3. 
Amerika Utara

Pranala luar