Lompat ke isi

Langit: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 14: Baris 14:
Dalam mitologi [[Aborigin]] Australia, [[Altjira (dewa)|Altjira]] (atau [[Arrernte]]) adalah dewa langit utama dan juga dewa pencipta. Dalam mitologi [[Iroquois]], [[Atahensic]] adalah dewi langit yang jatuh ke tanah selama penciptaan [[Bumi]]. Banyak budaya telah menggambar rasi bintang di antara bintang-bintang di langit, menggunakannya dalam kaitannya dengan legenda dan mitologi tentang dewa-dewa mereka.
Dalam mitologi [[Aborigin]] Australia, [[Altjira (dewa)|Altjira]] (atau [[Arrernte]]) adalah dewa langit utama dan juga dewa pencipta. Dalam mitologi [[Iroquois]], [[Atahensic]] adalah dewi langit yang jatuh ke tanah selama penciptaan [[Bumi]]. Banyak budaya telah menggambar rasi bintang di antara bintang-bintang di langit, menggunakannya dalam kaitannya dengan legenda dan mitologi tentang dewa-dewa mereka.


== Tujuh Langit ==
== Tujuh lapisan langit ==
{{utama|Tujuh Langit}}
{{utama|Tujuh Langit}}
Tujuh Langit adalah sebuah istilah alam [[kosmologi agama]] atau mitologis yang mengacu kepada tujuh lapisan atau bagian langit. Gagasan ini terdapat di dalam agama-agama Mesopotamia kuno, [[agama Yahudi]], [[agama Kristen]], dan [[agama Islam]]. Gagasan serupa juga terdapat di dalam agama-agama lain, misalnya [[agama Hindu]]. Beberapa agama, antara lain [[Jainisme]], juga memiliki gagasan tujuh bumi atau tujuh petala neraka, yang dipercaya memiliki [[kahyangan]] gaib dan benda-benda langitnya masing-masing.<ref name="Routledge">{{cite book |last=Hetherington |first=Norriss S. |date=2014 |orig-year=terbit perdana tahun 1993 |title=Encyclopedia of Cosmology (Routledge Revivals) : Historical, Philosophical, and Scientific Foundations of Modern Cosmology |url=https://books.google.com/books?id=EP9QAwAAQBAJ |publisher=Penerbit Routledge |pages=267, 401 |isbn= 978-1-306-58055-7 |access-date=3 Juni 2015 }}</ref>
Tujuh Langit adalah sebuah istilah alam [[kosmologi agama]] atau mitologis yang mengacu kepada tujuh lapisan atau bagian langit. Gagasan ini terdapat di dalam agama-agama Mesopotamia kuno, [[agama Yahudi]], [[agama Kristen]], dan [[agama Islam]]. Gagasan serupa juga terdapat di dalam agama-agama lain, misalnya [[agama Hindu]]. Beberapa agama, antara lain [[Jainisme]], juga memiliki gagasan tujuh bumi atau tujuh petala neraka, yang dipercaya memiliki [[kahyangan]] gaib dan benda-benda langitnya masing-masing.<ref name="Routledge">{{cite book |last=Hetherington |first=Norriss S. |date=2014 |orig-year=terbit perdana tahun 1993 |title=Encyclopedia of Cosmology (Routledge Revivals) : Historical, Philosophical, and Scientific Foundations of Modern Cosmology |url=https://books.google.com/books?id=EP9QAwAAQBAJ |publisher=Penerbit Routledge |pages=267, 401 |isbn= 978-1-306-58055-7 |access-date=3 Juni 2015 }}</ref>

Revisi per 2 September 2022 13.01

Seorang pria yang sedang memandangi bintang-bintang di langit malam
Awan berwarna merah jambu di langit pada saat matahari terbenam.

Langit adalah bagian atas dari permukaan bumi, dan digolongkan sebagai lapisan tersendiri yang disebut atmosfer. Langit terdiri dari banyak gas dan udara, dengan komposisi berbeda di tiap lapisannya. Langit sering terlihat berwarna biru ketika pagi maupun siang hari, karena udara membiaskan cahaya biru dari sinar matahari lebih banyak dibandingkan cahaya merah.[1][2][3][4] Langit dapat berubah warna dalam kondisi tertentu, misalnya merah ketika senja atau hitam saat turun hujan.

Perkiraan cuaca

Bersama dengan kecenderungan tekanan, kondisi langit merupakan salah satu parameter penting yang digunakan untuk meramal cuaca di daerah pegunungan. Menebalnya awan merupakan indikasi hujan dalam waktu dekat. Pada malam hari, awan cirrostratus tipis yang tinggi dapat menyebabkan halo di sekitar Bulan, menunjukkan datangnya arus udara hangat dan hujan.[5] Kabut di pagi hari menandakan kondisi cerah dan dapat dikaitkan dengan marine layer, indikasi atmosfer yang stabil.[6] Kondisi hujan didahului oleh angin atau awan yang mencegah terbentuknya kabut. Fenomena badai petir bisa menunjukkan datangnya arus udara dingin. Langit bebas awan merupakan indikasi cuaca cerah dalam waktu dekat.[7] Perkiraan cuaca dengan melihat langit telah memunculkan berbagai cerita rakyat.[8]

Mitologi

Banyak mitologi memiliki dewa yang terutama terkait dengan langit. Dalam agama Mesir Kuno, langit didewakan sebagai dewi Nut dan sebagai dewa Horus. Dyeus direkonstruksi sebagai dewa langit, atau langit yang dipersonifikasikan, dalam agama Proto-Indo-Eropa, di mana Zeus, dewa langit dan guntur dalam mitologi Yunani dan dewa Romawi langit dan guntur Jupiter.

Dalam mitologi Aborigin Australia, Altjira (atau Arrernte) adalah dewa langit utama dan juga dewa pencipta. Dalam mitologi Iroquois, Atahensic adalah dewi langit yang jatuh ke tanah selama penciptaan Bumi. Banyak budaya telah menggambar rasi bintang di antara bintang-bintang di langit, menggunakannya dalam kaitannya dengan legenda dan mitologi tentang dewa-dewa mereka.

Tujuh lapisan langit

Tujuh Langit adalah sebuah istilah alam kosmologi agama atau mitologis yang mengacu kepada tujuh lapisan atau bagian langit. Gagasan ini terdapat di dalam agama-agama Mesopotamia kuno, agama Yahudi, agama Kristen, dan agama Islam. Gagasan serupa juga terdapat di dalam agama-agama lain, misalnya agama Hindu. Beberapa agama, antara lain Jainisme, juga memiliki gagasan tujuh bumi atau tujuh petala neraka, yang dipercaya memiliki kahyangan gaib dan benda-benda langitnya masing-masing.[9]

Referensi

  1. ^ John Tyndall (Desember 1868). "On the Blue Colour of the Sky, the Polarization of Skylight, and on the Polarization of Light by Cloudy Matter Generally". Proceedings of the Royal Society. 17: 223–233. doi:10.1098/rspl.1868.0033. JSTOR 112380. 
  2. ^ Lord Rayleigh (Juni 1871). "On the scattering of light by small particles". Philosophical Magazine. 41, 275: 447–451. 
  3. ^ J.G. Watson (Juni 2002). "Visibility: Science and Regulation". J. Air & Waste Manage. Assoc. 52: 628–713. doi:10.1080/10473289.2002.10470813. Diakses tanggal 19 April 2007. [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ Gibbs, Philip (Mei 1997). "Why is the sky Blue?". Usenet Physics FAQ. Diakses tanggal 11 Desember 2012. 
  5. ^ Popular Mechanics (dalam bahasa Inggris). Hearst Magazines. Maret 1983. hlm. 148. 
  6. ^ National Weather Service Office, Oxnard, California (2012). "Climate of Los Angeles". noaa.gov. Diakses tanggal 31 Desember 2020. 
  7. ^ Henkel, Marlon. 21st Century Homestead: Sustainable Agriculture II: Farming and Natural Resources (dalam bahasa Inggris). Lulu.com. hlm. 238. ISBN 978-1-312-93968-4. 
  8. ^ "Skywatch". Wilstar.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 31 Desember 2020. 
  9. ^ Hetherington, Norriss S. (2014) [terbit perdana tahun 1993]. Encyclopedia of Cosmology (Routledge Revivals) : Historical, Philosophical, and Scientific Foundations of Modern Cosmology. Penerbit Routledge. hlm. 267, 401. ISBN 978-1-306-58055-7. Diakses tanggal 3 Juni 2015.