Lompat ke isi

Manuk Dadali: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Informasi
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
Baris 18: Baris 18:
* Lagu ini dinyanyikan dalam peringatan [[Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika 2015]] di Bandung. Lagu tersebut diaransemen
* Lagu ini dinyanyikan dalam peringatan [[Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika 2015]] di Bandung. Lagu tersebut diaransemen
* ulang oleh paduan suara orkestra TNI-AD
* ulang oleh paduan suara orkestra TNI-AD
* Bel kedatangan area daop (daerah operasi) 1 wilayah karawang serta daop 2 bandung.<ref>{{Cite web|last=Agency|first=ANTARA News|title=Lagu "Manuk Dadali" Semarakkan Napak Tilas KAA|url=https://jabar.antaranews.com/berita/53307/lagu-manuk-dadali-semarakkan-napak-tilas-kaa|website=ANTARA News Jawa Barat|access-date=2022-06-21}}</ref>
* Bel kedatangan area daop (daerah operasi) 1 wilayah karawang serta daop 2 bandung.<ref>{{Cite news|last=HP|first=Sapto|title=Lagu "Manuk Dadali" Semarakkan Napak Tilas KAA|url=https://jabar.antaranews.com/berita/53307/lagu-manuk-dadali-semarakkan-napak-tilas-kaa|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]|access-date=2022-06-21}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 3 November 2022 14.02

"Manuk Dadali"
Lagu
Diciptakan1962
GenreSunda kontemporer
PenciptaSambas Mangundikarta

"Manuk Dadali" adalah lagu Sunda kontemporer yang diciptakan oleh Sambas Mangundikarta. Dirilis pada tahun 1962, lagu ini menceritakan tentang Garuda, simbol nasional Indonesia.

Komposisi dan makna lirik

"Manuk Dadali" memuat empat bait. Dua bait pertama memuat kegagahan dan keperkasaan fisik Garuda. Dalam mengulas dua bait pertama ini, Nanang Hidayat, pemilik Rumah Garuda, menggunakan baris kedua bait pertama dan selanjutnya, kemudian bait kedua yang kesemuanya itu menggambarkan fisik Garuda. Dalam menulis lagu tersebut, penulis mendeskripsikan Garuda sebagai sosok burung raksasa yang membentangkan sayapnya lebar-lebar, memiliki kaki kuat dan kukuh, serta paruh tajam yang melengkung ke bawah. Garuda memiliki sifat berani, tak gentar, dan lincah sehingga disegani dan dihormati oleh makhluk hidup lain.[1]

Dua bait berikutnya memuat nilai-nilai luhur ke-Indonesiaan yang dicerminkan dari sifat Garuda. Garuda, dalam lagu tersebut, memiliki sifat tidak membeda-bedakan, hidup dalam keharmonisan, dan berjiwa kesatria.[1]

Dadali dalam bahasa Sunda aslinya bermakna "burung rajawali", tetapi menurut Hidayat, sah-sah saja memaknai "Manuk Dadali" sebagai "burung Garuda yang melambangkan Nusantara [kita].".[1]

Dalam tradisi musikal Sunda, lagu ini dimasukkan sebagai kawih atau kakawihan.[butuh rujukan]Kawih berarti nyanyian yang bukan tembang, maksudnya tidak terikat dengan aturan penulisan pupuh.[2]

Popularitas

Lagu "Manuk Dadali" pertama kali mengudara pada 1962 serta memuncaki tangga musik di RRI yang kala itu menjadi stasiun radio utama di Tatar Pasundan. Populernya lagu ini di masa itu kelak menyebabkan karya ini berevolusi menjadi sebuah identitas ke-Sundaan. Lagu ini bahkan digunakan sebagai lagu suporter sepak bola Persib Bandung. Namun dalam perkembangan selanjutnya, lagu ini berubah menjadi "lagu daerah Sunda" yang telah memiliki berbagai versi gubahan, sehingga eksistensinya dianggap sebagai karya seni bernilai estetika tinggi.[1]

Penggunaan

  • Lagu ini dinyanyikan dalam peringatan Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika 2015 di Bandung. Lagu tersebut diaransemen
  • ulang oleh paduan suara orkestra TNI-AD
  • Bel kedatangan area daop (daerah operasi) 1 wilayah karawang serta daop 2 bandung.[3]

Referensi

  1. ^ a b c d Hidayat, N.R. (2020). Mencari Telur Garuda. 2. Bantul: I:BOEKOE & Rumah Garuda. hlm. 142. ISBN 9789792690163. 
  2. ^ Rosidi, A. (2018). Kamus Istilah Sastera Indonesia. Bandung: Dunia Pustaka Jaya. ISBN 9794195243. 
  3. ^ HP, Sapto. "Lagu "Manuk Dadali" Semarakkan Napak Tilas KAA". ANTARA News. Diakses tanggal 2022-06-21.