Lompat ke isi

Pengguna:Blackman Jr./Bak pasir: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Blackman Jr. (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Blackman Jr. (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 21: Baris 21:


Batu-batu lainnya yang turut membentuk perahu melambangkan
Batu-batu lainnya yang turut membentuk perahu melambangkan
peringkat masing-masing kelompok. Dengan demikian perahu yang pertama, batu yang di tengah sekaligus yang terbesar, adalah tempat kedudukan raja, Sri Mahu. Batu di belakangnya adalah tempat kedudukan istrinya, Peri Ina. Batu yang ada di haluan perahu, milik ''matarumah'' Huwa'a, yang punya tingkat kepangkatan lebih tinggi daripada ''matarumah'' Pesulima dengan batu di buritan perahu. Raja berasal dari pulau Jawa. Setelah menetap untuk sementara di Lessidi, Huamoal, dia terus berlayar ke pulau Ambon dengan dua [[kora-kora]] (perahu) yang juga memuat anggota matarumah Huwa'a dan Pesulima yang telah bergabung dengan kelompoknya di Lessidi.
peringkat masing-masing kelompok. Dengan demikian perahu yang pertama, batu yang di tengah sekaligus yang terbesar, adalah tempat kedudukan raja, Sri Mahu. Batu di belakangnya adalah tempat kedudukan istrinya, Peri Ina. Batu yang ada di haluan perahu, milik ''matarumah'' Huwa'a, yang punya tingkat kepangkatan lebih tinggi daripada ''matarumah'' Pesulima dengan batu di buritan perahu. Raja berasal dari [[pulau Jawa]]. Setelah menetap untuk sementara di Lessidi, Huamoal, dia terus berlayar ke pulau Ambon dengan dua [[kora-kora]] (perahu) yang juga memuat anggota matarumah Huwa'a dan Pesulima yang telah bergabung dengan kelompoknya di Lessidi.
Pertama-tama mereka mendiami kampung yang disebut Kamuala, berlokasi di antara Hatu dan Laha di sisi Leihitu, Teluk Ambon. Namun akibat epidemi penyakit kulit yang berat, mereka terpaksa meninggalkan tempat itu dan membangun tempat baru yang berlokasi di hutan-hutan sagu Honipopu dekat Amantelu, yang merupakan daerah kekuasaan Soya. Akhirnya, Patih Soya mengajak mereka pindah ke Soya di mana Sri Mahu menjadi raja yang memimpin Soya dalam pepan dengan musuh bebuyutannya, kampung tetangga Ema....
Pertama-tama mereka mendiami kampung yang disebut Kamuala, berlokasi di antara Hatu dan Laha di sisi Leihitu, [[Teluk Ambon]]. Namun akibat epidemi penyakit kulit yang berat, mereka terpaksa meninggalkan tempat itu dan membangun tempat baru yang berlokasi di hutan-hutan sagu Honipopu dekat Amantelu, yang merupakan daerah kekuasaan Soya. Akhirnya, Patih Soya mengajak mereka pindah ke Soya di mana Sri Mahu menjadi raja yang memimpin Soya dalam pepan dengan musuh bebuyutannya, kampung tetangga Ema....


Demikian pula, soa yang kedua memiliki lima tempat duduk dan soa yang ketiga tiga tempat duduk, semuanya mewakili berbagai mata rumah di dalam masyarakat perahu asli mereka."
Demikian pula, soa yang kedua memiliki lima tempat duduk dan soa yang ketiga tiga tempat duduk, semuanya mewakili berbagai mata rumah di dalam masyarakat perahu asli mereka."

Revisi per 12 April 2023 07.04

Kerajaan Soya

Kependudukan

Migrasi orang Alifuru

Tak dapat dipungkiri bahwa sejarah terbentuknya negeri Soya sekarang ini, memiliki korelasi yang sangat historis dengan kehadiran Soya di masa prasejarah, yang berawal dari cerita migrasi sekelompok orang Alifuru dari pulau Seram. Khususnya bagi kelompok "Soya awal" atau "Soya mula-mula", menurut penuturan lisan para leluhur dan diwariskan dari generasi ke generasi, dituturkan bahwa Soya itu berasal dari sebuah negeri di kawasan Sawai, Seram Utara yang bernama "Soya" juga. Sementara penuturan lainnya juga mengakui, bahwa selain dari Seram Utara, ada juga yang datang dari sekitar daerah Tala di Seram Barat.

Dalam sejarah migrasi dan penyebaran penduduk yang keluar dari pulau Seram ke beberapa tempat di luar, termasuk ke wilayah Kepulauan Lease, dikonstatir bahwa para penduduk tersebut keluar menyeberangi lautan dengan menggunakan peralatan perahu dalam bentuk teknologi yang masih sangat sederhana, yang disebut gosepa atau rakit. Menurut tradisi sejarah lisan, manusia Soya awal, yang termasuk dalam salah satu kelompok migran "manusia perahu" tersebut, datang dari pulau Seram ke negeri Soya sekarang ini melalui 3 gelombang, lalu menetap di negeri Soya, membentuk klan baru, dan kemudian memilih nama tempat kediamannya yang baru tersebut sama dengan nama tempat asalnya. Hal mana dimaksudkan sebagai 'tanda dan peringatan, tentang siapakah mereka dan dari mana sebelumnya mereka datang'.

Melalui data risetnya tentang tempat-tempat suci di Soya dan sekaligus pula gambaran mengenai posisi dari perahu soa sebagai artefak pengakuan sejarah leluhur mengenai kedatangan kelompok marga yang datang dan mendiami negeri Soya dalam urutan pertama, kedua, dan ketiga, Bartels membuat ilustrasi dalam disertasinya tersebut. Pada ilustrasi tersebut, dikemukakan tentang posisi tiga perahu yang direkonstruksi kemudian dari batu megalit dan ditempatkan di puncak bukit yang rata, yang bernama Samurele.

Bartels menguraikan lebih lanjut, ketika terjadi migrasi manusia Soya awal dari Seram ke lokasi negeri Soya saat ini (usai peristiwa pica Nunusaku), antara lain sebagai berikut.

"Perahu batu soa pertama sekaligus dengan tingkat yang tertinggi, yang menjadi soa raja, berada terpisah di sebelah kanan, ketika memasuki alun-alun. Kedua perahu batu lainnya berdampingan di sisi yang berlawanan, dengan soa kedua di sebelah kanan dan yang ketiga di sebelah kiri....

Di tempat itu dilakukan dewan musyawarah kampung di mana orang-orang yang berkedudukan tinggi dari setiap soa akan duduk di perahu masing-masing, sementara pejabat dari dua soa rendah menghadapi batu perahu raja....

Batu-batu lainnya yang turut membentuk perahu melambangkan peringkat masing-masing kelompok. Dengan demikian perahu yang pertama, batu yang di tengah sekaligus yang terbesar, adalah tempat kedudukan raja, Sri Mahu. Batu di belakangnya adalah tempat kedudukan istrinya, Peri Ina. Batu yang ada di haluan perahu, milik matarumah Huwa'a, yang punya tingkat kepangkatan lebih tinggi daripada matarumah Pesulima dengan batu di buritan perahu. Raja berasal dari pulau Jawa. Setelah menetap untuk sementara di Lessidi, Huamoal, dia terus berlayar ke pulau Ambon dengan dua kora-kora (perahu) yang juga memuat anggota matarumah Huwa'a dan Pesulima yang telah bergabung dengan kelompoknya di Lessidi.

Pertama-tama mereka mendiami kampung yang disebut Kamuala, berlokasi di antara Hatu dan Laha di sisi Leihitu, Teluk Ambon. Namun akibat epidemi penyakit kulit yang berat, mereka terpaksa meninggalkan tempat itu dan membangun tempat baru yang berlokasi di hutan-hutan sagu Honipopu dekat Amantelu, yang merupakan daerah kekuasaan Soya. Akhirnya, Patih Soya mengajak mereka pindah ke Soya di mana Sri Mahu menjadi raja yang memimpin Soya dalam pepan dengan musuh bebuyutannya, kampung tetangga Ema....

Demikian pula, soa yang kedua memiliki lima tempat duduk dan soa yang ketiga tiga tempat duduk, semuanya mewakili berbagai mata rumah di dalam masyarakat perahu asli mereka."