Barlian: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 55: | Baris 55: | ||
== Kematian == |
== Kematian == |
||
Barlian meninggal bersama istrinya yang bernama Suwela Bachsir (dinikahi sejak 15 Juni 1946 adalah putri Demang Bachsir, Bupati Bengkulu Selatan tahun 1948-1950) pada tanggal 24 September 1975 dalam [[Garuda Indonesia Penerbangan 150|kecelakaan pesawat terbang Fokker F28 milik Garuda Indonesia Airways jurusan Jakarta-Palembang]] dan kemudian mereka dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Jakarta. Akan tetapi pada tahun 1979 makam mereka dipindahkan ke |
Barlian meninggal bersama istrinya yang bernama Suwela Bachsir (dinikahi sejak 15 Juni 1946 adalah putri Demang Bachsir, Bupati Bengkulu Selatan tahun 1948-1950) pada tanggal 24 September 1975 dalam [[Garuda Indonesia Penerbangan 150|kecelakaan pesawat terbang Fokker F28 milik Garuda Indonesia Airways jurusan Jakarta-Palembang]] dan kemudian mereka dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Jakarta. Akan tetapi pada tahun 1979 makam mereka dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang, Palembang, Sumatra Selatan. |
||
Barlian dan Suwela meninggalkan 10 orang anak. |
Barlian dan Suwela meninggalkan 10 orang anak. |
||
Revisi per 17 September 2023 22.05
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. Masalah khususnya adalah: Butuh wikifikasi |
Barlian | |
---|---|
Panglima Kodam IV/Sriwijaya | |
Masa jabatan 2 Juli 1956 – 31 Desember 1958 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Tanjung Sakti, Lahat, Sumatra Selatan, Hindia Belanda | 23 Juli 1922
Meninggal | 24 September 1975 Palembang, Sumatra Selatan, Indonesia | (umur 53)
Sebab kematian | Kecelakaan Pesawat Terbang |
Makam | TMP Ksatria Ksetra, Kota Palembang, Sumatra Selatan |
Almamater | Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Darat (1951—1952) |
Karier militer | |
Pihak |
|
Dinas/cabang |
|
Masa dinas | 1944—1958 |
Pangkat | Kolonel TNI |
NRP | 13574 |
Satuan | Infanteri |
Komando | |
Pertempuran/perang | Revolusi Nasional Indonesia |
Sunting kotak info • L • B |
Kolonel. Inf. (Purn). H. Barlian Bin Senapi (23 Juli 1922 – 24 September 1975) adalah salah satu mantan Panglima Kodam IV / Sriwijaya sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia.
Ia pernah terlibat dalam awal pembentukan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).[1]
Masa kecil dan pendidikan
Barlian lahir di Tanjung Sakti, Lahat, Sumatra Selatan pada tanggal 23 Juli 1922. Tanjung sakti sendiri adalah desa kecamatan yang indah dikelilingi perbukitan yang menghijau. Letaknya sekitar 10 km dari Kota Pagaralam di kaki Gunung Dempo.
Tahun 1929, Barlian dan kakaknya yang bernama Ramli, diantar oleh ayah mereka H.Senapi ke Bengkulu. Waktu itu Barlian baru berumur 7 tahun dan kakaknya berumur 12 tahun. Mereka berdua tinggal dirumah teman ayahnya yang bernama Demang Toha dan dimasukkan ke Sekolah HIS (Hollands Indlandsche School).
Setamat dari HIS, Barlian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) di Malang dan tamat pada tahun 1940.[2]
Karier militer
Pada bulan Maret 1943, Jepang berusaha membentuk satuan militer yang dipimpin oleh orang-orang pribumi. satuan militer pribumi itu dibentuk karena situasi Perang Pasifik menjadi semakin gawat. Tentara Sekutu telah mulai melancarkan serangan balasannya terhadap Tentara Jepang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Tentara Sekutu akan menyerbu Indonesia.
Selain itu, Jepang tidak mungkin lagi menambah jumlah tentaranya dengan orang-orang Jepang karena personilnya sudah disebar ke seluruh wilayah Asia Pasifik, maka dari itu Pemerintahan Militer Jepang di Sumatra memutuskan membentuk Giyugun (Tentara Sukarela) dan kesempatan itu pun segera diambil oleh Barlian.
Dan Barlian pun beserta para pemuda dari Sumatra Selatan yang telah lulus seleksi pendaftaran Giyugun di daerah masing-masing dikirim ke Kota Pagaralam, Sumatra Selatan untuk mengikuti pendidikan militer di Giyugun Kanbu Kyoiku dari tanggal 12 Desember 1943 sampai dengan bulan April 1944. Selulusnya dari sana, Barlian memperoleh pangkat Giyu-Shoi (Letnan Dua) dan bertugas menjadi Komandan Seksi Mortir hingga Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.
Pasca proklamasi kemerdekaan, Barlian bergabung kedalam BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang kelak menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia) sebagai Ketua BKR di Bengkulu dan tidak lama kemudian saat BKR berganti nama menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) maka Barlian menjadi Komandan TKR Karesidenan Bengkulu dengan pangkat Mayor hingga pada puncaknya menjadi Panglima KDM IV/Sriwijaya periode 1956—1958 dengan pangkat Kolonel serta pensiun pada tanggal 31 Desember 1958.
Riwayat Jabatan Militer
- Komandan Seksi Mortir pada Kompi Giyugun Lahat, Sumatra Selatan (1944—1945).
- Ketua BKR Karesidenan Bengkulu (1945).
- Komandan TKR Karesidenan Bengkulu (1945—1946).
- Komandan Resimen I Divisi Garuda I Sub Komandemen Sumatra Selatan TRI Komandemen Sumatra (1946).
- Komandan Divisi Garuda I Sub Komandemen Sumatra Selatan (1946—1947).
- Kepala Staf Umum Divisi Garuda VIII (1947—1948).
- Komandan Brigade Garuda Emas / Sub Teritorium Bengkulu (1947—1949).
- Wakil Gubernur Daerah Militer Istimewa Sumatra Selatan untuk wilayah Bengkulu (1948—1949).
- Pamen Dpb Markas Besar Komando Sumatra (1949—1950).
- Wakil Kepala Staf Logistik Markas Besar Angkatan Darat (1950—1951).
- Perwira Siswa di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, Bandung, Jawa Barat (1951—1952).
- Sekretaris Logistik Gabungan Kepala Staf pada Kementerian Pertahanan (1952—1954).
- Wakil Asisten Perbendaharaan Kepala Staf Angkatan Darat (1954—1955).
- Nonaktif sebagai anggota Tentara dikarenakan atas kesanggupan sendiri untuk menjadi Calon Anggota DPR dan Konstituante dari Partai Ikatan Pembela Kemerdekaan Indonesia atau IPKI cabang Sumatra Selatan (1955—1956).
- Kepala Staf Kodam IV / Sriwijaya (1956).
- Panglima Kodam IV / Sriwijaya (1956—1958).
- Pensiun dini dengan pangkat Kolonel terhitung tanggal 31 Desember 1958.
Kepangkatan
- Giyu Shoi (1944—1945).
- Mayor Inf (1945—1946).
- Letnan Kolonel Inf (1946).
- Kolonel Inf (1946—1948).
- Letnan Kolonel Inf (1948—1950) *Mengalami penurunan pangkat karena adanya kebijakan Re-Ra (Reorganisasi dan Rasionalisasi) TNI.
- Mayor Inf (1950—1955) * Mengalami penurunan pangkat karena adanya kebijakan rasionalisasi khusus terhadap bekas-bekas Letkol dan kolonel di Sumatra.
- Nonaktif sebagai Perwira Militer (1955—1956).
- Letnan Kolonel Inf (1956—1958).
- Kolonel Inf (1958).
Kematian
Barlian meninggal bersama istrinya yang bernama Suwela Bachsir (dinikahi sejak 15 Juni 1946 adalah putri Demang Bachsir, Bupati Bengkulu Selatan tahun 1948-1950) pada tanggal 24 September 1975 dalam kecelakaan pesawat terbang Fokker F28 milik Garuda Indonesia Airways jurusan Jakarta-Palembang dan kemudian mereka dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Jakarta. Akan tetapi pada tahun 1979 makam mereka dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang, Palembang, Sumatra Selatan. Barlian dan Suwela meninggalkan 10 orang anak.
Referensi
- ^ http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya/article/view/17196
- ^ Djarab, Hendarmin (2004). Mendahului Semangat Zaman. Jakarta: Cikal Media. ISBN 979-98908-0-2.