Lompat ke isi

Suku Melayu Rempang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ree11 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
alasannnya lihat lagi Wikipedia:Usulan penghapusan/Suku Melayu Rempang. Selain itu, artikel Pulau Rempang menurut saya perlu dikembangkan lebih jauh lagi
Tag: Pengalihan baru
Baris 1: Baris 1:
#redirect[[suku Melayu Riau]]
{{Infobox ethnic group
|group=Melayu Rempang
|native_name=''Orang Melayu Rempang''
|image=
|image_caption=
|population=5.000 (2023)<ref>{{cite web|url=https://www.walhiriau.or.id/2023/09/13/konflik-pulau-rempang-oleh-hj-azlaini-agus-tokoh-masyarakat-riau/|title=Konflik Pulau Rempang Oleh Hj. AZLAINI AGUS, Tokoh Masyarakat Riau|website=www.walhiriau.or.id|publisher=[[Wahana Lingkungan Hidup Indonesia]]|access-date=22 September 2023|date=13 September 2023|language=id}}</ref>
|popplace=[[Kepulauan Riau]] ([[Pulau Rempang]])
|languages=[[Bahasa Melayu Riau|Melayu Riau]]
|religions=[[Islam Sunni]]<ref>{{cite web|url=https://news.republika.co.id/berita/s0z0ni354/lembaga-adat-melayu-kepri-minta-semua-pihak-tahan-diri-soal-rempang|title=Lembaga Adat Melayu Kepri Minta Semua Pihak Tahan Diri Soal Rempang|website=news.republika.co.id|publisher=[[Republika (Indonesian newspaper)|Republika]]|access-date=22 September 2023|date=14 September 2023|language=id}}</ref>
|related=[[Suku Melayu Riau|Melayu Riau]]{{•}}[[Orang Laut]]{{•}}[[Proto-Melayu]]
}}

'''Suku Melayu Rempang''' adalah [[Kelompok etnis di Indonesia|kelompok etnis]] di [[Indonesia]] yang termasuk dalam masyarakat [[Proto-Melayu]]. Suku Melayu Rempang adalah penduduk asli [[Pulau Rempang]] di [[Kepulauan Riau]]. Etnis ini masih berkerabat dekat dengan masyarakat [[Suku Melayu|Melayu]] di [[Pulau Batam]] dan [[Pulau Galang|Galang]].

==Sejarah==
Menurut Dedi Arman, peneliti dari [[Badan Riset dan Inovasi Nasional]], suku Melayu Rempang terbentuk dari penyatuan [[suku Melayu]] dari [[Pulau Galang]], [[Orang Darat]], and [[Orang Laut]] yang sebelum abad ke-19 telah mendiami [[Pulau Rempang]].<ref name=":0">{{cite web|url=https://www.tvonenews.com/daerah/sumatera/153134-sejarah-pulau-rempang-diungkap-peneliti-brin-melayu-galang-orang-darat-dan-orang-laut-adalah-suku-asli-pulau-rempang|title=Sejarah Pulau Rempang Diungkap Peneliti BRIN: Melayu Galang, Orang Darat dan Orang Laut adalah Suku Asli Pulau Rempang|website=www.tvonenews.com|publisher=[[TvOne]]|access-date=22 September 2023|date=17 September 2023|language=id}}</ref>

Pada abad ke-19, banyak laporan atau berkas yang menyatakan bahwa pejabat Belanda, [[Elisa Netscher]] pernah mengunjungi Pulau Rempang sekitar tahun 1846. Saat itu Pulau Rempang sudah dihuni oleh masyarakat Melayu Galang, Orang Darat, dan Orang Laut.<ref name=":0"/>

Jauh sebelum abad ke-19, tepatnya tahun 1722 hingga 1818, pusat pemerintahan [[Kesultanan Riau-Lingga]] berpindah dari Hulu Riau ([[Tanjungpinang]]) ke [[Pulau Bulang]] yang terletak di antara [[Pulau Batam]] dan [[Pulau Rempang|Rempang]].<ref name=":0"/>

Dalam kitab ''[[Tuhfat al-Nafis]]'' karya [[Raja Ali Haji]] yang ditulis dalam bahasa [[Melayu Riau]] yang ditulis dalam [[aksara Jawi]] pada tahun 1885, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1890, dan naskahnya juga diterbitkan pada tahun 1923 oleh ''[[Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society]]'', [[London]]. Di dalam kitab tersebut, dijelaskan bahwa penduduk Pulau Rempang, Galang, dan Bulang merupakan keturunan prajurit Kesultanan Riau-Lingga yang mendiami pulau-pulau tersebut sejak tahun 1720, tepatnya pada masa pemerintahan [[Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah I]].<ref name=":1">{{cite web|url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230915102448-12-999359/rempang-dan-perlawanan-keturunan-pasukan-elite-300-tahun-silam|title=Rempang dan Perlawanan Keturunan Pasukan Elite 300 Tahun Silam|website=www.cnnindonesia.com|publisher=[[CNN Indonesia]]|access-date=22 September 2023|date=15 September 2023|language=id}}</ref>

Konon pada masa Perang Riau I tahun 1782–1784 melawan Belanda, penduduk setempat menjadi prajurit [[Raja Haji Fisabilillah]], kakek Raja Ali Haji. Kemudian pada Perang Riau II tahun 1784–1787, mereka di bawah pimpinan [[Sultan Mahmud Riayat Syah]] dan ikut berperang melawan [[Belanda]].<ref name=":1"/>

Pada tahun 1829, Sultan Riau-Lingga, [[Sultan Abdul Rahman]] memberikan kekuasaan kepada [[Raja Isa]] atau lebih dikenal dengan Nong Isa untuk memimpin Nongsa yang meliputi pulau Batam, Galang, Rempang, dan sekitarnya. Bahkan, tahun tersebut dijadikan sebagai hari lahir [[Kota Batam|Batam]]. Penyerahan kekuasaan ini sekaligus menjadi bukti bahwa Pulau Batam dan sekitarnya sudah ramai dikunjungi penduduk pada tahun 1829.<ref name=":0"/>

Menurut cerita rakyat setempat, pada tahun 1837, sebuah kapal Inggris dibajak di Pulau Galang. Ternyata [[bajak laut]] tersebut (disebut ''[[lanun]]'' oleh masyarakat setempat) adalah orang Melayu Galang yang saat itu juga tinggal di Pulau Rempang.<ref name=":0"/>

Pada tahun 1787, Sultan Mahmud Riayat Syah memindahkan pusat pemerintahan ke [[Daik]] di [[Pulau Lingga]]. Saat itu, Pulau Rempang, Galang, dan Bulang digunakan sebagai basis pertahanan terbesar Kesultanan Riau-Lingga yang dipimpin oleh [[Tengku Muda Muhammad]] dan [[Panglima Raman]].<ref name=":1"/>

Menurut Dedi, masyarakat Melayu Rempang terbagi menjadi tiga kelompok masyarakat, yaitu Orang Laut yang mendiami pesisir pantai dan tersebar di Pulau Batam, Rempang, dan Galang, kemudian Orang Darat yang menghuni pedalaman Pulau Rempang (hanya terdapat di Desa Sadap dan hanya tersisa beberapa keluarga saja) dan masyarakatnya hidup nomaden, dan Melayu Galang yang merupakan penduduk asli Pulau Galang dan sekitarnya.<ref name=":0"/>

Saat ini masyarakat Melayu Rempang hanya tinggal di 16 desa tua yang juga terancam penggusuran akibat rencana [[Proyek Strategis Nasional]] yang diprakarsai oleh [[Presiden Indonesia]], [[Joko Widodo]] untuk membangun [[Rempang Eco City]] bekerja sama dengan perusahaan [[China]], [[Xinyi Group]].<ref>{{cite web|url=https://www.beritasatu.com/network/goriau/19870/16-kampung-adat-terancam-digusur-lam-masyarakat-rempang-suku-melayu-pertamadiami-batam|title=16 Kampung Adat Terancam Digusur, LAM: Masyarakat Rempang Suku Melayu Pertama Diami Batam|website=www.beritasatu.com|publisher=Berita Satu|access-date=22 September 2023|date=9 September 2023|language=id}}</ref><ref>{{cite web|url=https://money.kompas.com/read/2023/09/16/054741926/profil-xinyi-raksasa-kaca-china-yang-mau-investasi-rp-381-triliun-di-pulau-rempang|title=Profil Xinyi, Raksasa Kaca China yang Mau Investasi Rp 381 Triliun di Pulau Rempang|website=money.kompas.com|publisher=[[Kompas TV|Kompas]]|access-date=22 September 2023|date=16 September 2023|language=id}}</ref> Masyarakat Melayu Rempang yang merupakan penduduk asli Pulau Rempang, melakukan demonstrasi menolak direlokasi untuk proyek tersebut karena beralasan rencana proyek merugikan mereka dan menyebabkan mereka terusir dari tanah leluhurnya.<ref>{{cite web|url=https://www.detik.com/sumut/berita/d-6929033/gubernur-kepri-jelaskan-penyebab-kerusuhan-di-rempang|title=Gubernur Kepri Jelaskan Penyebab Kerusuhan di Rempang|website=www.detik.com|publisher=[[Detik.com]]|access-date=22 September 2023|date=13 September 2023|language=id}}</ref> Menurut [[Komisi Nasional Hak Asasi Manusia]], pemerintah Indonesia dinilai melanggar hak asasi manusia dan terdapat indikasi penempatan kekuatan berlebihan di Pulau Rempang. Berdasarkan bukti, terjadi penggunaan kekerasan berlebihan oleh gabungan aparat dan penggunaan gas air mata terhadap warga sipil pada tanggal 7 September 2023 di Pulau Rempang.<ref>{{cite web|url=https://www.kompas.id/baca/polhuk/2023/09/21/komnas-ham-ada-indikasi-pengerahan-kekuatan-berlebih-di-rempang|title=Komnas HAM: Ada Indikasi Pengerahan Kekuatan Berlebih di Insiden Rempang|website=www.detik.com|publisher=[[Kompas TV|Kompas]]|access-date=22 September 2023|date=21 September 2023|language=id}}</ref>

==Budaya==
Masyarakat Melayu Rempang mempunyai kebudayaan yang sama dengan masyarakat [[Suku Melayu|Melayu]] di [[Riau]] dan [[Kepulauan Riau]] pada umumnya serta masyarakat Melayu di [[Semenanjung Melayu]], lebih tepatnya [[Johor]].<ref name=":2">{{cite web|url=https://www.kompas.id/baca/opini/2022/12/16/muslihat-menaklukkan-timor|title=Muslihat Menaklukkan Timor|website=www.kompas.id|publisher=[[Kompas]]|access-date=22 September 2023|date=17 December 2022|language=id}}</ref> Mereka memiliki pepatah yang mengatakan "''lebih baik mati berdiri daripada hidup berlutut''", yang artinya 'lebih baik mati berjuang daripada hidup sebagai budak'. Pepatah inilah yang menginspirasi mereka untuk terus melakukan perlawanan sejak zaman [[Hindia Belanda|kolonial Belanda]] hingga kini tanah leluhur mereka kembali terancam oleh pihak asing.<ref>{{cite web|url=https://pab-indonesia.co.id/read/detail/24063/pemaksaan-relokasi-masyarakat-melayu-rempang-dapat--mengganggu-stabilitas-nasional|title=Pemaksaan Relokasi Masyarakat Melayu Rempang, dapat Mengganggu Stabilitas Nasional|website=pab-indonesia.co.id|publisher=PAB Indonesia|access-date=22 September 2023|date=17 September 2023|language=id}}</ref>

Mereka telah lama dikenal sebagai pelaut terbaik yang pernah digunakan oleh [[Kesultanan Riau-Lingga]] dan [[Kesultanan Johor]] sebagai pendayung kapal pemerintah atau bekerja sebagai bajak laut untuk mengganggu perdagangan [[Monopoli|monopoli Eropa]] di [[Selat Malaka]] dan sekitarnya. Mereka berlayar hingga ke [[Pulau Bangka]] bahkan sampai ke pantai utara [[Jawa]].<ref name=":2"/>

==Lihat juga==
*[[Suku Melayu]]
*[[Proto-Melayu]]
*[[Pulau Rempang]]

==Referensi==
{{Reflist}}

{{Suku bangsa di Indonesia}}

[[Kategori:Melayu]]
[[Kategori:Suku bangsa di Asia Tenggara]]
[[Kategori:Kelompok etnoreligius di Asia]]
[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia]]
[[Kategori:Suku bangsa di Kepulauan Riau]]
[[Kategori:Asia Tenggara]]
[[Kategori:Kelompok etnoreligius Muslim]]
[[Kategori:Bangsa Austronesia]]

Revisi per 4 November 2023 12.31

Mengalihkan ke: