Lompat ke isi

Fungsi bahasa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Deck Ma (bicara | kontrib)
k Penambahan referensi
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Arahimthaha (bicara | kontrib)
k Double referensi
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Baris 10: Baris 10:
Dari perspektif bahasa sebagai sarana komunikasi, dapat diidentifikasi dua jenis fungsi bahasa, yakni struktural dan pragmatis. Fungsi struktural terkait dengan susunan bahasa yang membentuk hubungan antar unsur bahasa pada tingkat mikro hingga unsur bahasa pada tingkat makro. Sementara itu, fungsi pragmatis bahasa menyoroti penggunaan bahasa dalam interaksi komunikatif. Karl Bühler membedakan tiga fungsi, yaitu representatif (hubungan antara simbol bahasa dan objek yang diwakilinya), ekspresif (hubungan antara simbol bahasa dan penutur), dan apelatif (hubungan antara simbol bahasa dan pendengar).
Dari perspektif bahasa sebagai sarana komunikasi, dapat diidentifikasi dua jenis fungsi bahasa, yakni struktural dan pragmatis. Fungsi struktural terkait dengan susunan bahasa yang membentuk hubungan antar unsur bahasa pada tingkat mikro hingga unsur bahasa pada tingkat makro. Sementara itu, fungsi pragmatis bahasa menyoroti penggunaan bahasa dalam interaksi komunikatif. Karl Bühler membedakan tiga fungsi, yaitu representatif (hubungan antara simbol bahasa dan objek yang diwakilinya), ekspresif (hubungan antara simbol bahasa dan penutur), dan apelatif (hubungan antara simbol bahasa dan pendengar).


Roman Jakobson kemudian memperluas konsep-konsep Karl Bühler menjadi enam fungsi bahasa. Fungsi referensial menekankan pada pesan yang disampaikan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Fungsi emotif menyoroti ekspresi perasaan batin penutur, sementara fungsi puitis menitikberatkan pada dimensi estetis bahasa. Pada fungsi emotif bertumpu pada penutur untuk mengungkapkan keadaan prikologinya, misalnya sedih, senang, marah, dan kesal<ref>{{Cite book|last=Setiawan|first=Teguh|date=2014|url=http://repository.ut.ac.id/4773/1/PBIN4216-M1.pdf|title=Wacana Bahasa Indonesia|location=Tangerang Selatan|publisher=Universitas Terbuka|pages=8|url-status=live}}</ref>.Fungsi fatis digunakan untuk mempertahankan kelangsungan komunikasi, fungsi konatif bertujuan untuk menimbulkan respons dari pendengar, dan fungsi metalingual digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek terkait dengan bahasa itu sendiri agar lebih jelas.<ref>{{Cite book|last=Darmojuwono|first=Setiawati|last2=Budiman|first2=Rahmat|date=2014|url=http://repository.ut.ac.id/4255/1/BING4318-M1.pdf|title=Teori dan Masalah Penerjemahan|location=Tangerang Selatan|publisher=Universitas Terbuka|isbn=978-979-011-676-4|volume=1|pages=1–33|language=id|url-status=live}}</ref>
Roman Jakobson kemudian memperluas konsep-konsep Karl Bühler menjadi enam fungsi bahasa. Fungsi referensial menekankan pada pesan yang disampaikan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Fungsi emotif menyoroti ekspresi perasaan batin penutur, sementara fungsi puitis menitikberatkan pada dimensi estetis bahasa. Pada fungsi emotif bertumpu pada penutur untuk mengungkapkan keadaan prikologinya, misalnya sedih, senang, marah, dan kesal<ref>{{Cite book|last=Setiawan|first=Teguh|date=2014|url=http://repository.ut.ac.id/4773/1/PBIN4216-M1.pdf|title=Wacana Bahasa Indonesia|location=Tangerang Selatan|publisher=Universitas Terbuka|pages=8|url-status=live}}</ref>.Fungsi fatis digunakan untuk mempertahankan kelangsungan komunikasi, fungsi konatif bertujuan untuk menimbulkan respons dari pendengar, dan fungsi metalingual digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek terkait dengan bahasa itu sendiri agar lebih jelas.<ref name=":0">{{Cite book|last=Darmojuwono|first=Setiawati|last2=Budiman|first2=Rahmat|date=2014|url=http://repository.ut.ac.id/4255/1/BING4318-M1.pdf|title=Teori dan Masalah Penerjemahan|location=Tangerang Selatan|publisher=Universitas Terbuka|isbn=978-979-011-676-4|volume=1|pages=1–33|language=id|url-status=live}}</ref>


== Fungsi Kognitif Bahasa ==
== Fungsi Kognitif Bahasa ==
Fungsi kognitif bahasa berhubungan erat dengan kemampuan pikiran dan penalaran manusia. Kemampuan berbahasa memungkinkan manusia menyampaikan pemikiran dan emosinya ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Setiap informasi yang diterima manusia melalui indera-indera disimpan dalam jaringan semantis untuk kemudian digunakan dalam proses berkomunikasi. Data ini mencakup unsur linguistik atau bahasa dan unsur luar bahasa atau pengetahuan umum, membentuk suatu skema yang menjadi dasar dalam memahami dan menginterpretasikan makna kalimat atau teks. Selama proses ini, skema yang sudah ada dimanfaatkan, situasi kebahasaan dibandingkan dengan skema yang dikenal, dan jika perlu, skema diubah agar dapat mengakomodasi hal-hal yang berbeda dengan skema yang telah ada. Keseluruhannya, ini memungkinkan individu untuk memahami dan menginterpretasikan kalimat atau teks dengan lebih baik.<ref>{{Cite book|last=Darmojuwono|first=Setiawati|last2=Budiman|first2=Rahmat|date=2014|url=http://repository.ut.ac.id/4255/1/BING4318-M1.pdf|title=Teori dan Masalah Penerjemahan|location=Tangerang Selatan|publisher=Universitas Terbuka|isbn=978-979-011-676-4|volume=1|pages=1–33|language=id|url-status=live}}</ref>
Fungsi kognitif bahasa berhubungan erat dengan kemampuan pikiran dan penalaran manusia. Kemampuan berbahasa memungkinkan manusia menyampaikan pemikiran dan emosinya ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Setiap informasi yang diterima manusia melalui indera-indera disimpan dalam jaringan semantis untuk kemudian digunakan dalam proses berkomunikasi. Data ini mencakup unsur linguistik atau bahasa dan unsur luar bahasa atau pengetahuan umum, membentuk suatu skema yang menjadi dasar dalam memahami dan menginterpretasikan makna kalimat atau teks. Selama proses ini, skema yang sudah ada dimanfaatkan, situasi kebahasaan dibandingkan dengan skema yang dikenal, dan jika perlu, skema diubah agar dapat mengakomodasi hal-hal yang berbeda dengan skema yang telah ada. Keseluruhannya, ini memungkinkan individu untuk memahami dan menginterpretasikan kalimat atau teks dengan lebih baik.<ref name=":0" />


== Catatan Kaki ==
== Catatan Kaki ==

Revisi per 12 Desember 2023 04.18

Bahasa adalah alat komunikasi sosial yang berupa sistem simbol bunyi yang dihasilkan dari ucapan manusia.[1] Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana untuk berinteraksi dengan manusia lainnya di masyarakat.[1] Untuk kepentingan interaksi sosial itu, maka dibutuhkan suatu wahana komunikasi yang disebut bahasa. Setiap masyrakat tentunya memiliki bahasa.[1]

Fungsi Bahasa

Dalam komunikasi sehari-hari alat yang sering digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa, baik berupa bahasa tulis maupun bahasa lisan.[1] Bahasa sebagai sarana komunikasi tentunya mempunyai fungsi berdasarkan kebutuhan seseorang secara sadar atau tidak sadar yang digunakannya.[1] Bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan diri, alat komunikasi, dan sarana untuk kontrol sosial.[1]

Dari perspektif bahasa sebagai sarana komunikasi, dapat diidentifikasi dua jenis fungsi bahasa, yakni struktural dan pragmatis. Fungsi struktural terkait dengan susunan bahasa yang membentuk hubungan antar unsur bahasa pada tingkat mikro hingga unsur bahasa pada tingkat makro. Sementara itu, fungsi pragmatis bahasa menyoroti penggunaan bahasa dalam interaksi komunikatif. Karl Bühler membedakan tiga fungsi, yaitu representatif (hubungan antara simbol bahasa dan objek yang diwakilinya), ekspresif (hubungan antara simbol bahasa dan penutur), dan apelatif (hubungan antara simbol bahasa dan pendengar).

Roman Jakobson kemudian memperluas konsep-konsep Karl Bühler menjadi enam fungsi bahasa. Fungsi referensial menekankan pada pesan yang disampaikan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Fungsi emotif menyoroti ekspresi perasaan batin penutur, sementara fungsi puitis menitikberatkan pada dimensi estetis bahasa. Pada fungsi emotif bertumpu pada penutur untuk mengungkapkan keadaan prikologinya, misalnya sedih, senang, marah, dan kesal[2].Fungsi fatis digunakan untuk mempertahankan kelangsungan komunikasi, fungsi konatif bertujuan untuk menimbulkan respons dari pendengar, dan fungsi metalingual digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek terkait dengan bahasa itu sendiri agar lebih jelas.[3]

Fungsi Kognitif Bahasa

Fungsi kognitif bahasa berhubungan erat dengan kemampuan pikiran dan penalaran manusia. Kemampuan berbahasa memungkinkan manusia menyampaikan pemikiran dan emosinya ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Setiap informasi yang diterima manusia melalui indera-indera disimpan dalam jaringan semantis untuk kemudian digunakan dalam proses berkomunikasi. Data ini mencakup unsur linguistik atau bahasa dan unsur luar bahasa atau pengetahuan umum, membentuk suatu skema yang menjadi dasar dalam memahami dan menginterpretasikan makna kalimat atau teks. Selama proses ini, skema yang sudah ada dimanfaatkan, situasi kebahasaan dibandingkan dengan skema yang dikenal, dan jika perlu, skema diubah agar dapat mengakomodasi hal-hal yang berbeda dengan skema yang telah ada. Keseluruhannya, ini memungkinkan individu untuk memahami dan menginterpretasikan kalimat atau teks dengan lebih baik.[3]

Catatan Kaki

  1. ^ a b c d e f Keraf (1997). Komposisi : Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah. hlm. 1. 
  2. ^ Setiawan, Teguh (2014). Wacana Bahasa Indonesia (PDF). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. hlm. 8. 
  3. ^ a b Darmojuwono, Setiawati; Budiman, Rahmat (2014). Teori dan Masalah Penerjemahan (PDF). 1. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. hlm. 1–33. ISBN 978-979-011-676-4.