Lompat ke isi

Djoko Susanto: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Namanya Djoko Susanto bukan Haekal
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
k Menambah Kategori:Miliarder Indonesia menggunakan HotCat
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 52: Baris 52:
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Jakarta]]
[[Kategori:Tokoh dari Jakarta]]
[[Kategori:Miliarder Indonesia]]

Revisi per 7 April 2024 21.12

Djoko Susanto
Informasi pribadi
Lahir
Kwok Kwie Fo

9 Februari 1950 (umur 74)
Jakarta
Suami/istriLiliana Tanuwijaya
AnakHanto Djoko Susanto
Rita Djoko Susanto
Feny Djoko Susanto
Budiyanto Djoko Susanto
Harryanto Susanto
PekerjaanPengusaha
Pendiri Alfamart
Pendiri Universitas Bunda Mulia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Djoko Susanto (lahir Kwok Kwie Fo, 9 Februari 1950, Jakarta, Indonesia) adalah seorang pengusaha asal Indonesia. Ia adalah pemilik grup Alfamart, bisnis ritel minimarket. Pada 2014, Forbes menempatkan ia pada urutan 10 dari 50 orang terkaya di Indonesia.[1]

Kehidupan awal

Djoko adalah anak keenam dari sepuluh bersaudara.[2] Ia mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Tionghoa Bei Hoa dan kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Tionghoa Pa Chung. Pada tahun 1965, Djoko melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Atas Pa Chung (lokasinya kini menjadi SMA Negeri 10 Jakarta), namun ketika mencapai kelas satu (tepatnya pada pertengahan 1966), ia terpaksa harus putus sekolah karena pemerintah Indonesia menutup sekolah-sekolah Tionghoa.[3] Pada usia 17 tahun, ia mulai mengelola usaha milik orang tuanya, yaitu sebuah kios sederhana dengan nama Toko Sumber Bahagia di dalam Pasar Arjuna,[4] sebuah pasar tradisional di Jakarta. Kios tersebut menjual bahan pokok, selanjutnya ia juga menjual rokok, dan akhirnya berfokus hanya pada penjualan rokok. Kesuksesannya ini menarik perhatian Putera Sampoerna, yang mempunyai salah satu perusahaan rokok tembakau dan cengkih terbesar di Indonesia saat itu. Mereka bertemu pada awal 1980 dan bersepakat pada 1985 untuk membuat 15 kios di beberapa lokasi di Jakarta. Pada 27 Agustus 1989, lahir produk kerja sama lain mereka, yaitu Alfa Toko Gudang Rabat yang mempunyai konsep supermarket. Nama "Alfa" digunakan karena bersifat netral, tidak mengandung salah satu nama kedua orang pendirinya. Alfa Toko Gudang Rabat inilah yang menjadi cikal bakal kesuksesan Djoko Susanto dengan merek dagang Alfa.

Kerajaan Bisnis

Ia melanjutkan kemitraan dengan Putera Sampoerna. Belakangan, sebuah raksasa rokok internasional, Philip Morris International, membeli saham Putera di HM Sampoerna. PMI lalu menjual 70 persen saham HM Sampoerna di bidang usaha ritelnya ke Djoko karena tidak ingin berbisnis dalam bidang non-produk utamanya. Di bawah kendali penuhnya sendiri, ia kemudian mengembangkan bisnis ritel PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk, yang menjalankan lebih dari 5.500 toko di bawah beberapa merek seperti Alfamart, Alfa Express, Alfamidi dan Lawson.

Pada 2007, ia mendirikan Alfamidi dengan badan hukum bernama PT. Midimart Utama. Ini merupakan salah satu idenya dalam diferensiasi merek yang berakhir sukses. Namun, tidak semua usahanya sukses. Alfa Supermarket yang awalnya bernama Alfa Toko Gudang Rabat akhirnya harus dijual kepada Carrefour. Hal ini karena Alfa Supermarket tidak menghasilkan pendapatan yang signifikan akibat kalah bersaing dengan supermarket lain. Akhirnya, ia fokus pada ritel minimarket. Langkah Djoko tepat dalam menginvestasikan uangnya ke Alfamart dan Alfamidi. Hal ini ditandai dengan semakin menjamurnya gerai Alfamart di berbagai daerah dan terbentuknya kerja sama Alfamidi dengan Lawson.[5]

Bisnis ini pula yang mengantar Djoko menjadi orang terkaya ke-25 di Indonesia pada 2011, dan naik ke peringkat ke-17 pada awal 2012, menurun menjadi ke-20 pada bulan November 2012.[6] Pada tahun 2014, ia berada di urutan ke-27.[7]

Yayasan Pendidikan Bunda Mulia

Melalui Yayasan Pendidikan Bunda Mulia yang didirikan pada tahun 1986, Djoko Susanto mendirikan Universitas Bunda Mulia dan Sekolah Bunda Mulia. Di Yayasan Pendidikan Bunda Mulia, ia menjadi pendiri dan penasihatnya. Tahun 2003, Yayasan Pendidikan Bunda Mulia mengembangkan kampus yang berlokasi di Jl. Lodan Raya No.2, Jakarta Utara, dengan luas tanah 45.000 m2 dan pada tahun 2017 mendirikan gedung kampus di Alam Sutera, Tangerang Selatan.

Lihat juga

Referensi

  1. ^ Liputan6.com (2021-12-15). "Inilah 50 Orang Terkaya Indonesia 2021 versi Forbes". liputan6.com. Diakses tanggal 2022-11-11. 
  2. ^ Artikel:"Banyak Orang Terkaya di Indonesia Memulai Bisnis dari Nol dan Miskin" di detik.com
  3. ^ Endah, Alberthiene (2013). Dari Warung Menuju Alfamart: Perjalanan Inspiratif Djoko Susanto. Jakarta: Gramedia. ISBN 9789792298574. 
  4. ^ "Artikel:"Kisah Joko 'Alfamart' Susanto, Si Miliarder Baru" di tempo.co.id". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-19. Diakses tanggal 2014-12-19. 
  5. ^ Artikel:"Perjalanan Wirausaha Djoko Susanto, Sang Pendiri Aflamart" di www.wartawirausaha.com
  6. ^ profil / djoko-susanto / "40 orang terkaya di Indonesia November 2012" Periksa nilai |url= (bantuan). Diakses tanggal 2013/01/31. 
  7. ^ Daftar Indonesia’s 50 Richest di Forbes.com

Pranala luar