Sutan Sjahrir: Perbedaan antara revisi
k +gbr |
k →Riwayat |
||
Baris 3: | Baris 3: | ||
==Riwayat== |
==Riwayat== |
||
Dia mengenyam sekolah dasar ([[ELS]]) dan sekolah menengah ([[MULO]]) terbaik di [[Medan]], dan membetahkannya bergaul dengan berbagai buku-buku asing dan ratusan novel-novel Belanda. Malamnya dia mengamen di [[Hotel de Boer]], hotel khusus untuk kulit putih |
Dia mengenyam sekolah dasar ([[ELS]]) dan sekolah menengah ([[MULO]]) terbaik di [[Medan]], dan membetahkannya bergaul dengan berbagai buku-buku asing dan ratusan novel-novel Belanda. Malamnya dia mengamen di [[Hotel de Boer]], hotel khusus untuk tamu-tamu kulit putih. |
||
1926, ia selesai dari MULO, masuk sekolah lanjutan atas ([[AMS]]) di Bandung, sekolah termahal di [[Hindia Belanda]] saat itu. Di sekolah itu, dia bergabung dalam Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis) sebagai sutradara, penulis skenario, dan juga aktor. Hasil mentas itu dia gunakan untuk membiayai sekolah yang ia dirikan, ''Tjahja |
Pada 1926, ia selesai dari MULO, masuk sekolah lanjutan atas ([[AMS]]) di [[Bandung]], sekolah termahal di [[Hindia Belanda]] saat itu. Di sekolah itu, dia bergabung dalam Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis) sebagai sutradara, penulis skenario, dan juga aktor. Hasil mentas itu dia gunakan untuk membiayai sekolah yang ia dirikan, ''Tjahja Volksuniversiteit'', Cahaya Universitas Rakyat. |
||
Sebelum [[Soekarno]] membentuk [[Perserikatan Nasional Indonesia]], [[4 Juli]] [[1927]], Syahrir telah membentuk ''[[Jong |
Sebelum [[Soekarno]] membentuk [[Perserikatan Nasional Indonesia]], [[4 Juli]] [[1927]], Syahrir telah membentuk ''[[Jong Indonesië]]'', yang kelak menjadi [[Pemoeda Indonesia]]. Ini organisasi baru yang jauh dari warna kesukuan, dan ia menjadi pemimpin redaksi organisasi itu. |
||
Ketika kuliah hukum di [[Universitas Amsterdam]], Syahrir berkenalan dengan Salomon Tas, ketua Klub Mahasiswa Sosial Demokrat, dan istrinya Maria Duchateau, yang kelak dinikahi Sjahrir, meski sebentar. |
Ketika kuliah hukum di [[Universitas Amsterdam]], Syahrir berkenalan dengan Salomon Tas, ketua Klub Mahasiswa Sosial Demokrat, dan istrinya Maria Duchateau, yang kelak dinikahi Sjahrir, meski sebentar. (Kelak Syahrir menikah kembali dengan [[Poppy Syahrir|Poppy]], kakak tertua dari [[Soedjatmoko]] dan [[Miriam Boediardjo]]). |
||
Dari mereka Sjahrir mengenal [[Marxisme]], dan melalui [[Hatta]], dia masuk [[Perhimpunan Indonesia]]. Bersama Hatta, keduanya rajin menulis di ''[[Daulat Rakjat]]'', majalah milik [[Pendidikan Nasional Indonesia]], dan memisikan pendidikan rakyat harus menjadi tugas utama pemimpin politik. |
Dari mereka Sjahrir mengenal [[Marxisme]], dan melalui [[Hatta]], dia masuk [[Perhimpunan Indonesia]]. Bersama Hatta, keduanya rajin menulis di ''[[Daulat Rakjat]]'', majalah milik [[Pendidikan Nasional Indonesia]], dan memisikan pendidikan rakyat harus menjadi tugas utama pemimpin politik. |
||
Baris 19: | Baris 19: | ||
Dan dia mengecam Soekarno. "Nasionalisme yang Soekarno bangun di atas solidaritas hierarkis, feodalistis: sebenarnya adalah fasisme, musuh terbesar kemajuan dunia dan rakyat kita." Dia juga mengejek gaya agitasi massa Soekarno yang menurutnya tak membawa kejernihan. |
Dan dia mengecam Soekarno. "Nasionalisme yang Soekarno bangun di atas solidaritas hierarkis, feodalistis: sebenarnya adalah fasisme, musuh terbesar kemajuan dunia dan rakyat kita." Dia juga mengejek gaya agitasi massa Soekarno yang menurutnya tak membawa kejernihan. |
||
''Perjuangan Kita'' adalah karya terbesar Syahrir, kata Salomon Tas, bersama surat-surat politiknya semasa pembuangan di [[Boven Digul]] dan [[Bandaneira]]. |
''Perjuangan Kita'' adalah karya terbesar Syahrir, kata Salomon Tas, bersama surat-surat politiknya semasa pembuangan di [[Boven Digul]] dan [[Bandaneira]]. Manuskrip itu disebut Indonesianis [[Ben Anderson]] sebagai, "Satu-satunya usaha untuk menganalisa secara sistematis kekuatan domestik dan internasional yang memperngaruhi Indonesia dan yang memberikan perspektif yang masuk akal bagi gerakan kemerdekaan di masa depan." |
||
==Jabatan== |
==Jabatan== |
Revisi per 2 Juni 2006 18.25
Sutan Syahrir atau juga dieja sebagai Soetan Sjahrir (Padangpanjang, 5 Maret 1909–Zürich, Swiss, 9 April 1966) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia menjabat dari 14 November 1945 hingga 20 Juni 1947. Syahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia pada tahun 1948. Beliau meninggal dalam pengasingan sebagai tawanan politik dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
Riwayat
Dia mengenyam sekolah dasar (ELS) dan sekolah menengah (MULO) terbaik di Medan, dan membetahkannya bergaul dengan berbagai buku-buku asing dan ratusan novel-novel Belanda. Malamnya dia mengamen di Hotel de Boer, hotel khusus untuk tamu-tamu kulit putih.
Pada 1926, ia selesai dari MULO, masuk sekolah lanjutan atas (AMS) di Bandung, sekolah termahal di Hindia Belanda saat itu. Di sekolah itu, dia bergabung dalam Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis) sebagai sutradara, penulis skenario, dan juga aktor. Hasil mentas itu dia gunakan untuk membiayai sekolah yang ia dirikan, Tjahja Volksuniversiteit, Cahaya Universitas Rakyat.
Sebelum Soekarno membentuk Perserikatan Nasional Indonesia, 4 Juli 1927, Syahrir telah membentuk Jong Indonesië, yang kelak menjadi Pemoeda Indonesia. Ini organisasi baru yang jauh dari warna kesukuan, dan ia menjadi pemimpin redaksi organisasi itu.
Ketika kuliah hukum di Universitas Amsterdam, Syahrir berkenalan dengan Salomon Tas, ketua Klub Mahasiswa Sosial Demokrat, dan istrinya Maria Duchateau, yang kelak dinikahi Sjahrir, meski sebentar. (Kelak Syahrir menikah kembali dengan Poppy, kakak tertua dari Soedjatmoko dan Miriam Boediardjo).
Dari mereka Sjahrir mengenal Marxisme, dan melalui Hatta, dia masuk Perhimpunan Indonesia. Bersama Hatta, keduanya rajin menulis di Daulat Rakjat, majalah milik Pendidikan Nasional Indonesia, dan memisikan pendidikan rakyat harus menjadi tugas utama pemimpin politik. "Pertama-tama, marilah kita mendidik, yaitu memetakan jalan menuju kemerdekaan," katanya.
Perjuangan Kita
Tulisan-tulisan Syahrir berikutnya, terutama dalam manifestonya, Perjuangan Kita, membuatnya tampak berseberangan dan menyerang Soekarno. Jika Soekarno amat terobsesi pada persatuan dan kesatuan, Syahrir justru menulis, "Tiap persatuan hanya akan bersifat taktis, temporer, dan karena itu insidental. Usaha-usaha untuk menyatukan secara paksa, hanya menghasilkan anak banci. Persatuan semacam itu akan terasa sakit, tersesat, dan merusak pergerakan."
Dan dia mengecam Soekarno. "Nasionalisme yang Soekarno bangun di atas solidaritas hierarkis, feodalistis: sebenarnya adalah fasisme, musuh terbesar kemajuan dunia dan rakyat kita." Dia juga mengejek gaya agitasi massa Soekarno yang menurutnya tak membawa kejernihan.
Perjuangan Kita adalah karya terbesar Syahrir, kata Salomon Tas, bersama surat-surat politiknya semasa pembuangan di Boven Digul dan Bandaneira. Manuskrip itu disebut Indonesianis Ben Anderson sebagai, "Satu-satunya usaha untuk menganalisa secara sistematis kekuatan domestik dan internasional yang memperngaruhi Indonesia dan yang memberikan perspektif yang masuk akal bagi gerakan kemerdekaan di masa depan."
Jabatan
- Perdana Menteri pertama Republik Indonesia
- Ketua Partai Sosialis Indonesia (PSI)
- Ketua delegasi Republik Indonesia pada Perundingan Linggarjati
Pranala luar
Didahului oleh: tidak ada |
Perdana Menteri Indonesia 1945–1947 |
Diteruskan oleh: Amir Sjarifoeddin |