Lompat ke isi

Alawiyyin: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Deni Sudastika (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Deni Sudastika (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 11: Baris 11:
Dikisahkan, Ba 'Alawi Sadah sejak itu tinggal di Hadhramaut di [[Yaman Selatan]], mempertahankan Syahadat [[Sunni]] di sekolah [[Fikih|fiqh]] [[Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi'i|Syafii]]. Pada mulanya seorang keturunan [[Ahmad al-Muhajir|Imam Ahmad Muhajir]] yang menjadi ulama dalam studi Islam disebut [[Imam]], kemudian [[Syekh]], tetapi kemudian disebut [[Habib]].
Dikisahkan, Ba 'Alawi Sadah sejak itu tinggal di Hadhramaut di [[Yaman Selatan]], mempertahankan Syahadat [[Sunni]] di sekolah [[Fikih|fiqh]] [[Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi'i|Syafii]]. Pada mulanya seorang keturunan [[Ahmad al-Muhajir|Imam Ahmad Muhajir]] yang menjadi ulama dalam studi Islam disebut [[Imam]], kemudian [[Syekh]], tetapi kemudian disebut [[Habib]].


Dikisahkan juga, baru sejak 1700 M mereka mulai bermigrasi <ref>Dostal, Walter; Wolfgang Kraus, eds. (2005). [[iarchive:shatteringtradit00dost|Shattering Tradition: Custom, Law and the Individual in the Muslim Mediterranean]] (print). New York: I.B. Tauris. pp. [[iarchive:shatteringtradit00dost/page/n241|233]]–253.</ref> dalam jumlah besar keluar dari Hadhramaut di seluruh dunia untuk [[Dakwah|berdakwah]].<ref>Ibrahim, Ahmad; Sharon Siddique; Yasmin Hussain, eds. (December 31, 1985). ''Readings on Islam in Southeast Asia''. Institute of Southeast Asian Studies. p. 407. ISBN <bdi>[[Special:BookSources/978-9971-988-08-1|978-9971-988-08-1]]</bdi>.</ref> Perjalanan mereka juga telah membawa mereka ke [[Asia Tenggara]]. Para imigran hadhrami ini berbaur dengan masyarakat lokal mereka yang tidak biasa dalam sejarah diaspora. Misalnya, '''Keluarga Jamalullail''' dari [[Perlis]] adalah keturunan dari Ba 'Alawi. '''Habib Salih''' dari [[Lamu]], [[Kenya]] juga merupakan keturunan Ba 'Alawi. Di Indonesia, tidak sedikit dari para pendatang ini menikah dengan perempuan lokal (atau laki-laki, meski lebih sedikit). Di Indonesia juga, banyak kalangan bangsawan atau bahkan keluarga kerajaan, diklaim sebagai keturunan Ba'alawi meskipun tidak ada bukti apapun yang membenarkan klaim tersebut, bahkan justru sebaliknya bukti-bukti yang ada memperlihatkan kekeliruan klaim dari kalangangan Ba'alawi.
Dikisahkan juga, baru sejak 1700 M mereka mulai bermigrasi <ref>Dostal, Walter; Wolfgang Kraus, eds. (2005). [[iarchive:shatteringtradit00dost|Shattering Tradition: Custom, Law and the Individual in the Muslim Mediterranean]] (print). New York: I.B. Tauris. pp. [[iarchive:shatteringtradit00dost/page/n241|233]]–253.</ref> dalam jumlah besar keluar dari Hadhramaut di seluruh dunia untuk [[Dakwah|berdakwah]].<ref>Ibrahim, Ahmad; Sharon Siddique; Yasmin Hussain, eds. (December 31, 1985). ''Readings on Islam in Southeast Asia''. Institute of Southeast Asian Studies. p. 407. ISBN <bdi>[[Special:BookSources/978-9971-988-08-1|978-9971-988-08-1]]</bdi>.</ref> Perjalanan mereka juga telah membawa mereka ke [[Asia Tenggara]]. Para imigran hadhrami ini berbaur dengan masyarakat lokal mereka yang tidak biasa dalam sejarah diaspora. Misalnya, '''Keluarga Jamalullail''' dari [[Perlis]] adalah keturunan dari Ba 'Alawi. '''Habib Salih''' dari [[Lamu]], [[Kenya]] juga merupakan keturunan Ba 'Alawi. Di Indonesia, tidak sedikit dari para pendatang ini menikah dengan perempuan lokal (atau laki-laki, meski lebih sedikit).

Di Indonesia juga, banyak kalangan bangsawan atau bahkan keluarga kerajaan, yang diklaim sebagai keturunan Ba'alawi meskipun tidak ada bukti apapun yang membenarkan klaim tersebut. Bahkan justru sebaliknya, bukti-bukti yang ada saat ini memperlihatkan kekeliruan klaim dari kalangangan Ba'alawi. Juga, di Indonesia saat ini mendapat sorotan serius di kalangan umat Islam, karena banyaknya sejumlah oknum dari kalangan Ba'alawi yang dianggap ulama di Indonesia justru ketahuan berperilaku tidak baik. Termasuk penemuan ratusan makam yang sebelumnya dianggap sebagai waliyullah dari kalangan Ba'lawi, dan saat ini ditemukan yang terbukti makam tersebut palsu.


== Penyebaran ==
== Penyebaran ==

Revisi per 10 Mei 2024 13.21

Bani 'Alawi
Kelompok etnisArab
Region saat iniHampir seluruh dunia
Ejaan sebelumnyaal-Uraidhi
EtimologiKeluarga Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir
AnggotaBasyeiban, Azmatkhan, al-Aydrus, al-Muhdar, al-Attas, Assegaf, Albar (Albaar), Maula Aidid, Shahab, al-Haddad, Fad'aq, al-Habsyi, Al-Hamid, al-Munaffar, Al Khered, al-Kaff, Bin Syechbubakar, Bafagih, Bilfaqih, dan sangat banyak lainnya
Keluarga terkaitAl Ahdal, Al Qudaimi, Al Jadid (Punah), Al Basri (Punah), Al Uraidhi
Tanda kehormatanSa'adah, Habaib
TradisiTarekat Alawiyyah
Ketika masih di Basra, leluhur mereka Imam Ahmad al-Muhajir merupakan kepala keluarga atau Naqib dari keluarga al-Uraidhi. Sehingga nama keluarga mereka sebelumnya adalah al-Uraidhi. Namun ketika mereka hijrah ke Hadramaut, mereka kemudian membentuk keluarga sendiri berdasarkan nama tiga putra Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir. Yakni: Basri (Bernama asli Ismail), Jadid dan Alawi. Nama terakhir inilah yang menurunkan Bani Alawi

Alawiyyin (bahasa Arab: العلويّن) adalah sebutan bagi kaum atau sekelompok orang yang memiliki pertalian darah dengan Alawi bin Ubaidillah[note 1]. Sebutan lain untuk Alawiyyin adalah Ba 'Alawi atau Bani Alawi (keturunan Alawi). Ba' Alawi ialah nama keluarga bagi mereka yang memiliki nasab jalur laki-laki kepada Alawi bin 'Ubaidillah.

Asal Mula

Kata Sadah atau Sadat (Arab: ادة) merupakan bentuk jamak dari kata Arab: (Sayyid), sedangkan kata Ba 'Alawi atau Bani 'Alawi berarti keturunan Alwi (Bā adalah bentuk dialek Hadhramaut dari Bani). Singkatnya, Ba'alawi adalah orang-orang yang mengaku Sayyid yang mengakumemiliki darah keturunan Nabi Muhammad melalui Alawi bin Ubaidullah bin Ahmad al-Muhajir. Sedangkan Alawiyyin (Arab: العلويّن; al-`alawiyyin) Istilah Sayyid digunakan untuk menyebut keturunan Ali bin Abi Thalib dari Husain bin Ali (Sayyid) dan Hasan bin Ali (Syarif). Semua orang Ba 'Alawi selama ini adalah mengklaim (mengaku-ngaku) dirinya sebagai Sayyid Alawiyyin melalui Husain ibn Ali, sehingga tidak semua orang dari keluarga Alawiyyin adalah dari Ba 'Alawi.

Selama ini, mereka mengaku sebagai cucu Imam al-Muhajir, Alawi, yang pertama lahir di Hadhramaut, dan satu-satunya keturunan Imam al-Muhajir yang menghasilkan garis lanjutan; garis keturunan cucu Imam al-Muhajir lainnya, Bashri dan Jadid, terputus setelah beberapa generasi. Oleh karena itu, keturunan Imam Al-Muhajir di Hadramaut menyandang nama Bā 'Alawi ("keturunan Alawi"). Sampai saat ini belum ada literatur yang bisa dipertanggungjawabkan apabila Ba'lawi sebagai dzuriah Nabi (keturunan Rasulullah Saw). Ba'alawi sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw masih berupa pengakuan pribadi dari kalangan mereka dan disebarkan oleh ulama-ulama yang berkhusnudzon (berbaik sangka) atas pengakuan mereka meskipun tidak ada bukti yang memastikan pembenarannya.

Dikisahkan, Ba 'Alawi Sadah sejak itu tinggal di Hadhramaut di Yaman Selatan, mempertahankan Syahadat Sunni di sekolah fiqh Syafii. Pada mulanya seorang keturunan Imam Ahmad Muhajir yang menjadi ulama dalam studi Islam disebut Imam, kemudian Syekh, tetapi kemudian disebut Habib.

Dikisahkan juga, baru sejak 1700 M mereka mulai bermigrasi [1] dalam jumlah besar keluar dari Hadhramaut di seluruh dunia untuk berdakwah.[2] Perjalanan mereka juga telah membawa mereka ke Asia Tenggara. Para imigran hadhrami ini berbaur dengan masyarakat lokal mereka yang tidak biasa dalam sejarah diaspora. Misalnya, Keluarga Jamalullail dari Perlis adalah keturunan dari Ba 'Alawi. Habib Salih dari Lamu, Kenya juga merupakan keturunan Ba 'Alawi. Di Indonesia, tidak sedikit dari para pendatang ini menikah dengan perempuan lokal (atau laki-laki, meski lebih sedikit).

Di Indonesia juga, banyak kalangan bangsawan atau bahkan keluarga kerajaan, yang diklaim sebagai keturunan Ba'alawi meskipun tidak ada bukti apapun yang membenarkan klaim tersebut. Bahkan justru sebaliknya, bukti-bukti yang ada saat ini memperlihatkan kekeliruan klaim dari kalangangan Ba'alawi. Juga, di Indonesia saat ini mendapat sorotan serius di kalangan umat Islam, karena banyaknya sejumlah oknum dari kalangan Ba'alawi yang dianggap ulama di Indonesia justru ketahuan berperilaku tidak baik. Termasuk penemuan ratusan makam yang sebelumnya dianggap sebagai waliyullah dari kalangan Ba'lawi, dan saat ini ditemukan yang terbukti makam tersebut palsu.

Penyebaran

Ba 'Alawi yang bermula di Hadhramaut ini telah memiliki banyak keturunan dan pada saat ini banyak di antara mereka menetap di segenap pelosok Nusantara, India, dan Afrika.

Di kalangan Sa'adah Alawiyyin, ada yang telah berhijrah pada abad-abad ke-16 dan 17 Masehi atau bahkan lebih awal lagi ke India dan Indonesia.

Pranala luar

Referensi

  1. ^ Dostal, Walter; Wolfgang Kraus, eds. (2005). Shattering Tradition: Custom, Law and the Individual in the Muslim Mediterranean (print). New York: I.B. Tauris. pp. 233–253.
  2. ^ Ibrahim, Ahmad; Sharon Siddique; Yasmin Hussain, eds. (December 31, 1985). Readings on Islam in Southeast Asia. Institute of Southeast Asian Studies. p. 407. ISBN 978-9971-988-08-1.


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "note", tapi tidak ditemukan tag <references group="note"/> yang berkaitan