Museum Mande Rubiah: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 8: | Baris 8: | ||
Bentuk Museum Mande Rubiah ini pun berganti dari semulanya yang melengkung (bergonjong) menjadi datar namun tetap memiliki nilai-nilai adat dan filosofis. Perpindahan dari Pagaruyuang ke Tanah Menang atau Nagari Lunang, yang terletak di perbatasan antara Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu, merupakan sebuah momen penting. Di sana, Bundo Kanduang mendirikan rumah gadang pada abad ke-13 hingga ke-14 Masehi, menjadikannya sebagai rumah gadang pertama di Lunang. Gelar Bundo kemudian berganti menjadi Mande Rubiah.<ref name=":2">{{Cite web|date=2023-09-28|title=Museum Mande Rubiah - Sejarah, Koleksi, Lokasi & Ragam Aktivitas - Andalas Tourism|url=https://www.andalastourism.com/history/museum-mande-rubiah|language=en-US|access-date=2024-05-22}}</ref> |
Bentuk Museum Mande Rubiah ini pun berganti dari semulanya yang melengkung (bergonjong) menjadi datar namun tetap memiliki nilai-nilai adat dan filosofis. Perpindahan dari Pagaruyuang ke Tanah Menang atau Nagari Lunang, yang terletak di perbatasan antara Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu, merupakan sebuah momen penting. Di sana, Bundo Kanduang mendirikan rumah gadang pada abad ke-13 hingga ke-14 Masehi, menjadikannya sebagai rumah gadang pertama di Lunang. Gelar Bundo kemudian berganti menjadi Mande Rubiah.<ref name=":2">{{Cite web|date=2023-09-28|title=Museum Mande Rubiah - Sejarah, Koleksi, Lokasi & Ragam Aktivitas - Andalas Tourism|url=https://www.andalastourism.com/history/museum-mande-rubiah|language=en-US|access-date=2024-05-22}}</ref> |
||
Meskipun pemindahan dari Pagaruyuang ke Lunang ini dilakukan dengan menyembunyikan informasi selama berabad-abad, hal ini dilakukan untuk menjaga rahasia yang diwariskan turun-temurun. Pemindahan tersebut terjadi karena konflik antara Bundo Kanduang dengan Tiang Bungkuk. Baru pada |
Meskipun pemindahan dari Pagaruyuang ke Lunang ini dilakukan dengan menyembunyikan informasi selama berabad-abad, hal ini dilakukan untuk menjaga rahasia yang diwariskan turun-temurun. Pemindahan tersebut terjadi karena konflik antara Bundo Kanduang dengan Tiang Bungkuk. Baru pada tahun 1970-an, dalam sebuah artikel yang dimuat oleh surat kabar Sinar Harapan pada tanggal 3 November 1979, dengan judul "Bundo Kanduang Terakhir Masih Hidup Bergelar Mande Rubiah," menjadi titik awal dari pengungkapan keberadaan keturunan dari Kerajaan Pagaruyuang di Lunang yang menempati Rumah Gadang Mande Rubiah. Kemudian, antara tanggal 8 hingga 15 Maret 1980, Rumah Gadang diresmikan sebagai museum setelah pemerintah melakukan beberapa pendekatan dengan pihak keluarga.<ref name=":2" /> |
||
Museum ini dimanfaatkan sebagai tempat untuk memamerkan benda-benda bersejarah dari Mande Rubiah. Pengelolaannya di bawah naungan Yayasan Museum Mande Rubiah, dengan izin dari Bupati Pesisir Selatan dan bimbingan langsung dari Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Kabupaten Pesisir Selatan.<ref name=":2" /> |
Museum ini dimanfaatkan sebagai tempat untuk memamerkan benda-benda bersejarah dari Mande Rubiah. Pengelolaannya di bawah naungan Yayasan Museum Mande Rubiah, dengan izin dari Bupati Pesisir Selatan dan bimbingan langsung dari Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Kabupaten Pesisir Selatan.<ref name=":2" /> |
Revisi per 22 Mei 2024 12.18
2°15′08″S 101°07′35″E / 2.252233°S 101.126505°E
Museum Mande Rubiah adalah museum umum yang didirikan oleh Muskala Kanwil P&K Provinsi Sumatera Barat pada 8 Maret 1980. Museum ini lebih sering disebut dengan nama Rumah Gadang Mande Rubiah. Pemilik rumah Gadang ini memiliki hubungan dengan Kerajaan Pagaruyung.dan diperkirakan sudah ada sejak abad ke-14. Museum ini berada di Jl. Bundo Kanduang, Kp. Lubuk Sitepung Nagari, Lunang, Kec. Lunang, Kab. Pesisir Selatan, Sumatera Barat [1]
Latar Belakang
Museum Mande Rubiah memiliki hubungan dengan kerajaan Pagaruyuang, sekitar tahun 1520 M Raja Perempuan Minangkabau yaitu Bundo Kanduang beserta keluarga dan pengikutnya mengirab (hijrah) dari Pagaruyuang ke Tanah Menang (Nagari Lunang). Hal ini menandakan bahwa bangunan ini memiliki ikatan yang erat dengan Kerajaan Pagaruyuang, di mana Bundo Kanduang menjabat sebagai ratu perempuan Minangkabau. Gelar Bundo kemudian berganti menjadi Mande Rubiah. Nama-nama suku, gelar raja dan ratu pun ikut berganti.[2]
Bentuk Museum Mande Rubiah ini pun berganti dari semulanya yang melengkung (bergonjong) menjadi datar namun tetap memiliki nilai-nilai adat dan filosofis. Perpindahan dari Pagaruyuang ke Tanah Menang atau Nagari Lunang, yang terletak di perbatasan antara Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu, merupakan sebuah momen penting. Di sana, Bundo Kanduang mendirikan rumah gadang pada abad ke-13 hingga ke-14 Masehi, menjadikannya sebagai rumah gadang pertama di Lunang. Gelar Bundo kemudian berganti menjadi Mande Rubiah.[3]
Meskipun pemindahan dari Pagaruyuang ke Lunang ini dilakukan dengan menyembunyikan informasi selama berabad-abad, hal ini dilakukan untuk menjaga rahasia yang diwariskan turun-temurun. Pemindahan tersebut terjadi karena konflik antara Bundo Kanduang dengan Tiang Bungkuk. Baru pada tahun 1970-an, dalam sebuah artikel yang dimuat oleh surat kabar Sinar Harapan pada tanggal 3 November 1979, dengan judul "Bundo Kanduang Terakhir Masih Hidup Bergelar Mande Rubiah," menjadi titik awal dari pengungkapan keberadaan keturunan dari Kerajaan Pagaruyuang di Lunang yang menempati Rumah Gadang Mande Rubiah. Kemudian, antara tanggal 8 hingga 15 Maret 1980, Rumah Gadang diresmikan sebagai museum setelah pemerintah melakukan beberapa pendekatan dengan pihak keluarga.[3]
Museum ini dimanfaatkan sebagai tempat untuk memamerkan benda-benda bersejarah dari Mande Rubiah. Pengelolaannya di bawah naungan Yayasan Museum Mande Rubiah, dengan izin dari Bupati Pesisir Selatan dan bimbingan langsung dari Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Kabupaten Pesisir Selatan.[3]
Koleksi
Museum Mande Rubiah memiliki koleksi museum yang beragam. Jenis koleksinya berupa naskah, uang logam, uang kertas, senjata tajam, peralatan dapur, alat upacara agama, dan adat, kerangka kepala kerbau, telur burung garuda, senjata api, piring besar porselin, lampu, dan tongkat.[4] Jumlah total koleksi di museum ini sebanyak 360 buah.[2] Museum ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai peninggalan sejarah dari Kerajaan Pagaruyuang. Di dalamnya, terdapat beragam artefak yang berasal dari keturunan atau pewaris Kerajaan Pagaruyuang. Museum ini menampung sekitar 213 koleksi yang beragam jenisnya. Semua koleksi ini dipamerkan dalam area seluas 20.000 meter persegi, dengan bangunan utama museum mencakup luas 1.000 meter persegi.
Pengelola
Di Sumatera Barat, Museum Mande Rubiah saat ini dikelola oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar, Komplek sejarah Mande Rubiah tercatat menjadi Situs Cagar Budaya. Namun, saat wisatawan berkunjung ke situs sejarah ini, biasanya akan dilayani oleh orang-orang Lunang asli yang besar dan lahir di Tanah Kemenangan (Lunang).[2]
Peninggalan
Keberadaan waris Rumah Gadang Mande Rubiah Terdapat Komplek Makam Raja (di Lunang dinamakan "Tepat") Bundo Kanduang, Dang Tuanku, Putri Bungsu, Cindua Mato dan pengikutnya serta beberapa peninggalan-peninggalan kerajaan.[2] Masih di dalam kompleks tersebut, terdapat warisan bersejarah Rumah Gadang Mande Rubiah. Rumah Gadang ini merupakan representasi budaya Minangkabau dan sekaligus jejak sejarah yang mengungkapkan kehidupan masyarakat pada masa lampau. Dengan arsitektur yang memiliki detail, Rumah Gadang Mande Rubiah menjadi tempat yang memikat bagi para pengunjung yang ingin memahami lebih dalam tentang tradisi dan kehidupan masyarakat Minangkabau. Sebagai bagian tak terpisahkan dari kompleks sejarah, Rumah Gadang ini juga menjadi artefak dari berbagai peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah regional.[5]
Pewaris rumah ini yang sekarang sudah keturunan ke-7 diberi gelar Mande Rubiah. Mande Rubiah yang sekarang bernama Rakinah. Oleh karena itu, kepemilikan dan pengelolaan Museum Mande Rubiah saat ini dipegang oleh Keluarga Mande Rubiah. Koleksi yang ada di museum berupa benda-benda peninggalan para pewaris Rumah Gadang Mande Rubiah.[1]
Referensi
- ^ a b Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid I (PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 76. ISBN 978-979-8250-67-5.
- ^ a b c d "Museum Mande Rubiah". asosiasimuseumindonesia.org. Diakses tanggal 2020-06-05.
- ^ a b c "Museum Mande Rubiah - Sejarah, Koleksi, Lokasi & Ragam Aktivitas - Andalas Tourism" (dalam bahasa Inggris). 2023-09-28. Diakses tanggal 2024-05-22.
- ^ "Museum Mande Rubiah". asosiasimuseumindonesia.org. Diakses tanggal 2020-06-05.
- ^ "Museum Mande Rubiah". museum.co.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-05-22.