Lompat ke isi

Alawiyyin: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kajian sejarah
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Filing good (bicara | kontrib)
Penambahan pranala
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 4: Baris 4:
Habib Ali bin Abu Bakar As-Sakran (w.895 H.), menyebut Alwi sebagai anak dari Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib. Menurutnya, ditulis secara berkesinambungan sebagai Ubaid bin Ahmad bin Isa, hanya demikian belum ada urutan ke atas. Lalu ia berijtihad (berasumsi) bahwa Ubaid ini adalah sama dengan Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib, seperti yang disebut dalam kitab Al-Suluk karya al-jundi (w. 730. H). Habib Ali al-Sakran menulis kitab yang bernama Al-Burqatul Mutsiqoh (selanjutnya disebut al-Burqah), yang untuk pertama kali nama Ubaidillah disebut sebagai Anak Ahmad bin Isa dengan argument bahwa Ubaidillah ini adalah nama lain Abdullah yang disebut oleh Al-Jundi (w. 730 H.).|caption=Lambang Rabithah Alawiyah|early_forms=[[Ali bin Ja'far|al-Uraidhi]]|members=[[Basyeiban]], [[Azmatkhan]] (Ditolak klaim tersebut oleh beberapa Keraton/Kedaton/Kasultanan yang bernasab kepada Azmatkhan garis Walisongo tetapi diakui oleh pihak [[Rabithah Azmatkhan]] bisa keduanya benar, bisa keduanya salah, bisa salah sarunya benar), [[al-Aydrus]], al-Muhdar, [[al-Attas]], [[Assegaf]], Albar (Albaar), [[Maula Aidid]], [[Bin Shahabuddin|Shahab]], [[al-Haddad]], Fad'aq, [[al-Habsyi Ba'Alawi|al-Habsyi]], Al-Hamid, al-Munaffar, [[Al Khered]], [[al-Kaff]], Bin Syechbubakar, Bafagih, Bilfaqih, dan sangat banyak lainnya|otherfamilies=Al Ahdal, Al Qudaimi, Al Jadid (Punah), Al Basri (Punah), Al Uraidhi|traditions=[[Tarekat Alawiyyah]]|heirlooms=|estate=|meaning=Keluarga Alawi bin Ubaidillah bin [[Ahmad al-Muhajir]]|ethnicity=[[Arab]]|region=Hampir seluruh dunia|birth_place=|Sapaan=[[Sayyid|Sa'adah]], [[Habib|Habaib]]}}
Habib Ali bin Abu Bakar As-Sakran (w.895 H.), menyebut Alwi sebagai anak dari Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib. Menurutnya, ditulis secara berkesinambungan sebagai Ubaid bin Ahmad bin Isa, hanya demikian belum ada urutan ke atas. Lalu ia berijtihad (berasumsi) bahwa Ubaid ini adalah sama dengan Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib, seperti yang disebut dalam kitab Al-Suluk karya al-jundi (w. 730. H). Habib Ali al-Sakran menulis kitab yang bernama Al-Burqatul Mutsiqoh (selanjutnya disebut al-Burqah), yang untuk pertama kali nama Ubaidillah disebut sebagai Anak Ahmad bin Isa dengan argument bahwa Ubaidillah ini adalah nama lain Abdullah yang disebut oleh Al-Jundi (w. 730 H.).|caption=Lambang Rabithah Alawiyah|early_forms=[[Ali bin Ja'far|al-Uraidhi]]|members=[[Basyeiban]], [[Azmatkhan]] (Ditolak klaim tersebut oleh beberapa Keraton/Kedaton/Kasultanan yang bernasab kepada Azmatkhan garis Walisongo tetapi diakui oleh pihak [[Rabithah Azmatkhan]] bisa keduanya benar, bisa keduanya salah, bisa salah sarunya benar), [[al-Aydrus]], al-Muhdar, [[al-Attas]], [[Assegaf]], Albar (Albaar), [[Maula Aidid]], [[Bin Shahabuddin|Shahab]], [[al-Haddad]], Fad'aq, [[al-Habsyi Ba'Alawi|al-Habsyi]], Al-Hamid, al-Munaffar, [[Al Khered]], [[al-Kaff]], Bin Syechbubakar, Bafagih, Bilfaqih, dan sangat banyak lainnya|otherfamilies=Al Ahdal, Al Qudaimi, Al Jadid (Punah), Al Basri (Punah), Al Uraidhi|traditions=[[Tarekat Alawiyyah]]|heirlooms=|estate=|meaning=Keluarga Alawi bin Ubaidillah bin [[Ahmad al-Muhajir]]|ethnicity=[[Arab]]|region=Hampir seluruh dunia|birth_place=|Sapaan=[[Sayyid|Sa'adah]], [[Habib|Habaib]]}}


'''Alawiyyin''' ({{Lang-ar|العلويّن}}) adalah sebutan bagi kaum atau sekelompok orang yang memiliki pertalian darah dengan Alawi bin Ubaidillah<ref group=note>.</ref>. Sebutan lain untuk Alawiyyin adalah '''Ba 'Alawi''' atau Bani Alawi (keturunan Alawi). Ba' Alawi ialah nama keluarga bagi mereka yang memiliki nasab jalur laki-laki kepada [[Alawi bin Ubaidillah|Alawi]] bin [[Ubaidillah bin Ahmad|'Ubaidillah]].
'''Alawiyyin''' ({{Lang-ar|العلويّن}}) adalah sebutan bagi kaum atau sekelompok orang yang memiliki pertalian darah dengan Alawi bin Ubaidillah<ref group=note>.</ref>. Sebutan lain untuk Alawiyyin adalah '''Ba 'Alawi''' atau Bani Alawi (keturunan Alawi). Ba' Alawi ialah nama keluarga bagi mereka yang memiliki nasab jalur laki-laki kepada [[Alawi bin Ubaidillah|Alawi]] bin [[Ubaidillah bin Ahmad|'Ubaidillah]].namun masih ada bukti valid adannya tokoh Ubaidillah ini ada yang mengatakan ini palsu ,aslinya mereka [[imigran yaman]] yang mengaku ngaku keturunan nabi<ref https://www.democrazy.id/2023/04/tokoh-nu-banten-tegaskan-tidak-ada_17.html?m=1>


== Asal Mula ==
== Asal Mula ==

Revisi per 1 Juni 2024 11.55

Bani 'Alawi
Kelompok etnisArab
Region saat iniHampir seluruh dunia
Ejaan sebelumnyaal-Uraidhi
EtimologiKeluarga Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir
AnggotaBasyeiban, Azmatkhan (Ditolak klaim tersebut oleh beberapa Keraton/Kedaton/Kasultanan yang bernasab kepada Azmatkhan garis Walisongo tetapi diakui oleh pihak Rabithah Azmatkhan bisa keduanya benar, bisa keduanya salah, bisa salah sarunya benar), al-Aydrus, al-Muhdar, al-Attas, Assegaf, Albar (Albaar), Maula Aidid, Shahab, al-Haddad, Fad'aq, al-Habsyi, Al-Hamid, al-Munaffar, Al Khered, al-Kaff, Bin Syechbubakar, Bafagih, Bilfaqih, dan sangat banyak lainnya
Keluarga terkaitAl Ahdal, Al Qudaimi, Al Jadid (Punah), Al Basri (Punah), Al Uraidhi
TradisiTarekat Alawiyyah
Ketika masih di Basra, leluhur mereka Imam Ahmad al-Muhajir merupakan kepala keluarga atau Naqib dari keluarga al-Uraidhi. Sehingga nama keluarga mereka sebelumnya adalah al-Uraidhi. Namun ketika mereka hijrah ke Hadramaut, mereka kemudian membentuk keluarga sendiri berdasarkan nama tiga putra Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir. Yakni: Basri (Bernama asli Ismail), Jadid dan Alawi. Nama terakhir inilah yang menurunkan Bani Alawi.

Kitab-kitab yang menyebut Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib, kemungkinan besar menukil dari Habib Ali al-Sakran, seorang tokoh internal Ba Alawi sendiri.

Habib Ali bin Abu Bakar As-Sakran (w.895 H.), menyebut Alwi sebagai anak dari Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib. Menurutnya, ditulis secara berkesinambungan sebagai Ubaid bin Ahmad bin Isa, hanya demikian belum ada urutan ke atas. Lalu ia berijtihad (berasumsi) bahwa Ubaid ini adalah sama dengan Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib, seperti yang disebut dalam kitab Al-Suluk karya al-jundi (w. 730. H). Habib Ali al-Sakran menulis kitab yang bernama Al-Burqatul Mutsiqoh (selanjutnya disebut al-Burqah), yang untuk pertama kali nama Ubaidillah disebut sebagai Anak Ahmad bin Isa dengan argument bahwa Ubaidillah ini adalah nama lain Abdullah yang disebut oleh Al-Jundi (w. 730 H.).

Alawiyyin (bahasa Arab: العلويّن) adalah sebutan bagi kaum atau sekelompok orang yang memiliki pertalian darah dengan Alawi bin Ubaidillah[note 1]. Sebutan lain untuk Alawiyyin adalah Ba 'Alawi atau Bani Alawi (keturunan Alawi). Ba' Alawi ialah nama keluarga bagi mereka yang memiliki nasab jalur laki-laki kepada Alawi bin 'Ubaidillah.namun masih ada bukti valid adannya tokoh Ubaidillah ini ada yang mengatakan ini palsu ,aslinya mereka imigran yaman yang mengaku ngaku keturunan nabiKesalahan pengutipan: Parameter dalam tag <ref> tidak sah; dalam jumlah besar keluar dari Hadhramaut di seluruh dunia untuk berdakwah.[1] Perjalanan mereka juga telah membawa mereka ke Asia Tenggara. Para imigran hadhrami ini berbaur dengan masyarakat lokal mereka yang tidak biasa dalam sejarah diaspora. Misalnya, Keluarga Jamalullail dari Perlis adalah keturunan dari Ba 'Alawi. Habib Salih dari Lamu, Kenya juga merupakan keturunan Ba 'Alawi. Di Indonesia, tidak sedikit dari para pendatang ini menikah dengan perempuan lokal (atau laki-laki, meski lebih sedikit), terkadang bangsawan atau bahkan keluarga kerajaan, dan keturunan mereka kemudian menjadi sultan atau raja, seperti di Kesultanan Kubu, Kesultanan Palembang Darussalam[2][3], atau di Kesultanan Siak Indrapura[4].

Penyebaran

Ba 'Alawi yang bermula di Hadhramaut ini telah memiliki banyak keturunan dan pada saat ini banyak di antara mereka menetap di segenap pelosok Nusantara, India, dan Afrika.

Di kalangan Sa'adah Alawiyyin, ada yang telah berhijrah pada abad-abad ke-16 dan 17 Masehi atau bahkan lebih awal lagi ke India dan Indonesia.

Pranala luar

Referensi

  1. ^ Ibrahim, Ahmad; Sharon Siddique; Yasmin Hussain, eds. (December 31, 1985). Readings on Islam in Southeast Asia. Institute of Southeast Asian Studies. p. 407. ISBN 978-9971-988-08-1.
  2. ^ bin Thahir Al-Haddad, Al-Habib Alwi (1997). Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh. Jakarta: Lentera Basritama. hlm. 67. ISBN 9789798880087. 
  3. ^ Noegraha, Nindya (2001). Asal-usul Raja-raja Palembang dan Hikayat Nakhoda Asyiq dalam Naskah Kuno: Koleksi Perpustakaan Nasional RI. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. ISBN 9789799316455. 
  4. ^ Ulrike Freitag; William G. Clarence-Smith, eds. (1997). Hadhrami Traders, Scholars and Statesmen in the Indian Ocean, 1750s to 1960s. Vol. 57 (illustrated ed.). BRILL. p. 9. ISBN 978-90-04-10771-7.


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "note", tapi tidak ditemukan tag <references group="note"/> yang berkaitan