Tugu Cembengan: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
deskripsi |
deskripsi |
||
'''Tugu Cembengan''' atau dalam bahasa mandarin (''ching bing'') memiliki makna yaitu sebagai tugu untuk sebuah penghormatan. Lokasi tugu ini berada di sebelah barat kampus Universitas Sebelas Maret (UNS), kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Tugu Cembengan ini difungsikan sebagai simbol pemakaman khusus warga Tionghoa. Karakteristik yang terdapat dalam Tugu Cembengan yakni bentuk tugu yang berupa tingkatan dan terdapat sebuah lubang di bagian tengahnya sebagai posisi untuk meletakkan penerangan. Saat ini, Tugu Cembengan sudah diakui sebagai cagar budaya yang berjenis struktur dengan SK penetapan No SK : 646/1-R/1/2013 dengan tanggal penetapan SK |
'''Tugu Cembengan''' atau dalam bahasa mandarin (''ching bing'') memiliki makna yaitu sebagai tugu untuk sebuah penghormatan. Lokasi tugu ini berada di sebelah barat kampus Universitas Sebelas Maret (UNS), kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Tugu Cembengan ini difungsikan sebagai simbol pemakaman khusus warga Tionghoa. Karakteristik yang terdapat dalam Tugu Cembengan yakni bentuk tugu yang berupa tingkatan dan terdapat sebuah lubang di bagian tengahnya sebagai posisi untuk meletakkan penerangan. Saat ini, Tugu Cembengan sudah diakui sebagai cagar budaya yang berjenis struktur dengan SK penetapan No SK : 646/1-R/1/2013 dengan tanggal penetapan SK 01 Januari 2013. |
||
Tanggal SK : 2013-01-.01 |
|||
== Penamaan tugu dan tradisi == |
== Penamaan tugu dan tradisi == |
||
Tugu Cembengan memiliki nama lain dalam bahasa Mandarin (''ching bing'') yang memiliki arti; ''ching'' berarti cerah, sementara ''bing'' berarti penghormatan. Tradisi yang berkembang disini adalah tradisi ''ching bing'' yang diselenggarakan oleh masyarakat Tionghoa di Solo. Esensi dari tradisi ini sama halnya dengan tradisi Sadranan, yaitu sebagai momen untuk menghormati leluhur.<ref>{{Cite web|last=Prakoso/Suharsih|first=Wahyu|date=2022-04-12WIB07:16:12+00:00|title=Jadi Asal Usul Tugu Cembengan Jebres Solo, Ini Arti Kata Ching Bing|url=https://soloraya.solopos.com/jadi-asal-usul-tugu-cembengan-jebres-solo-ini-arti-kata-ching-bing-1294398|website=Solopos.com|language=id|access-date=2024-06-23}}</ref> |
Tugu Cembengan memiliki nama lain dalam bahasa Mandarin (''ching bing'') yang memiliki arti; ''ching'' berarti cerah, sementara ''bing'' berarti penghormatan. Tradisi yang berkembang disini adalah tradisi ''ching bing'' yang diselenggarakan oleh masyarakat Tionghoa di Solo. Esensi dari tradisi ini sama halnya dengan tradisi Sadranan, yaitu sebagai momen untuk menghormati leluhur.<ref>{{Cite web|last=Prakoso/Suharsih|first=Wahyu|date=2022-04-12WIB07:16:12+00:00|title=Jadi Asal Usul Tugu Cembengan Jebres Solo, Ini Arti Kata Ching Bing|url=https://soloraya.solopos.com/jadi-asal-usul-tugu-cembengan-jebres-solo-ini-arti-kata-ching-bing-1294398|website=Solopos.com|language=id|access-date=2024-06-23}}</ref> |
Revisi per 23 Juni 2024 14.03
deskripsi
Tugu Cembengan atau dalam bahasa mandarin (ching bing) memiliki makna yaitu sebagai tugu untuk sebuah penghormatan. Lokasi tugu ini berada di sebelah barat kampus Universitas Sebelas Maret (UNS), kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Tugu Cembengan ini difungsikan sebagai simbol pemakaman khusus warga Tionghoa. Karakteristik yang terdapat dalam Tugu Cembengan yakni bentuk tugu yang berupa tingkatan dan terdapat sebuah lubang di bagian tengahnya sebagai posisi untuk meletakkan penerangan. Saat ini, Tugu Cembengan sudah diakui sebagai cagar budaya yang berjenis struktur dengan SK penetapan No SK : 646/1-R/1/2013 dengan tanggal penetapan SK 01 Januari 2013.
Penamaan tugu dan tradisi
Tugu Cembengan memiliki nama lain dalam bahasa Mandarin (ching bing) yang memiliki arti; ching berarti cerah, sementara bing berarti penghormatan. Tradisi yang berkembang disini adalah tradisi ching bing yang diselenggarakan oleh masyarakat Tionghoa di Solo. Esensi dari tradisi ini sama halnya dengan tradisi Sadranan, yaitu sebagai momen untuk menghormati leluhur.[1]
Sejarah
Tugu Cembengan ini didirikan pada masa Sunan Paku Buwono (PB) X yang berkuasa di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (1893 – 1939) dan diperkirakan sudah berusia 100 tahun. Tugu yang berdiri tegak di dekat rumah duka Tiong Ting ini memiliki cerita masa lalu yang menarik. Pasalnya, tugu ini adalah penanda dalam memasuki area kuburan. Karakteristik kuburan Tionghoa ini dibangun di pinggiran kota dan dekat dengan ladang tebu. Sudah menjadi kebiasaan jika tradisi ching bing berlangsung, para mandor tebu datang berkeliling untuk melihat ahli waris Tionghoa melakukan tradisi tersebut. Istilah Cembengan pun lahir dari interaksi antara mandor dan pekerja tebu dengan ahli waris Tionghoa. Berawal dari ching bing menjadi ching bing-an yang lambat laun lidah masyarakat Jawa menyebutnya menjadi cembengan.[2]
Rujukan
- ^ Prakoso/Suharsih, Wahyu (2022-04-12WIB07:16:12+00:00). "Jadi Asal Usul Tugu Cembengan Jebres Solo, Ini Arti Kata Ching Bing". Solopos.com. Diakses tanggal 2024-06-23.
- ^ Prakoso, Wahyu (2022-04-10WIB16:20:32+00:00). "Asal Usul Tugu Cembengan Jebres Solo, Ternyata Dulu Pintu Masuk Kuburan". Solopos.com. Diakses tanggal 2024-06-23.